Penyakit Vagina yang Disebabkan oleh Infeksi

Gejala-gejala abnormal pada vagina dapat disebabkan oleh bakteri, virus bahkan jamur. Berikut beberapa organisme yang dapat menimbulkan infeksi vagina:
Dipublish tanggal: Sep 9, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Waktu baca: 3 menit

Wanita mudah terkena penyakit vagina bila tidak menjaga kebersihan dan kesehatan area kewanitaannya. Penyakit vagina bisa disebabkan oleh bakteri, virus hingga jamur. Pada kondisi tertentu misalnya saat menstruasi, wanita akan lebih rentan terkena infeksi pada vagina. 

Oleh karena itu penting bagi wanita untuk menjaga kebersihan vagina dan mengenali gejala-gejala penyakit vagina. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui lebih dini penyakit vagina yang dialami agar mendapatkan penanganan yang lebih cepat dan tepat.

Kondisi abnormal yang berdampak pada vagina baik sebagian maupun keseluruhan disebut dengan penyakit vagina. Vagina pada kondisi normal mengeluarkan cairan berwarna jernih atau sedikit keruh yang berperan untuk membersihkan vagina agar tidak menimbulkan bau atau gatal. 

Namun berbeda ceritanya jika cairan yang dikeluarkan vagina berwara putih kekuningan, kecoklatan hingga hijau. Terlebih lagi kondisi tersebut disertai dengan bau tidak sedap, gatal, dan nyeri. Kondisi ini patut untuk diwaspadai dan jangan dianggap sepele karena menyangkut kesehatan area kewanitaan.

Infeksi pada vagina

Gejala-gejala abnormal pada vagina dapat disebabkan oleh bakteri, virus bahkan jamur. Berikut beberapa organisme yang dapat menimbulkan infeksi vagina:

1. Vaginosis bakterialis

Vaginosis bakterialis adalah kondisi dimana bakteri pelindung yang normal hidup di vagina berkembang menjadi lebih banyak dari jumlah normal. Hal ini menyebabkan keputihan berwarna putih keabu-abuan serta berbau amis.

2. Bakteri klamidia

Bakteri klamidia dapat menyebabkan seseorang terkena klamidia. Kondisi ini menyebabkan wanita mengalami cairan abnormal, timbul rasa gatal di area vagina, timbul rasa perih saat berhubungan seksual, mengalami perdarahan tetapi bukan menstruasi dan dan nyeri saat menstruasi. 

Klamidia dapat ditularkan melalui hubungan seksual dengan pasangan yang terinfeksi bakteri klamidia.

3. Bakteri gonore

Bakteri gonore ditularkan melalui hubungan seksual dengan pasangan yang terinfeksi bakteri tersebut. Gejala yang ditimbulkan akibat terinfeksi bakteri ini adalah pembengkakan pada vulva atau alat kelamin bagian luar, nyeri panggul, dan gejala-gejala yang hampir mirip dengan gejala klamidia. 

Bila melakukan hubungan seksual secara oral, bakteri gonore juga dapat menyebabkan peradangan tenggorokan.

4. Jamur kandida

Jamur kandida yang hidup di vagina biasa disebut dengan kandidiasis vaginalis. Kondisi ini merupakan terjadinya peningkatan jumlah jamur yang biasa hidup di vagina sehingga mengakibatkan infeksi vagina. 

Kondisi ini akan mengakibatkan keluarnya cairan berwarna putih atau keabu-abuan seperti gumpalan susu, timbul rasa gatal dan perih.

5. Parasit trikomonas vaginalis

Trikomonas disebabkan oleh parasite dengan gejalanya berupa keluarnya cairan kuning kehijauan dan berbau busuk dari vagina. Parasit ini umumnya dapat ditularkan melalui hubungan seksual dengan pasangan yang terinfeksi parasit trikomonas tanpa menggunakan pengaman.

Selain bakteri, virus dan jamur di atas, ada beberapa bahan yang memicu alergi atau iritasi pada area vagina. Bahan - bahan tersebut antara lain sabun wangi, cairan semprot vagina, deterjen, pembalut kain, dan bahan lateks pada kondom. 

Gejala yang ditimbulkan akibat iritasi vagina biasanya berupa timbul rasa gatal, perih, dan keluar cairan abnormal dari vagina.

Cara merawat vagina yang tepat

Untuk menjaga area vagina, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan seperti:

  • Selalu menjaga vagina agar tetap bersih dan kering. Usahakan area vagina untuk tidak lembab karena bisa mengundang jamur. Untuk itu Anda dapat menyediakan tisu untuk mengeringkan area vagina setelah buang air kecil maupun besar.
  • Ketika mengalami menstruasi, gantilah pembalut secara teratur. Jangan menggunakan pembalut dalam waktu yang lama karena kondisi vagina akan semakin lembab dan mudah terkena infeksi.
  • Bila Anda sedang berhubungan seksual dengan pasangan, maka usahakan menggunakan kondom untuk melindungi diri dari berbagai jenis penyakit menular seksual.
  • Gunakan celana dalam yang kering dan bersih 
  • Jangan menggunakan celana berbahan nilon, celana jeans ketat, maupun legging. Hal ini dikarenakan celana tersebut akan membuat pertukaran udara dalam area kewanitaan tidak lancar. Dikhawatirkan kondisi ini mengundangan berbagai penyakit vagina. Oleh karena itu gunakan celana dengan bahan yang aman seperti celana dalam bahan katun.

Bila Anda mulai mengalami gejala-gejala yang menjurus terhadap gangguan area vagina, jangan ragu untuk segera konsultasikan ke dokter. 

Bahkan ketika Anda mengalami cairan abnormal yang keluar dari vagina, bisa ditunjukkan ke dokter cairan tersebut agar dokter lebih mudah dalam melakukan penanganan terhadap penyakit Anda.


14 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Vaginal yeast infections. Office on Women's Health. https://www.womenshealth.gov/a-z-topics/vaginal-yeast-infections.
Bope ET, et al. Vulvovaginitis. In: Conn's Current Therapy 2018. Philadelphia, Pa.: Elsevier; 2018. https://www.clinicalkey.com.
Blostein F, et al. Recurrent vulvovaginal candidiasis. Annals of Epidemiology. 2017;27:575.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app