Cyanide Poisoning - Tanda, Penyebab, Gejala, Cara Mengobati

Dipublish tanggal: Feb 7, 2019 Update terakhir: Nov 5, 2020 Tinjau pada Apr 4, 2019 Waktu baca: 3 menit

Masih ingat kasus kopi sianida yang menjadi perbincangan khalayak ramai pada tahun 2016? Kasus yang membuat nyawa Mirna Solihin melayang tersebut sempat menghebohkan publik dan bergulir cukup lama serta penuh drama. 

Tersangka, Jessica Kumala Wongso yang kini telah mendekam di penjara sempat menjadi cerita yang panjang.

Mungkin sianida sudah identik dengan racun dalam benak Anda, namun apakah Anda tahu apa itu sianida dan dari mana sianida berasal? Untuk lebih jelasnya, yuk disimak artikel satu ini.

Apa itu Sianida dan apa efeknya terhadap tubuh?

Sianida adalah zat beracun yang sangat mematikan. Sianida telah digunakan sejak ribuan tahun yang lalu. Efek dari sianida ini sangat cepat dan dapat mengakibatkan kematian dalam jangka waktu beberapa menit. 

Keracunan hidrogen sianida dapat menyebabkan kematian, dan pemaparan secara sengaja dari sianida (termasuk garam sianida) dapat menjadi alat untuk melakukan pembunuhan atau pun bunuh diri.

Sianida umumnya ditemukan dalam bentuk persenyawaan dengan unsur kimia organik maupun anorganik lain membentuk suatu senyawa. 

Contoh yang paling sering ditemukan antara lain hidrogen sianida, sodium sianida dan potasium sianida. Hidrogen sianida berbentuk gas, tak berwarna, berbau khas dan mudah sekali menguap. Potasium sianida dan sodium sianida berbentuk padat, serbuk Kristal berwarna putih dan larut dalam air 

Sianida dianggap sebagai pencemar (polutan) karena sifatnya yang toksik (beracun) bagi makhluk hidup yang rendah untuk waktu yang cukup lama antara lain dapat menyebabkan gangguan pernapasan (sulit bernapas), sakit kepala dan pembesaran kelenjar tyroid, sedangkan kontak pada konsentrasi tinggi dengan waktu yang singkat dapat menyebabkan gangguan pada otak, jaringan syaraf bahkan dapat menyebabkan koma dan kematian.

Tahukan Anda bahwa Anda dapat menemukan sianida di sekitar Anda

Meskipun dalam jumlah yang sedikit, sianida dapat ditemukan pada makanan yang Anda konsumsi sehari-hari seperti kacang-kacangan. Kacang polong, kacang merah, kacang almond, kacang kedelai, dan beberapa jenis sayuran layaknya bayam, rebung, atau bahkan tapioka ternyata memiliki kandungan sianida. 

Beberapa buah-buahan layaknya apel dan buah persik juga memiliki kandungan ini. Selain itu umbi-umbian seperti singkong juga memiliki kandungan sianida yang tinggi. 

Tapi tak perlu khawatir, kandungan sianida pada makanan-makanan tersebut tidak akan menyebabkan keracunan, karena kandungan sianida di dalamnya tidak cukup banyak untuk menyebabkan keracunan pada tubuh Anda.

Selain dari makanan Sianida juga ditemukan pada rokok, asap kendaraan bermotor dan pada beberapa produk sintetik. Kandungan sianida juga bisa ditemukan di tanah atau di air yang berasal dari proses industri, seperti pertambangan logam, industri kimia organik, pabrik besi dan baja, serta fasilitas pengolahan air limbah publik. 

Garam sianida dan HCN juga digunakan dalam proses metalurgi, electroplating, proses produksi kimia organik, pabrik plastik, pengasapan kapal, dan proses pertambangan.

Apa ciri-ciri orang yang keracunan sianida?

Secara spesifik sulit untuk mengenali jika seseorang mengalami keracunan sianida, karena gejalanya hampir mirip dengan orang yang mengalami keracunan akibat zat lain. Untuk pertolongan yang terbaik adalah segera membawa seseorang yang Anda duga mengalami keracunan ke IGD.

Tanda awal keracunan sianida atau paparan sianida dalam jumlah kecil melalui pernapasan, terserap kulit, dan lewat makanan-minuman ialah napas cepat, denyut jantung meningkat, nyeri kepala, sesak napas, mual, muntah, berkeringat, kulit kemerahan,mata kemerahan hingga tubuh lemah. 

Keracunan sianida memicu perubahan perilaku, seperti cemas, agitasi, dan gelisah.

Tanda akhir keracunan atau paparan sianida berjumlah besar ialah tekanan di susunan saraf pusat hingga muncul tremor (gemetar tak terkontrol), gangguan irama jantung berupa denyut melambat, tekanan darah turun, kejang, koma, hingga hilangnya kesadaran, gagal napas, dan jantung berhenti.

Pertolongan apa yang dapat Anda lakukan untuk menolong seseorang yang keracunan sianida?

Seperti yang diungkapkan sebelumnya, sulit untuk mengetahui secara pasti jika seseorang mengalami keracunan sianida. Tetapi jika Anda yakin seseorang mengalami keracunan sianida, maka keracunan sianida bisa segera ditangani.         

Antidotum yang diberikan bisa berupa cyanokit (hidroksikobalamin) yang disuntikkan. Saat hidroksikobalamin bereaksi dengan sianida, itu akan membentuk sianokobalamin yang dibuang lewat ginjal. Antidotum lain adalah natrium tiosulfat.            

  • Mengupayakan agar orang yang keracunan muntah atau membuat muntah dengan merangsang dinding faring belakang dengan jari. (hal ini tidak boleh lakukan bila orang tersebut tidak sadar) 
  • Memberi minum hangat jika pasien dalam kondisi sadar. 
  • Jika terdapat tanda-tanda paparan sianida pada mata, segera aliri mata yang terpapar dengan air bersih yang mengalir.
  • Memberikan nafas buatan atau menempatkan penderita di ruang terbuka agar memperoleh udara segar. Namun perlu diingat, pemberian nafas buatan mulut ke mulut tidak boleh dilakukan untuk menghindari sang penolong keracunan.
  • Jika korban berhenti bernapas, lakukanlah Resusitasi Jantung Paru.

Bila keadaan tidak membaik segera bawa ke Rumah sakit untuk mendapatkan perawatan lanjutan


11 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
MedicineNet (2016). Medical Definition of Cyanide Poisoning. (https://www.poison.org/18002221222)
DerSarkissian, C. WebMd (2017). Cyanide Poisoning Treatment. (https://www.poison.org/18002221222)

Artikel ini hanya sebagai informasi awal mengenai kondisi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Pertanyaan dan jawaban lain tentang kondisi ini
Buka di app