Preeklamsia - Tanda, Penyebab, Gejala, Cara Mengobati

Dipublish tanggal: Jan 29, 2019 Update terakhir: Nov 5, 2020 Tinjau pada Feb 28, 2019 Waktu baca: 3 menit

Apakah Preeklamsia itu?

Preeklamsia merupakan salah satu komplikasi pada masa kehamilan yang berupa peningkatan tekanan darah pada ibu hamil dan disertai dengan adanya tanda-tanda yang mengarah pada kerusakan organ. Biasanya organ yang mengalami kerusakan adalah organ ginjal dan hati (liver).

Preeklamsia pada umumnya terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu dengan tidak adanya riwayat tekanan darah tinggi pada saat sebelum hamil. Jika tidak diobati, preeklamsia dapat menyebabkan komplikasi serius atau fatal baik bagi ibu hamil ataupun bayi dalam kandungan. Salah satu cara untuk menangani kondisi preeklamsia adalah dengan melakukan persalinan sesegera mungkin untuk menghindari bahaya yang mungkin terjadi.

Mengenai Preeklamsia

Penyebab Preeklamsia

Penyebab preeklamsia belum diketahui secara pasti tetapi beberapa sumber menyebutkan kemungkinan ada beberapa faktor yang mendasari terjadinya preeklamsia yakni kelainan pada plasenta, ukuran pembuluh darah yang lebih sempit, serta mungkin terjadinya rangsangan berbeda di setiap sistem hormon tubuh pada ibu hamil.

Faktor yang mendorong peningkatkan risiko terjadinya penyakit preeklamsia ini, antara lain:

  • Kurangnya nutrisi ibu hamil saat kehamilan
  • Kehamilan anak pertama
  • Adanya riwayat preeklamsia pada kehamilan sebelumnya
  • Mengandung anak kembar
  • Usia ibu terlalu muda atau terlalu tua (kurang dari 20 tahun atau berusia di atas 40 tahun)
  • Mengalami obesitas pada saat hamil
  • Memiliki riwayat keluarga dengan kondisi preeklamsia
  • Usia kehamilan terlalu jauh (kembali hamil setelah kurang lebih 10 tahun tidak hamil)

Gejala Preeklamsia

Tanda dan gejala preeklamsia secara umum dapat bervariasi, mulai dari tanda dan gejala yang tidak muncul atau gejala ringan, sedang, hingga berat. Gejala utama preeklamsia adalah pada saat pengukuran tekanan darah di usia kehamilan 20 minggu atau lebih berada di atas 140 mmHg pada tekanan darah sistolik dan 90 mmHg pada tekanan darah diastolik.

Pemeriksaan untuk mendeteksi terjadinya preeklamsia tidak hanya dapat dilakukan sekali, tetapi memerlukan obeservasi bertahap untuk memastikan kondisi yang terjadi pada bayi.

Gejala preeklamsia lain meliputi:

  • Nyeri kepala hebat
  • Berkurangnya volume urin
  • Mual dan muntah
  • Sesak napas karena adanya cairan di paru-paru
  • Gangguan penglihatan
  • Gangguan fungsi hati
  • Nyeri perut terutama perut bagian atas
  • Bengkak parah pada tangan ataupun kaki
  • Meningkatnya protein dalam urin
  • Mengalami trombositopenia

Pemeriksaan Preeklamsia

Preeklamsia merupakan kondisi yang harus diperiksakan secara langsung ke dokter untuk dapat memastikan sumber penyebab penyakit yang mendasarinya. Berikut adalah beberapa pemeriksaan yang mungkin dapat dilakukan bila Anda mengalami kondisi dan gejala preeklamsia, yaitu:

  • Pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik pada alat-alat vital termasuk pemeriksaan lain yang berkaitan
  • Tes darah. Pemeriksaan darah juga bisa meliputi tes fungsi hati, tes fungsi ginjal, dan pemeriksaan yang terkait dengan sistem pembekuan darah
  • Analisa urin. Dokter biasanya akan mengumpulkan urin selama 24 jam terakhir yang bertujuan untuk memeriksa dan mengukur jumlah protein dalam urin tersebut. Sampel urin tunggal yang mengukur rasio protein terhadap kreatinin (bahan kimia dalam urin) juga dapat digunakan untuk membuat diagnosis
  • Fetal ultrasound. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan kondisi janin, menentukan perkiraan berat badan janin, serta memperkirakan jumlah air ketuban pada saat kelahiran.
  • Nonstress test or biophysical profile. Tes non-stress adalah prosedur sederhana yang memeriksa bagaimana detak jantung bayi bereaksi ketika bayi bergerak. Profil biofisik menggunakan ultrasound dapat mengukur pernapasan bayi, tonus otot, gerakan, dan volume cairan ketuban di dalam rahim.

Pengobatan Preeklamsia

Pengobatan preeklamsia hanya bisa ditempuh melalui proses persalinan, karena dengan kelahiran tersebut kondisi preeklamsia dapat membaik. Namun biasanya dokter juga akan melakukan pemeriksaan serta pemantauan berkala terhadap ibu hamil dan bayi. 

Beberapa obat-obatan tertentu juga dapat diberikan untuk menjaga kondisi ibu hamil dan bayi, seperti:

  • Aspirin dosis rendah. Biasanya diberikan kepada ibu hamil yang memiliki risiko tinggi mengidap preeklamsia. Aspirin diberikan pada saat usia kehamilan mencapai 12 minggu hingga saat bayi lahir
  • Kalsium. Suplemen atau vitamin ini dapat diberikan sebelum dan saat terjadinya kehamilan
  • Anti-hipertensi. Obat ini bertujuan dalam menurunkan dan menstabilkan tekanan darah ibu hamil
  • Anti-kejang. Sebagai terapi pilihan bila terjadi kejang pada ibu hamil
  • Kortikosteroid. Digunakan untuk membantu membentuk dan menyempurnakan paru-paru pada janin dalam kandungan dan membantu mempertahankan kehamilan selama menunggu masa persalinan

Pencegahan Preeklamsia

Hingga saat ini belum ditemukan cara mencegah kondisi preeklamsia yang dialami ibu hamil secara spesifik. Hanya saja, bagi penderita preeklamsia, sebaiknya:

  • Lakukan kontrol atau pemeriksaan rutin selama kehamilan
  • Perhatikan kesehatan diri sendiri dengan mengonsumsi makanan bergizi dan seimbang serta mencukupi kebutuhan cairan tubuh
  • Hindari kebiasaan merokok, minum berkafein dan minuman beralkohol
  • Lakukan diet untuk mencegah risiko tekanan darah tinggi yaitu dengan mengurangi asupan garam dalam sehari serta mengurangi makanan berlemak, bersantan, maupun makanan berminyak.

23 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
WebMD (2018). Preeclampsia and Eclampsia. (https://www.webmd.com/baby/preeclampsia-eclampsia)
Herndon, J. Healthline (2017). Preeclampsia. (https://www.healthline.com/health/preeclampsia)

Artikel ini hanya sebagai informasi awal mengenai kondisi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Pertanyaan dan jawaban lain tentang kondisi ini
Apa saja obat" untuk menggugurkan kandungan,dan bagaimana cara"nya
Pertanyaan ini telah dijawab oleh seorang ahli medis
Buka di app