Makan Daging Kambing Bikin Darah Tinggi, Mitos Atau Fakta?

Dipublish tanggal: Agu 7, 2019 Update terakhir: Nov 10, 2020 Waktu baca: 3 menit
Makan Daging Kambing Bikin Darah Tinggi, Mitos Atau Fakta?

Banyak orang yang menghindari makan daging kambing, terutama bagi penderita darah tinggi alias hipertensi. Pasalnya, selama ini daging kambing disebut-sebut mengandung tinggi kolesterol dan bisa meningkatkan tekanan darah. Alhasil, dikhawatirkan akan menyebabkan tekanan darah melonjak drastis.

Benarkah makan daging kambing bikin darah tinggi?

Tidak sedikit orang mengeluh sakit kepala, pusing, hingga tensi naik setelah makan daging kambing. Katanya, hal ini merupakan efek daging kambing yang menyebabkan tekanan darah meningkat. Namun, bagaimana sisi medis memandang hal tersebut?

Kabar baiknya, jangan lagi takut makan daging kambing mulai dari sekarang, meskipun Anda mengidap hipertensi. Daging kambing ternyata justru lebih baik daripada daging sapi dan daging ayam, lho! Kok bisa, ya?

Menurut penelitian dalam Asian-Australian Journal of Animal Sciences tahun 2014, tidak ada satupun bukti ilmiah yang melaporkan daging kambing menyebabkan hipertensi. Daging kambing tidak terbukti dapat meningkatkan tekanan darah.

Kita bisa melihat ini dari kandungan gizi pada daging kambing. Supaya lebih jelas, berikut informasi lengkapnya.

1. Kalori

Dilihat dari kandungan gizinya, sekitar 100 gram daging kambing mengandung 122 kalori. Sementara dengan berat yang sama, jumlah kalori pada daging sapi dan daging ayam cenderung lebih tinggi, yaitu 179 kalori untuk daging sapi dan 162 kalori untuk daging ayam.

2. Kolesterol

Jika Anda khawatir dengan kandungan kolesterolnya, daging kambing juga terbukti lebih aman daripada dua jenis daging tersebut, yaitu mengandung 63,8 miligram kolesterol per 100 gram. Sementara daging sapi mengandung 73,1 mg dan daging ayam 76 mg kolesterol per porsinya.

Baca Selengkapnya: Makanan Penyebab Kolesterol Tinggi yang Boleh dan Tidak Boleh Dikonsumsi

3. Lemak

Kandungan lemak pada daging kambing juga lebih rendah daripada dua jenis daging tersebut, yaitu sekitar 2,6 gram per 100 gram. Sedangkan daging sapi mengandung 7,9 gram lemak dan daging ayam 6,3 gram lemak dalam takaran yang sama.

Jadi, dapat dilihat dengan jelas bahwa daging kambing cenderung lebih rendah kandungannya dalam hal kalori, kolesterol, dan lemak. Seperti yang kita tahu, kolesterol dan lemak termasuk faktor risiko terhadap hipertensi.

Semakin tinggi asupan kolesterol dan lemak, dua komponan ini dapat menempel pada dinding pembuluh darah dan memicu sumbatan. Akibatnya, aliran darah jadi tidak lancar sehingga jantung harus bekerja ekstra untuk memompa darah. Inilah yang menyebabkan tekanan darah tinggi setelah makan daging kebanyakan.

Sehat atau tidaknya daging kambing tergantung proses pengolahan

Daging kambing juga termasuk sumber protein hewani yang tak kalah bergizi daripada daging sapi dan daging ayam. Total protein dalam seporsi daging kambing adalah sekitar 23 gram, sedangkan pada daging sapi dan daging ayam sekitar 25 gram protein. Dengan makan seporsi daging kambing saja sudah dapat memenuhi sekitar 46 persen kebutuhan protein harian Anda, lho!

Baca Juga: Sumber Makanan Tinggi Protein Terbaik

Meskipun bergizi dan aman untuk tekanan darah, ini bukan berarti Anda bisa makan daging kambing sepuasnya dan tidak terkontrol. Perlu dicatat bahwa sehat atau tidaknya daging kambing bagi kesehatan tergantung dari cara Anda mengolahnya.

Kadar kalori, kolesterol, dan lemak dalam daging kambing bisa meningkat karena teknik memasak yang salah. Memasak dengan cara digoreng, dibakar menjadi sate, ataupun dipanggang dapat meningkatkan asupan ketiga komponen tersebut.

Apalagi jika Anda menggunakan banyak minyak goreng, mentega, atau margarin. Semua bahan tersebut dapat meningkatkan jumlah lemak di dalam masakan dan nantinya akan terserap oleh daging.

Belum lagi jika Anda menambahkan bumbu penyedap seperti kecap, garam, atau mecin yang mengandung tinggi natrium dan pengawet. Maka jangan kaget jika nantinya Anda mengalami tekanan darah tinggi setelah makan daging kambing.

Anda mungkin lebih suka memasak daging kambing menjadi sajian gulai, kari, atau tongseng yang membutuhkan santan. Meskipun mampu menambah rasanya gurih dan tidak terbukti meningkatkan kolesterol, santan tetap mengandung tinggi lemak jenuh yang tidak baik untuk tubuh.

Tips aman makan daging kambing

Tenang, Anda tetap bisa makan daging kambing dengan tenang dan nyaman, kok! Yang penting adalah perhatikan cara memasaknya supaya Anda tetap mendapatkan nutrisi dalam daging kambing tanpa takut tensi darah naik.

Ketimbang memasaknya dengan cara digoreng, dibakar, atau dipanggang, lebih baik masak daging kambing dengan cara ditumis atau dibuat sop kambing. Teknik memasak ini cenderung membutuhkan lebih sedikit minyak dan aman bagi kesehatan Anda.

Guna mengurangi asupan garam dan mecin ke dalam masakan, ganti dengan rempah-rempah alami yang menyehatkan, seperti bawang merah atau bawang putih. Jangan lupa lengkapi juga dengan sayur-sayuran guna menambah asupan vitamin dan mineral dalam makanan Anda. Setelah itu, perbanyaklah minum air putih supaya aliran darah jadi lebih lancar dan terhindar dari hipertensi.

Baca Selengkapnya: Makanan Penurun Darah Tinggi Dengan Cepat dan Aman


2 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Sunagawa, Katsunori & Kishi, Tetsuya & Nagai, Ayako & Matsumura, Yuka & Nagamine, Itsuki & Uechi, Shuntoku. (2014). Goat Meat Does Not Cause Increased Blood Pressure. Asian-Australasian journal of animal sciences. 27. 101-14. 10.5713/ajas.2013.13325.. ResearchGate. (https://www.researchgate.net/publication/264128159_Goat_Meat_Does_Not_Cause_Increased_Blood_Pressure)
Goat Meat Does Not Cause Increased Blood Pressure. National Center for Biotechnology Information. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4093275/)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app