Mana yang Lebih Baik Antara Terapi Besi Intravena Atau Oral Pada Penderita Anemia Postpartum

Dipublish tanggal: Agu 30, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Mar 24, 2020 Waktu baca: 3 menit
Mana yang Lebih Baik Antara Terapi Besi Intravena Atau Oral Pada Penderita Anemia Postpartum

Anemia adalah masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di seluruh dunia, terutama di kalangan wanita usia produktif. Sebagian besar anemia di kalangan wanita disebabkan karena kekurangan zat besi

Konsekuensi anemia akibat defisiensi besi selama periode postpartum (enam minggu setelah kelahiran anak) bisa serius dan memiliki implikasi kesehatan jangka panjang bagi ibu dan anaknya.

Anemia defisiensi besi (ADB) diperkirakan berkontribusi terhadap berbagai morbiditas seperti kelesuan, kegagalan laktasi dan depresi pasca persalinan

Pendekatan standar untuk pengobatan ADB adalah pemberian suplementasi zat besi oral, dengan transfusi darah yang disediakan untuk kasus anemia yang lebih parah. 

Suplementasi Zat Besi Oral Vs Intravena (Injeksi)

Suplementasi zat besi oral lebih umum digunakan daripada transfusi darah untuk anemia defisiensi besi pasca melahirkan. 

Namun, pemberian suplementasi oral tidak dapat diberikan dalam pengobatan anemia berat karena penyerapan yang terbatas dan efek samping pada saluran pencernaan yang menyebabkan seorang ibu enggan untuk mengkonsumsi suplemen zat besi oral. 

Oleh karena itu, pemberian zat besi secara injeksi dengan penggunaan ferrous sukrosa sekarang tersedia dan secara rutin digunakan di sejumlah rumah sakit. 

Tidak seperti formulasi sebelumnya, dextran ferrous yang berkaitan dengan risiko terjadinya reaksi alergi, ferrous sukrosa memiliki catatan keamanan yang sangat baik

Apa manfaat dan kerugian dari pemberian Zat Besi Intravena?

Sebuah penelitian dilakukan untuk memastikan bahwa pemberian ferrous sukrosa intravena untuk wanita dengan anemia postpartum menghasilkan konsentrasi Hb yang lebih tinggi dan peningkatan penyimpanan zat besi daripada hanya menggunakan pengobatan standar dengan zat besi oral.

Penelitian tersebut menunjukkan bahwa dua dosis intravena 200 mg sukrosa besi secara signifikan meningkatkan kadar Hb dan lebih cepat mengisi kembali penyimpanan besi dalam waktu 5 hari, dengan peningkatan rata-rata dari baseline 2,5 g / dl. Meskipun pemberian oral juga memiliki hasil dengan kadar Hb yang serupa pada hari ke 40.

Dalam penelitian juga menunjukan bahwa ibu hamil lebih memilih suplementasi zat besi menggunakan injeksi karena efek samping gastrointestinal lebih sering muncul pada penggunaan suplementasi oral. 

Efek samping pada saluran pencernaan muncul pada 30% wanita yang diobati dengan zat besi oral 

Rekomendasi WHO Untuk Pengobatan Anemia Pasca Melahirkan

WHO merekomendasikan suplementasi zat besi dan asam folat setiap hari atau intermiten sebagai intervensi kesehatan masyarakat untuk wanita dewasa dan remaja perempuan yang tinggal di lingkungan di mana anemia sangat sering terjadi. 

Pada periode pasca melahirkan, suplementasi zat besi dan asam folat juga dapat mengurangi risiko anemia dengan meningkatkan kadar zat besi ibu.

Suplementasi zat besi oral, baik sendiri atau dalam kombinasi dengan asam folat, dapat diberikan pada wanita post partum selama 6-12 minggu setelah melahirkan untuk mengurangi resiko anemia dalam lingkungan di mana anemia kehamilan merupakan masalah kesehatan masyarakat. 

Untuk kemudahan implementasi dan kesinambungan perawatan, suplementasi zat besi dan asam folat harus dimulai sedini mungkin setelah melahirkan dan rejimen suplementasi zat besi harus mengikuti sesuai dengan yang digunakan selama kehamilan.

Selain penggunaan Suplemen Zat Besi, Apa yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya Anemia pada Kehamilan?

Mencegah anemia selama kehamilan dapat dilakukan oleh seorang wanita hamil dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung 30 mg (setidaknya tiga porsi) zat besi setiap hari.

Contoh makanan kaya zat besi adalah:

  • Daging merah dan unggas
  • Telur
  • Sayuran hijau berdaun gelap (seperti brokoli, kangkung, dan bayam)
  • Kacang-kacangan dan biji-bijian
  • Kacang, lentil, dan tahu

Karena sulit untuk makan zat besi sebanyak yang disarankan selama kehamilan, maka untuk memaksimalkan penyerapan zat besi, dibutuhkan makanan yang mengandung tinggi vitamin C

Karena makanan yang mengandung vitamin C dapat membantu tubuh menyerap lebih banyak zat besi, maka perlu untuk mengkonsumsi makanan yang kaya vitamin C seperti :

  • Buah dan jus jeruk
  • Stroberi
  • Jeruk
  • buah kiwi
  • Tomat
  • Paprika

Setelah melahirkan, volume darah dan kadar plasma diharapkan kembali normal. Sehingga dapat mengatasi masalah anemia yang berkembang di kemudian hari dalam kehamilan. 

Jika gejala anemia menetap dalam jangka waktu yang lama pasca melahirkan, disarankan bagi Anda untuk segera berkonsultasi dengan dokter atau dokter spesialis Anda untuk mendapatkan penanganan yang tepat.


4 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Bhandal, N & Russell, R. (2006). Intravenous versus oral iron therapy for postpartum anaemia. BJOG : an international journal of obstetrics and gynaecology. 113. 1248-52. 10.1111/j.1471-0528.2006.01062.x. ResearchGate. (https://www.researchgate.net/publication/6789590_Intravenous_versus_oral_iron_therapy_for_postpartum_anaemia)
Sultan, Pervez & Bampoe, Sohail & Shah, Raj & Guo, Nan & Estes, J. & Stave, Christopher & Goodnough, T. & Halpern, Stephen & Butwick, Alexander. (2018). Oral versus intravenous iron therapy for postpartum anemia: A systematic review and meta-analysis. American Journal of Obstetrics and Gynecology. 221. 10.1016/j.ajog.2018.12.016. ResearchGate. (https://www.researchgate.net/publication/329793214_Oral_versus_intravenous_iron_therapy_for_postpartum_anemia_A_systematic_review_and_meta-analysis)
Long-Term Efficacy of Postpartum Intravenous Iron Therapy. National Center for Biotechnology Information. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4238267/)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app