Ragam Penyebab Organ Kewanitaan Jadi Terasa Gatal

Dipublish tanggal: Jun 12, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Waktu baca: 2 menit
Ragam Penyebab Organ Kewanitaan Jadi Terasa Gatal

Kaum wanita tentu pernah, setidaknya sekali saja, merasakan gatal pada organ intimnya. Rasa gatal yang timbul kadang terasa sangat menyiksa, terutama sekali jika Anda berada dalam kondisi yang tak memungkinkan untuk menggaruknya. 

Bagi Anda yang masih bertanya-tanya mengapa organ kewanitaan bisa terasa gatal, berikut beberapa keadaan yang menjadi pemicunya.

Kebiasaan mencukur Rambut Kemaluan

Rambut kemaluan yang lebat terkadang membuat Anda merasa kurang nyaman. Apalagi, kondisi ini dapat menyebabkan organ kewanitaan menjadi lebih lembab. Oleh karena itu, tak mengherankan jika Anda memilih mencukur habis rambut kemaluan tersebut. 

Memang sih kulit kemaluan akan terasa lebih halus, namun saat rambutnya kembali tumbuh, Anda akan merasa gatal.

Saat Anda mencukur rambut kemaluan, bagian folikel rambut tetap tumbuh di bawah permukaan kulit. Bagian inilah yang nantinya mengalami iritasi dan menimbulkan rasa gatal, bahkan bisa memicu munculnya jerawat

Untuk mengurangi rasa gatalnya, sebaiknya gunting dulu rambut kemaluan sebelum dicukur, lalu setelah selesai oleskan cooling gel di permukaannya.

Organ Kewanitaan Terinfeksi Jamur

Jika organ kewanitaan Anda terasa gatal, bisa jadi telah terjadi infeksi oleh jamur vagina (Vaginal Candidiasis) di bagian tersebut. Intensitas infeksi jamur ini termasuk tinggi, menyerang 3 dari 4 orang wanita. 

Saat organ kewanitaan Anda terinfeksi, maka dipastikan telah terjadi ketidakseimbangan jumlah bakteri dan kadar pH di organ intim Anda tersebut.

Wanita yang sedang hamil, melakukan hubungan intim, dan mengonsumsi antibiotik, rentan terkena infeksi jamur vagina ini. Organ kewanitaan Anda tak hanya terasa gatal, namun juga memproduksi cairan keputihan kental seperti susu. 

Daripada berinisiatif mengobatinya sendiri, sebaiknya Anda berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu untuk bisa mengatasinya.

Organ Kewanitaan Terinfeksi Bakteri

Selain jamur, organ kewanitaan juga rentan terinfeksi bakteri vagina (Bacterial Vaginosis), sehingga membuatnya terasa gatal. Kondisi ini terjadi karena jumlah bakteri jahat dan baik dalam organ intim tidak seimbang, begitu pun dengan kadar pH-nya. 

Walau gejalanya cenderung mirip, namun tetap ada perbedaan antara infeksi jamur dengan bakteri vagina ini.

Jika organ kewanitaan mengalami infeksi bakteri, maka tekstur keputihan yang timbul bersifat cair. Keputihan ini memiliki warna putih susu keabu-abuan hingga kuning dan memiliki bau yang cenderung amis. 

Berkonsultasi dengan dokter merupakan cara terbaik mengobati kondisi ini. Anda biasanya akan diresepkan antibiotik, yang dapat mengobatinya dalam waktu 2 hingga 3 hari.

Dermatitis Kontak

Rasa gatal pada bagian organ kewanitaan bisa disebabkan karena Anda alergi akan suatu barang atau bahan. Kondisi ini disebut dengan dermatitis kontak

Alergi bisa dipicu kontak organ intim benda seperti tisu, pakaian dalam yang dicuci dengan deterjen tertentu, sabun mandi, dan juga kondom. Selain gatal, biasanya juga akan muncul ruam kemerahan serta bengkak pada organ intim.

Pahami dengan benar alergi yang ada pada diri Anda, sehingga hal pemicu alergi bisa dihindari sebisa mungkin. Selain itu, jangan biasakan membersihkan bagian intim dengan sabun, menggunakan air hangat saja sudah cukup kok. 

Organ intim memiliki mekanisme perlindungannya sendiri, sehingga Anda tak perlu repot membersihkannya dengan sabun atau cairan pembersih.

Itulah beberapa hal yang memicu timbulnya rasa gatal pada bagian intim Anda. Semakin Anda menggaruknya, maka akan semakin tinggi risiko gatalnya meningkat. 

Cara terbaik untuk menanganinya adalah dengan memeriksakan kondisi Anda pada dokter spesialis kulit dan kelamin. Selain itu, jangan lupa untuk terus menjaga kebersihan organ intim Anda.


22 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app