HONESTDOCS EDITORIAL TEAM
Ditulis oleh
HONESTDOCS EDITORIAL TEAM
DR. SCIENTIA INUKIRANA
Ditinjau oleh
DR. SCIENTIA INUKIRANA

Pertusis - Tanda, Penyebab, Gejala, Cara Mengobati

Dipublish tanggal: Apr 6, 2019 Update terakhir: Nov 6, 2020 Tinjau pada Agu 4, 2019 Waktu baca: 3 menit

Infeksi yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis atau agen infeksi lainnya seperti B.parapertussis, B.bronchiseptica, Mycoplasma pneumoniae maupun adenovirus. Pertusis sering disebut juga sebagai batuk rejan yang mengakibatkan infeksi bakteri pada paru-paru dan saluran pernapasan yang mudah sekali menular. Penularannya dapat terjadi melalui droplet cairan penderita pertusis lainnya baik anak-anak maupun dewasa.

Namun pertusis paling sering dialami oleh balita sekitar 60% dan dapat mengancam jiwa terlebih pada bayi yang belum menerima vaksin pertusis. Kondisi ini bisa mengakibatkan kekurangan oksigen dalam darahnya dan menimbulkan komplikasi lain seperti pneumonia, luka tulang rusuk, gagal nafas dan lainnya.

Mengenai Pertusis

Penyebab Pertusis

Pertusis merupakan bakteri gram negatif yang memiliki rata-rata masa inkubasi sekitar 6 hari. Setelah masuk di dalam tubuh, bakteri ini akan menyerang dinding saluran napas, melepas racun dan mengakibatkan pembengkakan pada saluran pernapasan. Oleh karena pembengkakan ini, seseorang yang mengalami pertusis akan mengalami kesulitan bernapas dan menghasilkan suara dengkingan panjang (whooping sound).

Gejala Pertusis

Masa inkubasi bakteri ini adalah 5-10 hari, akan tetapi dapat memanjang hingga 21 hari dengan rata-rata 7 hari. Berikut adalah tanda dan gejala yang ditimbulkan oleh bakteri ini, termasuk:

  • Stadium awal: Terjadi sekitar 1 hingga 2 minggu setelah masa inkubasi. Gejala umumnya adalah infeksi saluran pernapasan, bersin-bersin, hidung tersumbat, mata berair dan disertai dengan demam ringan.
  • Stadium paroksismal: Terjadi sekitar 1-6 minggu setelah masa inkubasi. Gejala yang terjadi adalah batuk keras terus menerus dengan bunyi dengkingan panjang (whoop), rasa lelah dan muntah-muntah terutama pada bayi dan anak-anak. Komplikasi ke sistem saraf akibat hipoksia juga lebih sering terjadi pada bayi.
  • Stadium penyembuhan: Terjadi beberapa minggu hingga bulan tergantung dari pengobatan yang diterima. Batuk akan menghilang secara bertahap.

Pengobatan Pertusis

Pada stadium awal, memang sangat sulit untuk memastikan diagnosis pertusis. Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, melihat dari gejala-gejala dan melakukan pemeriksaan penunjang, seperti:

  • Pengambilan sampel lendir nasofaring - untuk mendeteksi adanya bakteri B.pertussis dalam dahak.
  • Uji immunofluorescent
  • Pemeriksaan polymerase chain reaction(PCR)
  • Tes darah - untuk menemukan adanya leukositosis dan limfositosis
  • Pemeriksaan radiologi - untuk mendeteksi komplikasi paru-paru atau infeksi lainnya

Sedangkan pengobatan untuk mengatasi pertusis dapat diberikan dengan beberapa cara, meliputi:

  • Obat-obatan
    • Eritromisin: 40-50mg/KgBB/hari per oral, terbagi menjadi 4 dosis (maksimal 2 gram) dan diberikan selama 14 hari.
    • Trimetoprim-Sulfametoksasol: 6-8mg/KgBB/hari per oral, terbagi menjadi 2 dosis (maksimal 1 gram).
  • Terapi suportif: Menghindari faktor yang menimbulkan serangan batuk, pemberian cairan, oksigen dan nutrisi cukup.
  • Untuk bayi berusia <6 bulan: Dianjurkan untuk dirawat inap karena dapat menimbulkan komplikasi serius seperti sianosis, apnea dan kejang-kejang.

Segera konsultasikan kepada dokter untuk penanganan dan dosis yang tepat. Hindari mengkonsumsi obat-obatan tanpa resep dan anjuran dari dokter karena dapat berdampak buruk bagi kesehatan. 

Pencegahan Pertusis

Vaksin pertusis biasanya diberikan pada bayi atau anak-anak untuk mencegah terjangkitnya bakteri pertusis. Meskipun vaksin ini terbilang aman, akan tetapi dapat menimbulkan efek samping seperti demam, pembengkakan dan ruam kemerahan pada kulit. Berikut adalah pemberian vaksin pertusis pada anak-anak:

  • Pada usia 2 bulan.
  • Pada usia 4 bulan.
  • Pada usia 6 bulan.
  • Pada usia 1,5 sampai 2 tahun.
  • Pada usia 5 tahun.

Selain anak-anak, ibu hamil juga dapat diberikan vaksin pertusis. Hal ini dapat berguna untuk mencegah penularan bakteri pertusis saat lahir. Pada umumnya, vaksin pertusis akan diberikan kepada ibu hamil dengan usia kandungan 28 hingga 38 minggu.


12 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
WHO, Pertussis (Whooping Cough) (https://www.who.int/immunization/diseases/pertussis/en/).
Karen Richardson Gill, MD, FAAP, Pertussis (Whooping Cough) (https://www.healthline.com/health/pertussis), 21 May 2018.
Medscape, Pertussis (Whooping Cough) (https://emedicine.medscape.com/article/967268-overview).

Artikel ini hanya sebagai informasi awal mengenai kondisi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app