Tanda Bahaya Kista Ovarium yang Mengharuskan Anda ke Dokter

Dipublish tanggal: Feb 22, 2019 Update terakhir: Nov 20, 2020 Tinjau pada Jun 13, 2019 Waktu baca: 5 menit
Tanda Bahaya Kista Ovarium yang Mengharuskan Anda ke Dokter

Ringkasan

Buka

Tutup

  • Kista ovarium adalah kantong berisi cairan yang terbentuk di dalam ovarium atau indung telur. Untungnya, kebanyakan kista bersifat jinak sehingga jarang menimbulkan komplikasi berbahaya dan bisa hilang dengan sendirinya;
  • Namun, kista tetap bisa mengganas. Gejala yang menandakan bahaya akibat kista ovarium adalah nyeri perut atau panggul yang datang tiba-tiba, pusing dan lemas sehingga rasanya mau pingsan, napas menjadi semakin cepat, demam, nyeri panggul sebelum dan setelah datang bulan, perut membesar, nyeri saat berhubungan seksual (dispareunia), perut terasa ditekan, mual, dan muntah;
  • Kondisi-kondisi berbahaya yang disebabkan oleh kista ovarium yang membesar adalah kista pecah (ruptur), kista terpelintir (torsi), peritonitis, kemandulan, kanker ovarium, dan gangguan mental;
  • Meski tidak semua kista ovarium harus dioperasi, dua metode yang dapat dilakukan untuk mengangkat kista ovarium adalah laparoskopi dan laparotomi;
  • Klik untuk membeli obat pereda nyeri serta alat kontrasepsi dan obat hormon lainnya untuk mengatasi kista ovarium dari rumah Anda melalui HDMall. *Gratis ongkos kirim ke seluruh Indonesia dan bisa COD;
  • Anda juga bisa memesan paket medical check up dengan harga bersahabat dan dokter berpengalaman melalui HDMall;
  • Gunakan fitur chat untuk berkonsultasi dengan apoteker kami secara gratis seputar obat dan pemeriksaan kesehatan yang Anda butuhkan.

Keberadaaan kista ovarium kerap tidak menimbulkan gejala. Tak heran jika kebanyakan wanita tidak menyadari keberadaan kista tersebut di dalam indung telurnya. Masalahnya, tak jarang pula kista membesar dan menimbulkan risiko berbahaya. Berangkat dari situ, keterlambatan penanganan bisa membahayakan nyawa.

Kista ovarium adalah kantong berisi cairan yang terbentuk di dalam ovarium atau indung telur. Untungnya, kebanyakan kista bersifat jinak sehingga jarang menimbulkan komplikasi berbahaya dan bisa hilang dengan sendirinya. 

Namun, kista justru mengganas pada beberapa kasus. Dalam kondisi ini, ukuran kista membesar dari waktu ke waktu sehingga berpotensi menimbulkan komplikasi. Kista dalam kondisi demikian berisiko terpuntir atau bahkan pecah (ruptur) dan menyebabkan pendarahan dengan gejala penyertanya.

Baca juga: Gejala dan Ciri-ciri Penyakit Kista Ovarium yang Mudah Dikenali

Apa tanda bahaya kista ovarium?

Jika kista sampai menimbulkan gejala, keluhan-keluhan yang dirasakan adalah nyeri panggul sebelum dan setelah datang bulan, perut membesar, nyeri saat berhubungan seksual (dispareunia), perut terasa ditekan, mual, dan muntah. 

Jika merasakan gejala-gejala tersebut, segera periksakan diri ke dokter untuk mengonfirmasi apakah memang benar ada kista di dalam ovarium Anda. Selain itu, berikut adalah tanda bahaya kista yang muncul tiba-tiba sehingga mengharuskan Anda untuk segera mencari pertolongan medis:

  • Nyeri perut atau panggul yang datang tiba-tiba;
  • Pusing dan lemas sehingga rasanya mau pingsan;
  • Napas menjadi semakin cepat;
  • Demam.

Gejala-gejala tersebut bisa saja mengindikasikan bahwa kista pecah atau terpelintir. Kedua kondisi ini sangatlah berbahaya sehingga harus mendapatkan penanganan medis. Berikut merupakan kondisi-kondisi berbahaya yang diakibatkan oleh kista ovarium yang membesar:

1. Kista ovarium pecah (ruptur)

Jika kista ovarium sampai pecah, maka akan timbul rasa sakit dan pendarahan dalam tubuh. Dan pada beberapa kasus, kondisi ini dapat membahayakan keselamatan penderitanya karena meningkatkan risiko kehilangan darah yang banyak serta infeksi.

2. Kista ovarium terpelintir (torsi)

Torsi ovarium terjadi ketika kista berukuran besar sehingga indung telur terpelintir atau bergeser dari posisi semula. Kondisi ini dapat menghentikan aliran darah ke indung telur. Jika tidak segera diatasi, torsi berisiko menyebabkan kerusakan atau kematian jaringan ovarium.

Kerusakan atau kematian jaringan ovarium bukan tidak mungkin membuat penderitanya mengalami kemandulan. Torsi ovarium juga bisa memicu komplikasi lanjutan yang disebut nekrosis jaringan ovarium serta menyebabkan radang dan syok septik.

3. Peritonitis

Peritonitis adalah radang selaput atau membran pada perut. Jika sampai menimpa rongga perut, radang ini dapat menyebabkan rasa sakit yang luar biasa. Pada beberapa kasus, peritonitis malah bisa mengancam keselamatan nyawa penderitanya. Peritonitis terjadi akibat infeksi atau peradangan organ cerna serta organ reproduksi, termasuk kista ovarium yang terinfeksi.

4. Infertilitas

Sifat kemandulan atau infertilitas yang disebabkan kista ovarium bisa sementara atau permanen. Kondisinya bergantung pada berapa besar kerusakan yang dibuat kista tersebut terhadap sistem reproduksi. Karenanya, penderita kista ovarium yang ingin hamil harus segera memeriksakan diri dan mendapatkan perawatan yang tepat guna memulihkan kesehatan sistem reproduksinya.

5. Kanker ovarium

Meski kasusnya cukup jarang, kista ovarium dapat berubah menjadi kanker. Untuk mengatasinya, pasien harus menjalani perawatan kanker sekaligus operasi pengangkatan indung telur.

6. Gangguan mental

Kista ovarium juga bisa berdampak buruk pada kesehatan mental penderitanya. Komplikasi kista ovarium yang dimaksud adalah rasa sakit yang teramat sangat dan ketidakseimbangan hormon. Sayangnya, pengobatan medis jarang berfokus pada efek emosional tersebut.

Yang lebih memprihatinkan, pengobatan konvensional kadang-kadang menimbulkan efek samping yang tak diinginkan seperti infertilitas, kenaikan berat badan, hingga kekambuhan kista. Bahkan tak jarang metode pengobatan demikian malah memperparah rasa sakit dan kondisi berbahaya yang sudah ada.

Hingga saat ini, satu-satunya cara yang paling efektif untuk mencegah dan mengatasi kista ovarium adalah dengan menggunakan metode holistik multidimensional. Tak seperti pengobatan konvensial yang hanya berfokus pada organ terkait atau gejalanya, perawatan holistik lebih luas dan memusatkan perhatian pada penyebab timbulnya kista. Perawatan holistik pun dapat dilakukan dalam jangka panjang untuk, termasuk untuk mencegah kista ovarium kambuh lagi.

Baca juga: Saatnya Menghindari Makanan Penyebab Kista Ovarium

Kapan kista harus dioperasi?

Jika metode pengobatan belum memberikan hasil yang memuaskan, tindakan operasi memungkinkan untuk dilakukan. Meski demikian, ingatlah bahwa tidak semua kista perlu dioperasi. Perlu atau tidaknya kista dioperasi bergantung pada:

  • Ukuran dan penampakan kista;
  • Gejala yan ditimbulkan kista;
  • Sudah menopause atau belum. Wanita yang sudah menopause dan menderita kista ovarium berisiko lebih tinggi terkena kanker ovarium. Karenanya, wanita yang menderita kista setelah menopause wajib untuk dioperasi.

Di samping wanita menopause, kondisi lain yang mengharuskan kista dioperasi adalah:

  • Kistanya tak hilang setelah beberapa kali siklus haid, misalnya selama 2-3 bulan;
  • Ukuran kista membesar dan melebihi 7,6 cm;
  • Saat di USG, kista tampak abnormal;
  • Kista menimbulkan rasa sakit;
  • Hasil pemeriksaan menunjukkan kista berpotensi menjadi kanker ovarium.

Baca juga: Deteksi Awal Gejala Kanker Ovarium

Bagaimana operasi kista dilakukan?

Ada dua metode operasi kista ovarium, yaitu:

1. Laparoskopi

Laparoskopi biasanya dilakukan untuk mengatasi kista yang ukurannya tidak terlalu besar. Dalam praktiknya, dokter akan memberikan sayatan kecil di perut, lalu memasukkan alat bernama laparoskop. Alat ini merupakan sejenis tabung mikroskop kecil yang dilengkapi kamera serta lampu di bagian ujung.

Setelah itu, volume gas tertentu akan dimasukkan dalam perut untuk membuatnya menggembung agar memudahkan dokter untuk menghilangkan kistanya. Ketika kista sudah dibersihkan dari dalam tubuh, sayatan itu akan dijahit. Efek metode laparoskopi biasanya tidak terlalu menyakitkan dan pasien juga lebih cepat pulih setelahnya.

2. Laparotomi

Laparotomi merupakan metode yang dipilih dokter untuk menangani kista yang ukurannya lebih besar, terutama jika kista berpotensi menjadi kanker. Dokter akan memberikan sebuah sayatan di perut, lalu melihat langsung dan mengangkat kistanya, dan menutup bekas sayatan tadi dengan jahitan. Dibanding laparoskopi, sayatan pada laparotomi jauh lebih lebar.

Kalau dokter mengatakan tidak perlu operasi, Anda akan diresepkan obat pereda nyeri untuk meringankan gejalanya. Dokter mungkin juga akan meresepkan alat kontrasepsi--baik pil KB, cincin vagina, atau suntikan--agar ovulasi tak sampai terjadi. Cara ini dapat menurunkan pertumbuhan kista.

Agar lebih jelasnya, Anda harus berkonsultasi lebih dulu dengan dokter mengenai metode pengobatan kista ovarium yang terbaik untuk dijalani. Jangan lupa bahwa beda tubuh, beda pula kondisinya.

Baca juga: 


15 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Muto MG. Management of the adnexal mass. https://www.uptodate.com/home.
Sharp HT. Evaluation and management of ruptured ovarian cyst. https://www.uptodate.com/home.
Ovarian cysts fact sheet. Office on Women's Health, U.S. Department of Health and Human Services. http://www.womenshealth.gov/publications/our-publications/fact-sheet/ovarian-cysts.html.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app