Penyebab Penyakit Kista Ovarium Pada Wanita

Dipublish tanggal: Feb 22, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Mei 20, 2019 Waktu baca: 3 menit
Penyebab Penyakit Kista Ovarium Pada Wanita

Mungkin kita sering mendengar istilah penyakit kista yang terjadi pada wanita, bahkan terdengar mengerikan. Namun, mungkin banyak di antara kita yang masih belum mengetahui apa sebenarnya kista ovarium itu. Oleh karena itu sebelum kita membahas lebih jauh tentang penyebab kista ovarium alangkah lebih baiknya kita mengenal terlebih dahulu penyakitnya.

Kista ovarium terdiri dari dua kata, yaitu kista yang berarti sebuah rongga berdinding yang berisi cairan dan ovarium yang berarti indung telur yang secara normal ada pada tubuh wanita. Jadi, kista ovarium diartikan sebagai akumulasi cairan di dalam ovarium yang dikelilingi oleh dinding yang tipis.

Setiap folikel ovarium yang berukuran sekitar dua sentimeter atau lebih disebut kista ovarium. Kista ini ada yang berukuran kecil seperti kacang atau berkukuran lebih besar seperti jeruk, namun pada kasus yang jarang kista ovarium dapat berukuran sangat besar sehingga membuat wanita yang mengalami kelihatan seperti hamil.

Kista ovarium dapat terjadi pada seorang wanita di segala usia. Namun, paling sering terjadi saat usia reproduktif. Pada beberapa kasus, kista ovarium dapat menyebabkan rasa sakit dan pendarahan dan jika ukuran kista lebih dari 5 cm, dalam kondisi darurat seperti ini mungkin perlu dilakukan operasi atau pengangkatan kista.

Jenis Kista Ovarium Berdasarkan Penyebabnya

1. Kista Fungsional

Terdapat 2 jenis kista ovarium fungsional, yaitu:

Setiap bulan, ovarium wanita akan melepaskan telur yang bergerak ke tuba falopi kemudian menuju rahim (uterus) untuk dibuahi oleh sperma pria. Dalam ovarium terdapat banyak sekali calon telur berbentuk kantung-kantung berisi telur yang belum matang dan disebut sebagai folikel. Folikel berisi cairan yang melindungi telur sampai matang dan pada akhirnya akan pecah dan melepaskan telur (ovulasi).

Namun, terkadang folikel tidak melepaskan telur atau tidak menumpahkan cairan dan menyusut setelah telur dilepaskan. Apabila hal ini terjadi, folikel bisa tumbuh menjadi lebih besar karena cairan di dalamnya semakin banyak. Folikel yang berisi cairan inilah yang akan menjadi kista folikel. Kista folikel ini tidak berbahaya dan biasanya dapat menghilang dengan sendirinya tanpa pengobatan setelah beberapa minggu.

  • Kista Luteal

Kista luteal lebih jarang terjadi jika dibandingkan dengan kista folikel. Kista luteal terjadi ketika sisa jaringan folikel terisi dengan darah setelah melepaskan telur (korpus luteum).

Kista ini biasanya menghilang sendiri setelah beberapa bulan, namun terkadang mereka bisa pecah dan menyebabkan pendarahan internal serta nyeri mendadak.

2. Kista Patologis 

Terdapat 2 jenis kista ovarium patologis, yaitu:

  • Kista dermoid

Kista dermoid berkembang dari sel-sel yang digunakan untuk membentuk telur. Sebagaimana telur memiliki kemampuan untuk menciptakan berbagai jenis sel, begitu juga dengan kista dermoid ini sehingga dapat terdiri dari berbagai jenis jaringan manusia, termasuk darah, lemak, tulang dan rambut.  

Kista dermoid memiliki potensi untuk tumbuh sangat besar, terkadang besarnya hingga mencapai 15 cm. Kista dermoid merupakan jenis kista patologis yang paling sering terjadi pada wanita di bawah usia 40 tahun. Kista dermoid bukanlah kista yang ganas, namun hampir selalu memerlukan tindakan operasi atau pembedahan untuk mengobatinya. 

  • Kistadenoma

Sedangkan pada wanita di atas 40 tahun, yang sering terjadi adalah kistadenoma. Kistadenoma berkembang dari sel-sel yang melapisi bagian luar ovarium. Terdapat 2 jenis kistadenoma:

Kistadenoma serosa, biasanya tidak tumbuh sampai besar namun dapat menimbulkan gejala jika pecah.

Kistadenoma musinosa, dapat tumbuh sangat besar sampai 30 cm, mengisi bagian dalam perut dan menekan organ-organ dalam lainnya seperti kandung kemih dan usus. Hal ini dapat menyebabkan gejala berupa gangguan pencernaan dan sering buang air kecil. Kistadenoma musinosa yang besar juga berisiko untuk pecah atau memblokir suplai darah ke ovarium, yang dikenal sebagai torsi. 

3. Penyebab lainnya

Kondisi medis lain yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kista ovarium, yaitu:

  • Endometriosis, yakni suatu kondisi di mana sel-sel yang biasanya ditemukan di dalam rahim (sel endometrium) malah tumbuh di luar rahim. Hal ini berarti lapisan bagian dalam rahim ditemukan di luar rahim. Sel-sel endometrium merupakan sel-sel yang luruh dan dikeluarkan setiap bulannya sebagai darah menstruasi.
  • Sindrom ovarium polikistik (PCOS), banyak kista kecil dan tidak berbahaya berkembang di ovarium. Hal ini disebabkan oleh masalah keseimbangan hormon yang diproduksi oleh indung telur (ovarium). Seseorang dengan PCOS memiliki risiko lebih tinggi terkena kista ovarium.

Untuk mengetahui jenis kista mana yang dimiliki seseorang dan apa penyebabnya, perlu dilakukan serangkaian pemeriksaan. Segera periksakan diri ke dokter guna memastikan penyebab kista yang muncul.


3 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Ovarian Cysts (Functional Cyst on Ovary): Symptoms, Types, Treatment. WebMD. (https://www.webmd.com/women/guide/ovarian-cysts)
Ovarian cysts: Symptoms, treatment, and causes. Medical News Today. (https://www.medicalnewstoday.com/articles/179031.php)
Polycystic Ovary Syndrome (PCOS): Symptoms, Causes, and Treatment. Healthline. (https://www.healthline.com/health/polycystic-ovary-disease)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app