Awas, Gigi Rontok Pada Lansia Bisa Jadi Gejala Demensia

Dipublish tanggal: Jul 10, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Jul 22, 2019 Waktu baca: 3 menit
Awas, Gigi Rontok Pada Lansia Bisa Jadi Gejala Demensia

Gigi rontok dan gigi ompong adalah hal yang wajar yang dialami oleh lansia. Seiring bertambahnya usia, kekuatan gigi akan semaki berkurang gigi Anda lambat laun akan copot satu persatu. Meski umumnya wajar, Anda juga perlu waspada karena ternyata gigi rontok pada lansia berpeluang menjadi gejala demensia. 

Anda mungkin jadi bertanya-tanya dan ikut was-was. Apakah hal tersebut benar adanya? Lalu, bagaimana cara mencegah gejala demensia pada lansia? Tenang, semua jawabannya bisa Anda temukan pada ulasan berikut ini.

Berkurangnya jumlah gigi lansia meningkatkan risiko demensia

Temuan ini diungkapkan oleh penelitian yang dimuat dalam Journal of the American Geriatrics Society tahun 2017 lalu. Studi ini melibatkan sekitar 1.566 lansia Jepang, kemudian dipantau kondisi kesehatannya selama 5 tahun, yakni dari tahun 2007 sampai tahun 2012. 

Seluruh peserta sudah dipastikan terbebas dari penyakit demensia sebelum penelitian dimulai. Para ahli kemudian melakukan penyesuaian faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko demensia dan Alzheimer, mulai dari riwayat penyakit, konsumsi rokok atau alkohol, kebiasaan menyikat gigi, hingga masalah gigi seperti gusi bengkak atau gusi berdarah.

Di awal penelitian, peserta digolongkan menjadi 4 kategori sesuai dengan jumlah giginya. Mulai dari tidak ada gigi sama sekali alias ompong hingga tersisa 20 gigi atau lebih. 

Baca Juga: Mengapa Saat Lanjut Usia Jadi Ompong Giginya?

Setelah diteliti selama 5 tahun, sebanyak 11,5% lansia diketahui mengalami gejala beberapa jenis demensia, termasuk di antaranya adalah penyakit Alzheimer dan demensia vaskular. Demensia vaskular adalah pecahnya sel saraf otak akibat kurangnya aliran darah mengandung oksigen ke otak. 

Terdapat beberapa kemungkinan munculnya demensia pada lansia, meliputi: 

  • Perkembangan demensia meningkat hingga mencapai 91% pada lansia yang memiliki 1-8 gigi tersisa.
  • Perkembangan demensia meningkat sebanyak 62% pada lansia dengan 10-19 gigi tersisa.

Dilihat berdasarkan jenis demensianya, sebanyak 42 lansia dari menderita demensia vaskular. Dengan demikian, ada dua hal yang muncul akibat gigi rontok pada lansia, yaitu penyakit Alzheimer dan penyakit demensia vaskular.

Apa hubungannya gigi rontok dan gejala demensia?

Kesehatan rongga mulut, termasuk area gusi dan gigi, merupakan salah satu penentu sehat atau tidaknya tubuh Anda secara keseluruhan. Artinya, bila kondisi gigi dan mulut tidak sehat, maka bisa jadi pertanda bahwa ada yang tidak beres pada tubuh Anda.

Hal ini termasuk juga soal gigi rontok, meskipun sebetulnya umum dialami oleh lansia. Lalu, apa hubungannya gigi rontok dengan demensia?

Menurut para ahli, kemungkinan ada kaitannya dengan respon inflamasi atau peradangan. Kerusakan gigi dan penyakit gusi dapat memicu peradangan yang diam-diam, sementara penyakit Alzheimer dapat muncul akibat respon peradangan dalam tubuh. 

Selain itu, aktivitas mengunyah juga dapat membantu melancarkan aliran darah dan meningkatkan jumlah oksigen dalam darah. Sementara pada orang yang jumlah giginya sedikit seperti lansia, mengunyah tentu menjadi hal yang sulit dilakukan. Alhasil, lansia juga akan mengalami kesulitan untuk mengonsumsi makanan sehat setiap harinya.

Baca Selengkapnya: Cara Mengatasi Pikun yang Menjadi Gejala Demensia

Bagaimana cara menurunkan risiko penyakit demensia?

Perubahan gaya hidup merupakan faktor terpenting untuk mencegah risiko demensia. Hal ini disampaikan oleh Rosa Sancho, seorang kepala penelitian di Alzheimer’s Research Inggris. 

Bukan hanya untuk mencegah resiko demensia, gaya hidup yang sehat juga diperlukan untuk menjaga kondisi kesehatan tubuh Anda secara keseluruhan. Salah satunya dengan perawatan gigi sejak dini, mulai dari rajin menggosok gigi hingga rutin memeriksakan kesehatan gigi ke dokter gigi.

Selain itu, ada beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk menjaga kesehatan di usia senja sekaligus mencegah risiko demensia, antara lain:

  • Konsumsi makanan bergizi seimbang
  • Terus bergerak aktif
  • Penuhi kebutuhan cairan tubuh
  • Istirahat cukup
  • Pantau kadar kolesterol dan tekanan darah tetap normal
  • Jaga berat badan

Untuk itu, mulailah jaga kesehatan Anda dengan menerapkan gaya hidup sehat, termasuk pola makan yang bergizi seimbang mulai dari sekarang. Agar di masa yang akan datang, tubuh Anda tetap terjaga sehat dan bugar meski usia tak lagi muda. 

Baca Juga: Vitamin untuk Lansia, Apakah Memang Diperlukan?


5 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Tooth loss link to increased risk of dementia. NHS (National Health Service). (https://www.nhs.uk/news/neurology/tooth-loss-link-to-increased-risk-of-dementia/)
Rajeev, Ranjan & Rout, Manisha & Mishra, Monalisa & Kore, ShobhaAbhijeet. (2019). Tooth loss and dementia: An oro-neural connection. A cross-sectional study. Journal of Indian Society of Periodontology. 23. 158. 10.4103/jisp.jisp_430_18.. ResearchGate. (https://www.researchgate.net/publication/331415529_Tooth_loss_and_dementia_An_oro-neural_connection_A_cross-sectional_study)
10 early signs and symptoms of dementia. Medical News Today. (https://www.medicalnewstoday.com/articles/324516)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app