Perdarahan Saat Hamil, Mana yang Normal dan Perlu Diwaspadai?

Dipublish tanggal: Sep 2, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Okt 21, 2019 Waktu baca: 5 menit
Perdarahan Saat Hamil, Mana yang Normal dan Perlu Diwaspadai?

Perdarahan saat hamil ternyata cukup umum terjadi, terutama saat trimester awal. Sekecil apa pun perdarahan yang terjadi, tetap saja membuat para ibu hamil jadi cemas dan khawatir. Takut ini pertanda bahwa sesuatu yang buruk terjadi pada kehamilan Anda.

Ternyata, tidak semua perdarahan saat hamil itu menunjukkan sinyal bahaya, lho! Lalu, bagaimana cara membedakan perdarahan saat hamil yang normal dan perlu diwaspadai? Berikut ulasannya.

Ciri-ciri perdarahan saat hamil yang masih normal

Tidak semua kasus perdarahan saat hamil merupakan mimpi buruk, apalagi bila terjadi saat hamil muda. Melansir dari laman Parents, perdarahan ringan atau bercak merah yang lebih sedikit daripada saat menstruasi terjadi pada sepertiga calon ibu. Kabar baiknya, kondisi ini juga tidak membahayakan kesehatan ibu maupun janin dalam kandungan.

Menurut American Pregnancy Association, kemungkinan penyebab perdarahan saat hamil dan tergolong normal di usia 20 minggu antara lain:

1. Implantasi janin

Sel telur yang berhasil dibuahi akan menempel ke dinding rahim dalam waktu sekitar 4 minggu. Jika Anda melihat perdarahan yang terjadi sekitar 7-10 hari setelah pembuahan, maka tak perlu khawatir karena ini merupakan hal yang normal. 

Perdarahan tanda hamil biasanya sudah mulai muncul bahkan sebelum Anda menyadari sedang hamil. Hal ini sering dianggap sebagai ciri-ciri menstruasi terlambat.

2. Berhubungan seksual

Memasuki trimester kedua dan ketiga, aliran darah di leher rahim mengalami peningkatkan sehingga leher rahim jadi membengkak. Kondisi ini juga bisa disebabkan oleh polip serviks, yaitu pertumbuhan jaringan di sekitar leher rahim akibat peningkatkan hormon estrogen saat hamil.

Gesekan yang terlalu kuat pada daerah ini, baik karena berhubungan seksual atau pemeriksaan dalam, dapat menyebabkan timbulnya bercak selama kehamilan.

3. Infeksi

Perdarahan saat hamil juga bisa terjadi karena infeksi, biasanya karena penyakit menular seksual (PMS) seperti klamidia. Pada kasus ini, diperlukan penanganan lebih lanjut guna menghindari risiko infeksi lebih lanjut.

4. Pemeriksaan dalam oleh dokter kandungan atau bidan

Risiko perdarahan sangat jarang terjadi setelah ibu hamil menjalani pap smear atau pemeriksaan pelvis di usia kehamilan 6-12 minggu. Perdarahan dapat terjadi 24 jam setelah prosedur selesai, tapi cenderung cepat berhenti dalam beberapa hari ke depan.

Perdarahan saat hamil masih dianggap normal kalau darah yang keluar hanya sedikit, kadang berupa bercak yang mirip seperti saat awal atau akhir menstruasi. Warna darahnya bisa merah muda, merah tua, hingga kecokelatan seperti darah kering.

Perlu diketahui bahwa perdarahan yang normal saat hamil tidak pernah berwarna merah terang. Bila Anda mengalami di luar kondisi tersebut, segera periksakan diri ke dokter atau bidan terdekat.

Baca Selengkapnya: Keluar Bercak Darah Saat Hamil Muda? Ini Solusinya

Perdarahan seperti apa yang harus diperiksakan ke dokter kandungan?

Meskipun sebagian besar kasus perdarahan saat hamil tidak berbahaya, ini bukan berarti Anda bisa menyepelekan setiap kondisi yang terjadi selama kehamilan. Tidak peduli sedikit atau banyaknya bercak, perdarahan juga bisa menjadi indikasi berbagai komplikasi kehamilan yang tak boleh diabaikan.

Sebaiknya segera periksakan diri ke dokter kandungan atau bidan jika Anda mengalami perdarahan saat hamil, meskipun perdarahannya tampak sudah berhenti. Penyebab perdarahan tidak normal meliputi:

1. Perdarahan subkorionik

Perdarahan subkorionik adalah jenis perdarahan yang berasal dari sekitar plasenta. Kebanyakan perdarahan subkorionik bisa sembuh dengan sendirinya, tapi juga membuat ibu berisiko lebih tinggi mengalami komplikasi kehamilan, salah satunya persalinan prematur.

Karena itulah, kondisi ini perlu ditangani sesegera mungkin guna menyelamatkan janin dalam kandungan. Segera periksakan diri ke dokter jika Anda mengalami perdarahan yang banyak, warna darah merah terang, disertai kram perut dan ingin mengejan.

2. Chemical pregnancy

Chemical pregnancy terjadi ketika sel telur yang sudah dibuahi ternyata tidak menempel di dinding rahim. Hal ini umum terjadi pada usia kehamilan kurang dari 5 minggu dimana tanda-tanda kehamilan belum bisa diamati lewat USG.

Karena tidak menempel pada dinding rahim, sel telur tadi akhirnya mengalami keguguran. Perdarahan saat kehamilan ini mirip seperti saat menstruasi, biasanya disertai dengan sakit perut.

3. Keguguran

Keguguran adalah kondisi saat ibu kehilangan kehamilannya secara mendadak dalam waktu 20 minggu pertama. Perdarahan atau bercak yang terjadi selama keguguran biasanya disertai dengan gejala lain, seperti kram atau sakit perut dan warna darah cenderung merah terang.

Baca Selengkapnya: Waspadai Tanda-Tanda Keguguran Ini!

4. Kehamilan ektopik

Normalnya, sel telur yang sudah dibuahi (zigot) akan menempel pada dinding rahim agar bisa tumbuh dan berkembang. Namun pada kehamilan ektopik, zigot justru menempel di tempat lain selain di rahim. Inilah yang membuat kehamilan ektopik sering disebut dengan hamil di luar kandungan.

Gejala kehamilan ektopik biasanya diawali dengan perdarahan ringan dan nyeri sekitar panggul. Diikuti juga dengan mual, muntah, nyeri tajam di salah satu sisi tubuh, pusing, hingga nyeri di bagian bahu, leher, atau rektum.

Baca Juga: Kenali Ciri-Ciri Hamil di Luar Kandungan Sejak Dini

5. Plasenta previa

Plasenta previa adalah kondisi ketika plasenta menutupi sebagian atau keseluruhan jalan lahir. Plasenta previa terjadi sekitar 0,5% dari kehamilan dan menyebabkan proses persalinan jadi terganggu.

Plasenta previa dapat menyebabkan perdarahan saat hamil, biasanya terjadi setelah lewat dari 20 minggu. Ciri-cirinya adalah warna darah merah terang, jumlahnya bisa sedikit atau berat, dan terasa cukup menyakitkan. 

Baca Selengkapnya: 15 Perbedaan Plasenta Previa dan Solusio Plasenta

6. Kehamilan molar

Kehamilan molar atau hamil anggur terjadi ketika jaringan yang tumbuh menjadi janin justru berkembang secara abnormal di dalam rahim. Selain memicu perdarahan saat hamil, kondisi ini juga diikuti dengan sensasi tidak nyaman di panggul, cairan keputihan yang bentuknya menyerupai buah anggur, mual, muntah, hingga mudah berkeringat.

7. Plasenta abruptio

Plasenta abruptio adalah kondisi di mana plasenta terlepas dari dinding rahim sebelum bayi dilahirkan. Hal ini dapat menyebabkan perdarahan vagina yang parah serta mengancam keselamatan ibu dan bayinya.

Menurut American Academy of Family Physicians, plasenta abruptio adalah penyebab perdarahan serius yang paling umum selama akhir kehamilan. Gejala lainnya meliputi nyeri pada rahim, sakit punggung atau perut bawah, kontraksi teratur, hingga penurunan aktivitas janin daripada biasanya.

8. Persalinan prematur

Perdarahan saat hamil juga bisa menjadi sinyal "merah" yang mengarah pada persalinan prematur. Selain menyebabkan perdarahan, persalinan prematur biasanya diikuti dengan sensasi kencang atau kontraksi di perut, diare, tekanan pada pelvis, hingga sakit punggung sebelum usia kehamilan 37 minggu.

Namun jika gejala-gejala tersebut muncul setelah usia kehamilan 37 minggu, Anda tak perlu khawatir karena ini merupakan hal yang normal. Tandanya sebentar lagi Anda akan melahirkan si buah hati.

Apa pun kondisi perdarahan saat hamil yang Anda alami, sedikit atau banyaknya darah dan apa pun warna darahnya, segera konsultasikan ke dokter kandungan atau bidan terdekat. Tetap periksakan kehamilan Anda meskipun perdarahan sudah berhenti dan tubuh Anda tampak baik-baik saja. 

Dokter akan melakukan sejumlah pemeriksaan untuk memastikan penyebab perdarahan saat hamil yang Anda alami. Beri tahukan pada dokter mengenai seberapa lama perdarahan telah terjadi dan gejala tambahan lainnya yang dirasakan guna mendukung penegakan diagnosis dan penanganannya.

Bila perdarahan dirasa tidak terlalu serius, dokter biasanya akan meminta Anda banyak istirahat, merilekskan pikiran, dan tidak berhubungan seks untuk sementara waktu. Dokter mungkin juga akan memberikan vitamin prenatal untuk memenuhi kebutuhan asam folat saat hamil.


3 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Vaginal bleeding in pregnancy. NHS (National Health Service). (https://www.nhs.uk/conditions/pregnancy-and-baby/vaginal-bleeding-pregnant/)
Bleeding During Pregnancy Normal, Spotting, Heavy (1st, 2nd, 3rd Trimesters). MedicineNet. (https://www.medicinenet.com/pregnancy_bleeding_during_the_first_trimester/article.htm)
Vaginal Bleeding and Blood Clots During Pregnancy. WebMD. (https://www.webmd.com/baby/guide/bleeding-during-pregnancy)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app