Kenali Tahapan dan Risiko Prosedur Transplantasi Hati

Dipublish tanggal: Sep 5, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Waktu baca: 3 menit

Hati atau liver merupakan organ internal tubuh paling besar yang letaknya di sisi atas rongga perut kanan. Pada orang dewasa, berat organ penghasil cairan empedu tersebut bisa mencapai 1,3 kg. Selain memproduksi cairan empedu, manfaat hati lainnya adalah:

  • Mencerna nutrisi dari makanan lalu mengubahnya menjadi energi
  • Menyimpan vitamin serta mineral
  • Menghasilkan protein
  • Membantu tubuh menangkis serangan bakteri
  • Mengeliminasi racun (termasuk alkohol) agar keluar dari tubuh

Faktor penyebab Gagal Fungsi Hati

Lantas, bagaimana kalau hati sampai mengalami gagal fungsi? Sebagai upaya terakhir, biasanya dokter akan menyarankan transplantasi. 

Prosedur transplantasi hati ini tentunya baru dilakukan bila liver benar-benar mengalami gagal fungsi, yang mana umumnya terjadi karena:

Pemeriksaan Sebelum Transplantasi Hati

Sebelum memutuskan apakah pasien benar-benar butuh transplantasi, dokter biasanya akan melakukan beberapa pemeriksaan, yaitu:

  • Tes darah
  • Tes urin
  • USG untuk melihat kondisi liver
  • Tes jantung
  • Tes kesehatan tubuh secara menyeluruh
  • Konsultasi gizi
  • Evaluasi psikologis - supaya pasien paham betul apa saja risiko dari prosedur transplantasi hati itu.
  • Terkadang, konsultasi keuangan - mengingat biayanya tentu tidaklah sedikit

Tahapan Transplantasi Hati

Dalam prakteknya, prosedur transplantasi hati terbagi menjadi beberapa tahap, yakni:

Donor organ

Tentu saja, pertama-tama harus ada donor hati sebelum seseorang menjalani transplantasi. Tahap inilah yang tidak mudah, karena mencari donor yang sesuai kadangkala membutuhkan waktu lama. 

Selama masa penantian ini, dokter umumnya tetap memberikan perawatan untuk mengatasi komplikasi akibat gagal fungsi liver. 

Bicara soal donor, sumbernya bisa dari seseorang yang masih hidup, atau juga bisa dari yang sudah meninggal.

Pendonor hidup misalnya, biasanya berasal dari orang terdekat, apakah saudara, pasangan, hingga teman. Yang pasti siapapun calon pendonornya, mereka harus lebih dulu menjalani tes baik secara medis maupun psikologis. 

Tak semua orang bisa jadi pendonor. Paling tidak ia harus benar-benar sehat dan mempunyai golongan darah yang sama dengan pasien. 

Usianya juga tak kurang dari 18 tahun dan tak lebih dari 60 tahun. Selain itu, profil ukuran tubuhnya sebaiknya sama atau lebih besar dari pasien. 

Dari pendonor hidup, dokter biasanya hanya akan mengangkat sebagian saja organ hatinya untuk ditanamkan ke tubuh penderita gagal fungsi liver. 

Seiring berjalannya waktu, diharapkan hati yang didonorkan tadi dapat berkembang menjadi ukuran normal. 

Sedangkan pendonor yang sudah meninggal maksudnya ialah seseorang yang mengalami kematian fungsi otak, tapi jantungnya masih berdetak.

Operasi transplantasi hati

Setelah memperoleh donor hati yang sesuai, operasi dilakukan dengan mengambil liver dari tubuh pasien, kemudian mengganti itu dengan organ hasil donor. 

Proses pemindahan organ tersebut biasanya memakan waktu cukup lama, bisa 6-12 jam lamanya. Karenanya, transplantasi hati termasuk operasi besar. 

Ketika dioperasi dan juga hingga beberapa hari ke depan, fungsi tubuh pasien umumnya harus ditopang oleh beberapa alat bantu. 

Pasca operasi (masa pemulihan)

Seberapa cepat pasien dapat pulih setelah transplantasi sangat tergantung dari seberapa parah kondisinya sebelum operasi. Ada pasien yang sembuh total dalam waktu 6 bulan, namun ada pula yang 1 tahun kemudian. 

Usia harapan hidup pasien transplantasi hati juga beragam karena tergantung pada kondisi tiap tubuh. Umumnya, lebih dari 70% pasien tetap bertahan hidup, paling tidak selama 5 tahun pasca operasi. 

Risiko Komplikasi Transplantasi Hati

Sama seperti prosedur bedah lainnya, transplantasi hati juga mengandung risiko komplikasi. Yang paling umum adalah muncul penolakan dari tubuh pasien terhadap liver yang baru diterimanya. Diperkirakan 64% pasien mengalami ini, khususnya pada 6 minggu pertama.

Penyebab penolakan tersebut karena imunitas menganggap liver baru sebagai benda asing yang mesti dihancurkan. Guna mengatasinya, dokter biasanya memberikan obat untuk menekan kekebalan tubuh sehingga reaksi penolakannya dapat diredam. 

Sayangnya, obat yang mungkin wajib diminum seumur hidup tersebut juga mengandung efek samping, misalnya seperti sakit kepala, diare, diabetes, hipertensi, kolesterol tinggi, hingga penipisan tulang. 

Masalah lainnya lagi adalah bila sistem imun ditekan, otomatis tubuh jadi lebih berisiko terserang infeksi. Namun seiring berjalannya waktu, risiko infeksi ini umumnya dijumpai semakin mengecil. 

Komplikasi lain yang mungkin muncul pasca transplantasi hati ialah pendarahan, penggumpalan darah, komplikasi saluran empedu, hingga gangguan daya ingat. 

Jadi itulah tadi beberapa informasi terkait prosedur maupun risiko transplantasi hati yang dapat kami bagikan. Semoga menambah wawasan kita semua!


32 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Find a transplant hospital. UNOS Transplant Living. https://transplantliving.org/before-the-transplant/find-transplant-hospital/.
Croome KP, et al. The use of donation after cardiac death allografts does not increase recurrence of hepatocellular carcinoma. American Journal of Transplantation. 2015; doi:10.1111/ajt.13306.
De Assuncao TM, et al. Development and characterization of human-induced pluripotent stem cell-derived cholangiocytes. Laboratory Investigation. 2015; doi:10.1038/labinvest.2015.51.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app