Fecal Incontinence - Tanda, Penyebab, Gejala, Cara Mengobati

Dipublish tanggal: Feb 9, 2019 Update terakhir: Nov 5, 2020 Tinjau pada Apr 15, 2019 Waktu baca: 4 menit

Pernahkah anda terkena Inkontinensia Tinja

Pernahkah Anda merasa tidak tahan bahkan tidak dapat mengontrol saat buang air besar, hingga menyebabkan tinja atau feces Anda bocor secara tak terduga dari anus? Hal ini pastinya akan membuat Anda merasa tidak nyaman apalagi jika Anda sedang berada diluar rumah. Berhati- hatilah jika hal ini sering terjadi pada diri Anda, mungkin saja Anda mengalami Inkontinensia Tinja. Tahukah Anda apa sih inkontinensia tinja itu? Apa penyebab dan bagaimana cara mengobatinya. Untuk pembahasan lebih lanjut, mari simak pembahasan artikel berikut ini.

Apa sih inkontinensia tinja itu?

Inkontinensia tinja adalah gangguan buang air besar, di mana seseorang kehilangan kemampuan untuk mengendalikan proses pembuangan lewat anus. Akibatnya terjadi buang air besar tanpa disadari atau diinginkan.

Penyebab Inkontinensia Tinja

Ada banyak hal yang menyebabkan terjadinya inkontinensia tinja. Salah satu penyebab umum inkontinensia tinja termasuk sembelit, diare, atau kerusakan saraf. Inkontinensia tinja bisa terjadi karena melemahnya otot yang mengatur pembukaan anus, hal ini sering dikaitkan dengan proses penuaan atau cedera pada saraf dan otot-otot rektum dan anus.

Penyebab lain yang dapat memicu terjadinya inkontinensia tinja dapat terjadi pada beberapa hal sebagai berikut:

  • Orang yang mengalami cedera anus atau urat saraf tulang belakang
  • Prolapsus rektum (penonjolan lapisan rektum melalui anus)
  •  Cedera di panggul karena persalinan
  • Cedera neurologis pada kencing manis
  •  Tumor anus
  •  Pikun
  • Hemorrhoid
  • Stroke
  • Diabetes

Apa saja gejala-gejala dari Inkontinensia tinja?

Pada umumnya, orang dewasa tidak mengalami inkontinensia tinja kecuali mungkin sesekali selama masa-masa singkat munculnya diare yang tak tertahankan. Tapi hal yang sama tidak berlaku bagi orang-orang dengan inkontinensia tinja yang berulang atau kronis. Gejala Inkontonesis tinja bisa berupa merembesnya tinja atau feces cair yang disertai dengan buang gas dari dubur atau penderita sama sekali tidak dapat mengendalikan keluarnya tinja.

Inkontinensia tinja bisa disertai dengan masalah usus lainnya, seperti:

  • Diare. Tinja padat lebih mudah untuk tinggal di dalam rektum daripada tinja cair, sehingga saat diare atau mencret dapat menyebabkan atau memperburuk inkontinensia tinja.
  • Sembelit. Sembelit kronis dapat menyebabkan tinja (dalam jumlah besar) mengering hingga muncul feses keras dalam rektum. Feses ini menumpuk hingga menjadi terlalu besar dan sulit untuk dikeluarkan. Sebagai hasilnya, otot-otot rektum dan usus mengalami peregangan, dan kemudian akhirnya melemah. Inkontinensia tinja terjadi saat tinja berair yang datang dari dalam sistem pencernaan dapat bergerak di sekitar tumpukan feses keras ini dan terjadilah kebocoran.
  • Kentut, kembung dan kram perut

Diagnosis Inkontinensia Tinja

Untuk mendiagnosis kondisi ini, dokter akan menanyakan gejala termasuk frekuensi buang air, keluhan dan gejala, jenis makanan atau minuman yang dikonsumsi, serta obat yang sedang dikonsumsi. Setelah itu, pemeriksaan colok dubur juga perlu dilakukan untuk memeriksa kekuatan otot sfingter anus.

Jika hasil tidak mencukupi, dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan untuk memastikan diagnosis, di antaranya:

  • Kultur tinja, bertujuan untuk mendeteksi adanya infeksi penyebab diare dan inkontinensia.
  • USG anorektal
  • MRI, untuk memperoleh gambar detail kondisi sfingter anus dan melihat kondisi otot anus.
  • Barium enema, yaitu pemeriksaan dengan menggunakan foto Rontgen dan cairan barium untuk memeriksa saluran pencernaan bagian bawah, termasuk usus besar dan rektum.
  • Proktografi, yaitu pemeriksaan untuk mengukur banyaknya kotoran yang dapat dikeluarkan tubuh dan mengukur kekuatan rektum dalam menahan kotoran agar tidak merembes. Tes ini menggunakan sinar X untuk menghasilkan rangkaian gambar bergerak, dan dilakukan ketika pasien buang air besar di toilet khusus.
  • Elektromiografi (EMG), untuk memeriksa fungsi dan koordinasi otot dan saraf di sekitar anus dan rektum.
  • Kolonoskopi, untuk memeriksa seluruh bagian usus menggunakan selang fleksibel berkamera yang dimasukkan melalui anus.

Bagaimana cara mengatasi masalah inkontinensia tinja?

Langkah utama untuk memperbaiki keadaan inkontinensia tinja adalah dengan berusaha untuk memiliki kebiasaan defekasi (buang air besar) yang teratur, yang akan menghasilkan bentuk tinja yang normal. Melakukan perubahan pola makan, berupa penambahan jumlah serat juga sangat berperan penting dalam mengatasi masalah yang satu ini.

Orang dengan inkontinensia tinja masih dapat mempertahankan fungsi buang air besar secara normal jika ditangani dengan benar. Pengobatan inkontinsia tinja tergantung pada penyebab dan keparahan gejala tersebut.

Beberapa pilihan pengobatan inkontinensia tinja dapar berupa beberapa hal sebagai berikut:

  • Mengubah gaya hidup dan pola makan untuk mengobati konstipasi atau diare
  • Melakukan program latihan untuk memperkuat otot pengendali usus
  • Minum obat-obatan untuk mengendalikan masalah inkontinensia tinja\
  • Penggunaan produk inkontinensia seperti pad atau bantalan
  • Pembedahan seperti sphincteroplasty, stimulasi saraf  dan kolostomi

Bagaimana cara mencegah terjadinya inkontinensia tinja?

Inkontinensia tinja adalah kondisi yang tidak dapat disembuhkan dengan mudah karena semua ini tergantung terhadap penyebab yang mendasarinya. Namun beberapa langkah berikut dapat dilakukan untuk membantu mengantisipasi dan mengendalikan berkembangnya kondisi inkontinensia tinja. Berikut beberapa cara yang dapat Anda dilakukan untuk mengatasi masalah inkontinensia tinja:

  • Hindari penyebab diare.
  • Hindari mengejan saat buang air besar. Mengejan dapat melemahkan otot dubur atau merusak saraf yang bisa berujung kepada inkontinensia tinja.
  • Kurangi penyebab konstipasi, misalnya dengan mengonsumsi makanan tinggi serat,
  • Mulailah pola hidup sehat sperti banyak minum air, dan berolahraga dengan teratur.

Apabila gejala-gejala yang telah disebutkan diatas terjadi pada Anda dan setelah menggunakan berbagai pengobatan masih tidak ada perbaikan terhadap masalah Anda, segera konsultasikan ke dokter untuk penanganan lebih lanjut.


20 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Kivi, R. Leonard, M. Healthline (2016). What Causes Fecal Incontinence? (https://www.healthline.com/health/bowel-incontinence)
Felson, S. WebMD (2018). Bowel Incontinence. (https://www.webmd.com/digestive-disorders/bowel-incontinence)
Mayo Clinic (2018). Diseases and Conditions. Fecal Incontinence. (https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/fecal-incontinence/symptoms-causes/syc-20351397)

Artikel ini hanya sebagai informasi awal mengenai kondisi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app