Dampak Polusi Bagi Kesehatan Anak Bisa Dirasakan Sejak Dalam Kandungan

Dipublish tanggal: Jun 26, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Jul 22, 2019 Waktu baca: 4 menit
Dampak Polusi Bagi Kesehatan Anak Bisa Dirasakan Sejak Dalam Kandungan

Faktanya, bayi dan anak-anak berisiko 60% lebih besar terkena paparan polusi daripada orang dewasa. Hal ini dikarenakan paru-paru bayi dan anak belum cukup sempurna dan masih dalam tahap perkembangan, sehingga polutan cenderung lebih mudah terhirup dan masuk ke saluran pernapasannya.

Terlebih lagi, anak-anak senang menghabiskan lebih banyak waktu di luar ruangan untuk bermain, berolahraga, dan beraktivitas. Mereka akhirnya menghirup udara lebih banyak sehingga risiko terpapar polusi pun juga semakin besar.

Nah, Anda sebagai orangtua tentu tidak ingin si kecil terkena dampaknya, bukan? Jadi mulai sekarang Anda wajib melindungi si buah hati tiap kali ke luar rumah. Pasalnya, dampak polusi udara tak hanya memicu penyakit dalam tubuh anak, tapi bahkan sudah bisa dirasakan sebelum si kecil lahir ke dunia.

Bahaya polusi udara bisa dirasakan sejak dalam kandungan

Udara yang tercemar merupakan racun bagi jutaan bayi dan anak-anak di seluruh dunia. Sistem imun tubuh bayi dan anak-anak yang rentan membuat kedua golongan ini lebih mudah terkena penyakit, khususnya yang berasal dari paparan polusi udara.

Beberapa penelitian bahkan menemukan bahwa bahaya polusi udara sudah bisa dirasakan oleh bayi sejak dalam kandungan. Salah satunya, sebuah penelitian di California berhasil membuktikan bahwa paparan polusi yang tinggi dapat meningkatkan risiko kelahiran prematur.

Namun, ini bukan berarti paparan polusi yang ringan dirasa aman bagi ibu hamil. Baik tingkat ringan maupun tinggi, dampak polusi udara tetap saja dapat merangsang bayi lahir lebih cepat sebelum waktunya.

Baca Selengkapnya: Waspadai Risiko Pencemaran Udara

Dampak polusi udara bagi kesehatan bayi dan anak-anak

Sudahkah Anda melindungi bayi dan anak-anak dari paparan polusi udara? Meskipun udara di luar tampak bersih dan jernih, hal ini tidak menjamin udara di sekitar Anda terbebas dari polusi udara, lho!

Kalau Anda saja bisa batuk-batuk atau sesak napas saat terkena asap maupun polusi, buah hati Anda pun juga bisa merasakannya. Bahkan, dampak polusi udara bagi bayi dan anak-anak cenderung lebih besar dari yang Anda bayangkan.

Berikut ini berbagai dampak polusi udara bagi kesehatan bayi dan anak-anak, yaitu:

1. Menghambat perkembangan paru-paru

Paru-paru bayi dan anak masih dalam tahap perkembangan sehingga fungsinya masih belum optimal. Kondisi ini membuat zat-zat polutan yang masuk tidak dapat disaring secara maksimal sehingga pada akhirnya mengendap dalam paru-paru.

Selain itu, metabolisme tubuh bayi dan anak juga masih belum mampu bekerja dengan optimal. Akibatnya, tubuh anak tidak mampu mengeluarkan racun dan memicu infeksi saluran pernapasan.

Melansir dari American Lung Association, sebuah penelitian menemukan bahwa paru-paru anak yang hidup di daerah penuh polusi cenderung sulit berkembang secara maksimal. Dampak polusi udara ini dinilai mirip seperti pada saat anak terpapar asap rokok dari orangtuanya.

Dalam studi terpisah, para ahli juga menemukan bahwa kandungan ozon yang tinggi di udara dapat menurunkan fungsi paru-paru pada anak perempuan. Jenis polutan ini juga dapat memicu asma pada anak laki-laki.

2. Menghambat kemampuan kognitif anak

Meskipun ruang paru-parunya masih kecil, bayi dan anak-anak justru mampu menghirup udara lebih banyak daripada orang dewasa. Dengan kata lain, jumlah racun yang berasal dari polusi udara juga akan semakin banyak masuk dan mengganggu perkembangan otak anak.

Terlebih, otak bayi dan anak-anak yang sangat rentan terhadap bahan kimia beracun, meskipun dosisnya sangat kecil. Maka tidak heran jika semakin lama anak terpapar polusi, maka dikhawatirkan semakin besar pula kerusakan pada otak anak. 

Melansir dari data UNICEF, beberapa penelitian mengungkapkan bahwa dampak polusi udara dapat menghambat kemampuan kognitif anak. Paparan polusi udara jangka panjang dapat menurunkan kemampuan verbal dan non-verbal, daya ingat, hingga IQ anak. Bagi anak usia sekolah, masalah-masalah tersebut dapat menurunkan prestasi akademik anak di kelasnya.

3. Memicu gejala ADHD dan depresi pada anak

Zat polutan yang terhirup selama kehamilan dapat menembus plasenta dan masuk ke dalam tubuh bayi. Lebih lanjut, racun dari polusi udara tadi akan menghambat perkembangan otak bayi dan memicu gangguan mental perilaku pada anak. Si kecil bisa mengembangkan gejala ADHD, kecemasan, hingga depresi.

Baca Selengkapnya: Ciptakan Udara Bersih di Rumah Anda

Bagaimana cara mencegah paparan polusi pada bayi dan anak-anak?

Dampak polusi udara bagi kesehatan bayi dan anak memang bikin cemas dan khawatir. Namun, ini bukan berarti Anda lantas mengurung anak-anak dalam rumah dan tidak membolehkannya main di luar sama sekali.

Tenang, berikut beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk mencegah paparan polusi pada anak, di antaranya:

  1. Selama bepergian, hindari jalanan yang padat kendaraan bermotor. Pilih jalanan yang lebih sepi supaya anak terhindar dari paparan asap kendaraan.
  2. Gendong bayi atau anak saat jalan-jalan di tempat terbuka. Tujuannya supaya posisi anak tidak sejajar dengan semburan asap knalpot. 
  3. Ajarkan anak menggunakan masker tiap kali pergi ke luar rumah.
  4. Selalu penuhi kebutuhan nutrisi bayi dan anak-anak. Semakin kuat sistem imun anak, maka akan tidak akan mudah terserang penyakit.
  5. Pantau tingkat polusi udara di kota tempat tinggal Anda. Jika indeks kualitas udara (AQI) cenderung tinggi, hindari bepergian untuk sementara waktu. Ajak si kecil main di dalam rumah supaya tidak bosan. 

Baca Selengkapnya: Polusi Udara Jakarta Makin Parah, Berapa Angka AQI dan PM2.5 yang Aman?


17 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Air pollution exposure associates with increased risk of neonatal jaundice. Nature. (https://www.nature.com/articles/s41467-019-11387-3)
Robust relationship between air quality and infant mortality in. Nature. (https://www.nature.com/articles/s41586-018-0263-3)
Early-life exposure to indoor air pollution or tobacco smoke and lower respiratory tract illness and wheezing in African infants: a longitudinal birth cohort study. The Lancet. (https://www.thelancet.com/journals/lanplh/article/PIIS2542-5196(17)30134-1/fulltext)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app