Dysphagia - Tanda, Penyebab, Gejala, Cara Mengobati

Dipublish tanggal: Feb 22, 2019 Update terakhir: Nov 9, 2020 Tinjau pada Jun 13, 2019 Waktu baca: 4 menit

Disfagia adalah istilah medis untuk kesulitan menelan. Penyebab keluhan ini sangat beraneka ragam mulai dari masalah ringan hingga karena penyakit tertentu yang lebih serius sehingga penting bagi anda untuk memeriksakan diri ke dokter jika mengalami keluhan ini.

Disfagia biasanya terjadi ketika ada gangguan pada kerongkongan atau esofagus. Kerongkongan merupakan saluran yang menghubungkan antara rongga mulut dan lambung. Normalnya otot pada dinding esofagus akan berkontraksi (mengencang) untuk mendorong makanan masuk ke lambung.

Sel – sel dan kelenjar mukosa di esofagus akan menghasilkan mukus atau lendir yang berfungsi untuk membantu agar makanan dapat melewati saluran dengan mudah. Di akhir esofagus ada otot yang melingkar (sirkular) atau disebut juga sebagai sfingter. Otot ini akan berelaksasi (meregang) sehingga makanan bisa masuk ke lambung dan otot ini akan mengencang untuk menghentikan makanan dan mencegah asam lambung naik ke esofagus.

Apa Saja Ciri-ciri dan Gejala Disfagia?

Gangguan menelan bisa berlangsung ringan hingga sedang atau bahkan berat, berikut gejala disfagia sesuai derajatnya:

  • Disfagia ringan. Pada kondisi ini anda tidak akan mengalami masalah dalam menelan cairan namun saat menelan makanan dalam bentuk padat (solid), maka akan butuh waktu lebih lama atau anda perlu usaha yang ekstra untuk menelannya.
  • Disfagia sedang. Beberapa potong makanan saja bisa menyangkut di tenggorokan saat anda menelan. Kadang juga akan merasaakan adanya sensasi makanan yang mengganjal di kerongkongan atau di bagian dada.
  • Disfagia berat. Baik makanan dalam bentuk cairan ataupun makanan padat tidak bisa masuk ke kerongkongan (esofagus).

Selain itu, gejala lain yang bisa menyertai antara lain:

  • Nyeri menelan.
  • Terjadi regurgitasi atau makanan kembali lagi ke atas, kadang bahkan keluar lewat hidung.
  • Muntah.
  • Batuk atau tersedak saat makan.
  • Keluar air liur terus menerus (mengences).

Meskipun anda mengalami disfagia ringan, namun sebaiknya anda tetap memeriksakan diri ke dokter untuk menyingkirkan kemungkinan adanya penyakit serius yang mendasarinya. Hal ini karena salah satu gejala awal dari kanker esofagus adalah disfagia ringan. Seperti kebanyakan jenis kanker lainnya, makin cepat diagnosis penyakit tersebut diketahui dan makin awal diberikan pengobatan kankernya, maka hasilnya akan jauh lebih baik.

Disfagia yang tidak diobati bisa menyebabkan berat badan menurun dan kekurangan nutrisi karena pasien akan menghindari kegiatan menelan seperti makan dan minum. Selain itu, jika makanan salah masuk ke tenggorokan dan bukannya ke esofagus (kerongkongan) maka pasti akan terjadi batuk dan tersedak serta akan dapat menyebabkan terjadinya infeksi di saluran napas misalnya pneumonia aspirasi.

Penyebab Disfagia dan Faktor Risikonya

Kadang disfagia berhubungan dengan penuaan, dimana otot untuk menelan semakin melemah seiring bertambahnya usia. Kejadiannya pada usia di atas 50 tahun sekitar 8% hingga 10%. Disfagia juga bisa terjadi karena keadaan kongenital (bawaan) dan terjadi pada anak – anak dengan kesulitan belajar. Ada sejumlah keadaan juga yang menyebabkan terjadinya disfagia baik karena penyempitan atau sumbatan di esofagus atau karena gangguan di otot atau persarafan.

Berikut ini adalah beberapa penyebab disfagia yakni:

  • Akibat gangguan neurologis (persarafan) dan otot, misalnya pada stroke, gangguan saraf (seperti parkinson, demensia, dll), tumor otak, miastenia gravis, dan masih banyak lagi.
  • Sumbatan pada kerongkongan, misalnya karena infeksi esofagus,kanker mulut atau kerongkongan, adanya jaringan parut pada kerongkongan yang diperoleh setelah radioterapi dan lain sebagainya.
  • Penyebab lain misalnya serebral palsi, bibir sumbing, komplikasi pembedahan di kepala dan leher dan lain sebagainya.

Penegakan Diagnosis

Penegakan diagnosis dibutuhkan untuk mengetahui penyebab dari disfagia itu sendiri. Dalam hal ini dokter akan lakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Jika dirasa kasus Anda cukup berat atau ada penyulit, maka dokter akan menyarankan untuk merujuk anda ke dokter spesialis yang berkaitan.

Sesuai dengan gejala klinis yang ditemukan oleh dokter pada pemeriksaan di atas, maka selanjutnya mungkin dokter akan menganjurkan beberapa tes untuk lebih memastikan:

  • Tes menelan air. Tes ini bisa digunakan untuk menilai bagaimana kemampuan anda untuk menelan 150 ml air secepat mungkin.
  • Endoskopi. Tes ini dilakukan dengan memasukkan kamera kecil melalui mulut pasien untuk melihat keadaan saluran cerna pasien.
  • Videofluoroskopi. Tes ini dilakukan dengan cara menelan campuran makanan dan minuman dengan barium untuk melihat batas esofagus kemudian dilakukan pengambilan gambar dengan sinar-X.
  • Manometri esofagus. Tes ini untuk mengukur tekanan kontraksi otot di esofagus.
  • Pengukuran kadar pH. Digunakan untuk mengukur kadar asam dalam esofagus pasien dengan menggunakan monitor yang di tempel pada saluran tersebut. Tes ini bisa mengetahui ketika asam lambung naik ke esofagus.

Pengobatan Disfagia

Jika kondisi ini berlangsung ringan, maka pasien disarankan untuk menjaga sikap dan pola makan misalnya harus makan dengan postur tubuh yang baik saat duduk, mengatur porsi makanan di sendok atau garpu, atau minum sedikit air saat makan.

Pada prinsipnya, pengobatan disfagia tergantung dari apakah gangguan menelan terjadi di rongga mulut (high disfagia) atau gangguan menelan terjadi di esofagus (low disfagia) serta penyakit yang mendasari terjadinya keluhan ini.

Untuk disfagia yang disebabkan oleh gangguan neurologi (saraf), maka pengobatannya akan lebih sulit.

Berikut ini adalah beberapa tipe pengobatan disfagia yakni:

  • Terapi menelan. Terapis akan mengajarkan pasien untuk berlatih menelan dan mengajarkan teknik lainnya untuk membantu meningkatkan kemampuan menelan terutama pada pasien dengan high disfagia (gangguannya terletak pada rongga mulut dan faring), misalnya pada pasien pasca pemulihan stroke.
  • Perubahan diet (makanan). Mengubah konsistensi makanan dapat membuat kegiatan menelan lebih aman bagi pasien. Ahli gizi akan memberikan saran agar makanan lebih lembut dan cairan lebih kental serta nutrisinya lebih seimbang.
  • Memberi makanan lewat selang makanan. Makanan kadang perlu diberikan lewat selang makanan yang dimasukkan lewat mulut atau hidung.
  • Pembedahan. Tindakan pembedahan untuk melebarkan esofagus dengan menyisipkan tabung atau saluran dari plastik atau logam pada esofagus.
  • Pengobatan. Kondisi medis tertentu misalnya pada Gastroesofageal Refluks Disease (GERD) bisa diberikan obat golongan proton pump inhibitor (PPI) guna mengobati disfagia.

8 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Blahd, W. WebMD (2016). Swallowing Problems. (https://www.webmd.com/digestive-disorders/swallowing-problems)
Mayo Clinic (2014). Diseases and Conditions. Dysphagia. (https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/dysphagia/symptoms-causes/syc-20372028)
NHS Choices UK (2015). Health A-Z. Dysphagia (Swallowing Problems). (https://www.nhs.uk/conditions/swallowing-problems-dysphagia/)

Artikel ini hanya sebagai informasi awal mengenai kondisi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Pertanyaan dan jawaban lain tentang kondisi ini
Buka di app