Mengenal Emotional Eating, Saat Emosi Memengaruhi Nafsu Makan

Dipublish tanggal: Jun 28, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Sep 24, 2019 Waktu baca: 3 menit
Mengenal Emotional Eating, Saat Emosi Memengaruhi Nafsu Makan

Saat sedang emosi atau pikiran kalut, pernahkah Anda merasa tiba-tiba ingin makan yang banyak dan enak-enak? Kalau iya dan hal ini sering dituruti, artinya Anda mengalami emotional eating. Hati-hati, kalau diteruskan dan tidak terkontrol bisa mengundang bahaya bagi kesehatan, lho!

Apa itu emotional eating?

Pernahkah Anda mendengar istilah emotional eating? Ya, istilah tersebut ditujukan pada seseorang yang tengah emosi atau depresi, kemudian mencari makanan sebagai pelampiasannya. 

Emotional eating adalah kondisi ketika seseorang menggunakan makanan sebagai solusi untuk meredakan emosi. Dengan kata lain, makanan digunakan sebagai pengalih perhatian atau pelampiasan dari emosi, sedih, stres, dan perasaan negatif lainnya.

Setelah makan, penderita biasanya akan merasa lebih fresh dan melupakan stres yang dirasakannya. Bahkan, hanya dengan makan saja sudah dapat memberikan kenyamanan atas masalah yang sedang dialami maupun kondisi yang menyakitkan.

Saat sedang stres, tubuh akan meningkatkan produksi hormon kortisol. Akibatnya, orang dengan emotional eating akan memiliki nafsu makan yang meningkat. Setelah ia makan dan keinginannya terpenuhi, kadar hormon kortisol perlahan-lahan akan berkurang sehingga ia merasakan lebih nyaman dan tenang.

Baca Juga: 5 Gangguan Makan Aneh yang Tidak Banyak Diketahui

Apa dampak emotional eating?

Meski tampak menguntungkan, hal tersebut justru menjadi kabar buruk dan harus dihindari. Pasalnya, bila emotional eating dilakukan secara terus-menerus dan tidak terkontrol, kebiasaan ini bisa memicu kenaikan berat badan atau obesitas.

Ketika sedang emosi atau stres, orang dengan emotional eating akan menghabiskan banyak makanan tanpa berpikir panjang. Bahkan, biasanya mereka cenderung tidak peduli dengan jenis makanan yang dikonsumsi, seperti es krim, cokelat,  pizza, dan lainnya. Inilah yang menyebabkan seorang emotional eating rentan mengalami kegemukan.

Apakah emotional eating sama dengan binge eating?

Kalau diperhatikan sekilas, emotional eating dan binge eating punya kesamaan. Keduanya sama-sama membuat seseorang jadi doyan makan dalam jumlah yang besar.

Akan ettapi, emotional eating sebetulnya tidak sama dengan binge eating. Perbedaannya terletak dari penyebab dan pola makan yang dilakukan.

Emotional eating membuat seseorang kalap makan dalam keadaan stres atau marah. Sementara orang dengan binge eating mampu menghabiskan makanan dalam jumlah yang lebih besar lagi.

Selain itu, penderita binge eating bisa menyantap makanan dengan cepat dan kerap menyembunyikan kebiasaan ini dari orang lain. Pada akhirnya, mereka sering merasa bersalah usai melakukannya.

Bagiamana cara mengatasi emotional eating?

Walaupun bisa menjadi solusi mengatasi stres, perilaku emotional eating tetap saja tidak baik untuk tubuh. Bagi Anda yang mengalaminya, Anda bisa mengatasi emotional eating dengan cara-cara berikut ini: 

1. Kenali pemicu kebiasaan makan berlebihan

Langkah pertama yang dapat Anda lakukan untuk mengatasi masalah emotional eating adalah buatlah catatan mengenai apa penyebab Anda bisa kalap makan saat stres.

Misalnya, Anda cenderung lebih banyak makan saat sedang sedih atau bosan. Nah, cobalah untuk mengganti kebiasaan makan berlebihan tersebut dengan aktivitas lain yang lebih bermanfaat. Misalnya dengan berolahraga, main musik, nonton film, atau pergi jalan-jalan bersama keluarga. 

Baca Juga: Makan Terlalu Kenyang Mengundang Penyakit

2. Pilihlah buah sebagai camilan

Sebetulnya, tidak masalah jika Anda merasa ingin makan saat sedang emosi atau butuh pelampisan. Namun pada kondisi emotional eating, Anda bisa mengakalinya dengan memilih jenis makanan yang tepat.

Ketimbang mengonsumsi makanan yang mengandung tinggi lemak atau kolesterol, coba ganti camilan Anda dengan makanan yang lebih sehat dan bergizi. Misalnya yogurt, biskuit, atau buah seperti jeruk.

Faktanya, makan buah jeruk dapat membantu mengalihkan pikiran dan membuat Anda lebih fresh dan segar. Tak hanya itu,  menghirup aroma buah jeruk saja sudah mampu menenangkan pikiran.

Nah, sekarang Anda tak perlu khawatir lagi dengan perilaku emotional eating selama bisa diatasi dengan baik. Apabila ada kebiasaan lain yang lebih baik daripada makan ketika emosi maupun stres, mengapa tidak dilakukan?

Baca Selengkapnya: 22 Buah yang Baik untuk Diet dan Kesehatan


18 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Wardle J, et al. (2016). Chapter 55 — Diet and stress: Interactions with emotions and behavior in Stress: Concepts, cognition, emotion, and behavior. (https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/B9780128009512000583)
Stephenson J. (2014). Guided meditation for anxiety and stress [Video]. (https://www.youtube.com/watch?v=6vO1wPAmiMQ)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app