Sebelum Pakai Pelumas Kondom, Kenali Dulu Jenis dan Risikonya

Dipublish tanggal: Jul 14, 2019 Update terakhir: Des 21, 2021 Waktu baca: 3 menit
Sebelum Pakai Pelumas Kondom, Kenali Dulu Jenis dan Risikonya

Ringkasan

Buka

Tutup

  • Pelumas kondom berfungsi untuk melancarkan proses penetrasi sehingga tidak melukai organ genital ataupun merobek kondom;
  • Pelumas berbahan dasar air sangat disarankan karena tidak berpotensi merusak lateks yang menyusun kondom dan tidak merusak kulit;
  • Pelumas berbahan dasar silikon memiliki daya tahan yang lebih lama ketimbang pelumas air, tapi sulit dihilangkan hanya dengan air;
  • Penggunaan pelumas minyak berpotensi merusak kondom sehingga dapat meningkatkan infeksi menular seksual;
  • Beberapa bahan alami yang bisa dimanfaatkan sebagai pelumas kondom di antaranya minyak zaitun, minyak sayur, madu, dan minyak kelapa;
  • Salah pilih pelumas kondom dapat memicu infeksi jamur vagina, sensasi seperti terbakar, muncul bakteri vaginosis; hingga iritasi vagina;
  • Klik untuk mendapatkan pelumaskondom, atau alat kontrasepsi dan obat hormon ke rumah Anda di HDmall. *Gratis ongkir ke seluruh Indonesia & bisa COD.

Banyak pasangan menggunakan pelumas kondom untuk menambah kenyamanan saat berhubungan intim. Pelumas kondom berfungsi untuk melancarkan proses penetrasi sehingga tidak melukai organ genital ataupun merobek kondom. Ada banyak jenis pelumas kondom yang bisa Anda pilih, dari yang buatan hingga alami. Namun, sebenarnya amankah penggunaan pelumas kondom ini dan adakah efek sampingnya untuk kesehatan?

Perlukah kondom diberi pelumas?

Kondom adalah salah satu alat kontrasepsi yang tidak hanya dapat membantu mencegah kehamilan, tapi juga mampu mengurangi risiko penularan penyakit menular seksual. Namun, tidak sedikit pula pasangan yang merasa memakai kondom justru membuat aktivitas seksual terganggu karena menimbulkan rasa nyeri. 

Hal ini bisa terjadi ketika kondom dalam kondisi kering. Akibatnya, proses penetrasi jadi terhambat sehingga menyebabkan nyeri.

Ada dua jenis pelumas kondom yang dijual di pasaran, yaitu kondom dengan pelumas dan tanpa pelumas. Kondom dengan pelumas umumnya menggunakan zat spermisida, yaitu zat yang mengandung zat kimia aktif nonoxynol-9 yang dapat membunuh sperma. Spermisida sendiri sering dikeluhkan sebagian orang karena menimbulkan reaksi alergi akibat zat tersebut. 

Anda juga bisa memilih kondom tanpa pelumas dan menggunakan pelumas tambahan dari luar. Pelumas sendiri ada dua macam, yaitu alami dan buatan.

Jenis-jenis pelumas buatan

Berikut ini beberapa jenis pelumas buatan yang bisa digunakan untuk kondom, yakni:

1. Pelumas berbahan dasar air

Dibandingkan jenis pelumas lainnya, pelumas berbahan dasar air sangat disarankan ketika Anda ingin berhubungan intim menggunakan kondom. Pasalnya, pelumas air tidak berpotensi merusak lateks yang menyusun kondom. Karena terbuat dari air, jenis pelumas ini juga tidak berpotensi merusak kulit.

2. Pelumas bahan dasar silikon

Pelumas berbahan dasar silikon memiliki daya tahan yang lebih lama ketimbang pelumas air. Namun, pelumas ini sedikit sulit untuk dibersihkan jika hanya menggunakan air.

3. Pelumas bahan dasar minyak

Semua zat berbahan dasar minyak dapat dipilih sebagai pelumas kondom bahan dasar minyak, seperti minyak sayur, baby oil, petrolatum, dan krim. Namun, penggunaan pelumas minyak berpotensi merusak kondom sehingga dapat meningkatkan infeksi menular seksual. Oleh karena itu, jenis pelumas ini tidak disarankan untuk melumasi kondom.

Baca selengkapnya: 4 Jenis Pelumas Vagina untuk Menambah Gairah Bercinta

Adakah bahan alami yang bisa dijadikan pelumas kondom?

Ada beberapa bahan alami yang bisa dimanfaatkan sebagai pelumas kondom, misalnya minyak zaitun, minyak sayur, madu, dan minyak kelapa. Meski dianggap lebih aman karena tidak mengandung zat kimia berbahaya, namun penggunaan bahan alami ini bisa saja menimbulkan alergi dan luka di bagian alat genital. 

Oleh karena itu, sebaiknya pilih pelumas yang telah teruji aman bagi kesehatan. Meski dianggap sangat membantu dalam berhubungan seks oleh sebagian orang, penggunaan pelumas yang tidak tepat ternyata justru dapat mendatangkan beragam masalah pada kesehatan. 

Masalah akibat penggunaan pelumas kondom yang tidak tepat

Memilih pelumas kondom harus yang tepat dan sesuai kebutuhan untuk menghindari risiko infeksi dan gangguan kesehatan organ intim. Berikut ini adalah masalah yang dapat timbul akibat salah pilih pelumas kondom ketika berhubungan seksual, antara lain:

1. Infeksi jamur vagina

Organ intim wanita paling rawan terkena infeksi oleh jamur. Selain karena mudah lembab, ternyata penggunaan pelumas berbahan dasar gliserin dapat memperparah pertumbuhan jamur di vagina. Oleh karena itu, sebaiknya hindari menggunakan pelumas berbahan gliserin.

2. Jangan gunakan zat berbahan dasar petrokimia

Petrokimia dan turunannya seperti propilen glikol dan polietilen glikol dapat menimbulkan rasa terbakar di dalam vagina. Meski awalnya hanya terasa hangat, namun penggunaan petrokimia lama-kelamaan dapat menimbulkan efek seperti terbakar.

3. Menimbulkan bakteri vaginosis

Selain berpotensi menyuburkan pertumbuhan jamur di dalam vagina, penggunaan pelumas yang tidak tepat bisa menyebabkan bakteri jahat dalam vagina bertumbuh subur.

4. Benzokain

Zat seperti benzokain bisa mematikan rasa sakit sehingga membuat Anda tidak menyadari terjadinya iritasi pada vagina. Oleh karena itu, sebaiknya hindari menggunakan pelumas yang mengandung zat penghilang rasa sakit.

Baca juga: 5 Kandungan Berbahaya dalam Pelumas Organ Intim


2 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Condoms Information. Cleveland Clinic. (https://my.clevelandclinic.org/health/drugs/9404-condoms)
When to Choose Lubricated Condoms or Not. Verywell Health. (https://www.verywellhealth.com/condoms-lubricated-3132697)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app