Waspadai Bahan Pelumas Seks Berbahaya Bagi Vagina

Dipublish tanggal: Jun 28, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Sep 27, 2019 Waktu baca: 2 menit
Waspadai Bahan Pelumas Seks Berbahaya Bagi Vagina

Kondisi vagina yang mengering memang menjadi masalah bagi sebagian wanita. Keadaan tersebut membuat sensasi bercinta kurang nyaman. Tidak hanya itu, wanita juga rentan mengalami iritasi akibat gesekan penis yang tidak mulus. 

Untuk mengatasinya, pemakaian pelumas seks menjadi cara yang efektif. Fungsi pelumas tersebut sebagai sebagai pengganti lubrikan alami agar saat berhubungan seks tidak terasa sakit.

Secara umum fungsi dari pelumas seks dibedakan menjadi dua yaitu merangsang gairah seks dan membunuh sperma. Namun faktanya terdapat kandungan berbahaya pada pelumas seks yang perlu Anda waspadai. 

Bahan kimia tersebut bisa mengganggu keseimbangan pH termasuk mematikan bakteri baik dalam vagina. Karena itu bijaklah dalam memilih dan menggunakan pelumas seks agar kesehatan vagina bisa tetap terjaga.

Kenali 3 Kriteria Pelumas Seks untuk Kenyamanan Bercinta

Meski vagina bisa memproduksi pelumas secara alami. Namun saat kondisi tertentu, vagina mengalami penurunan kemampuan menghasilkan pelumas sehingga kondisinya menjadi kering. Untuk meningkatkan kenyamanan bercinta, ada 3 jenis pelumas seks yang bisa Anda pakai. Diantaranya adalah:

Pelumas berbahan dasar minyak

Jenis pelumas ini sangat tidak dianjurkan untuk terlalu sering digunakan. Bahan dasar minyak membutuhkan pembersihan yang ekstra. Jika masih ada sisa minyak pada vagina, dikhawatirkan bakteri dan kuman akan menempel terlalu lama. Hal inilah yang dapat memicu infeksi vagina.

Pelumas berbahan dasar air

Bahan dasar air dirasa sangat aman untuk vagina. Sebaiknya pilih pelumas seks dari merk terkenal dan sudah diakui keamanannya oleh banyak orang. Meski aman, namun ada beberapa pelumas berbahan dasar air yang mengandung paraben. Bahan tersebut sangat berbahaya bagi vagina terutama jika dipakai terus-menerus.

Pelumas berbahan dasar silikon

Pelumas berbahan silikon mampu menciptakan kenyaman bercinta yang lebih lama karena sifatnya yang basah dan licin. Jenis pelumas ini relatif aman tapi jangan dipakai bersama dengan sex toys karena bisa menyebabkan luka pada vagina.

5 bahan kimia berbahaya yang terdapat pada pelumas seks

Meski pemakaian pelumas seks diperbolehkan, namun risiko terkena infeksi vagina masih mengancam terlebih jika digunakan berkali-kali. Kondisi tersebut disebabkan karena adanya kandungan bahan kimia berbahaya pada produk pelumas. Diantaranya adalah:

Spermasida nonoxynol-9 (N-9)

Bahan kimia yang satu ini dapat memicu luka terbuka pada vagina. Selain itu efek buruk lainnya adalah meningkatkan risiko penularan HIV, penyakit menular seksual, dan infeksi pada kandung kemih. Spermasida nonoxynol-9 (N-9) mengganggu perkembangan bakteri baik sehingga keseimbangan vagina menjadi terganggu.

Pengawet seperti benzil alkohol, paraben, asam sitrat, dan phenoxyethanol

Pengawet yang terdapat pada pelumas seks menyebabkan rasa lengket saat berhubungan seks dan setelahnya. Kondisi tersebut menimbulkan rasa panas pada kulit dan ruam disertai gatal. Pengawet dengan konsentrasi tinggi dapat menyebabkan iritasi, keracunan, dan pelemahan sistem imun.

Gliserin

Kandungan gliserin pada pelumas seks dapat meningkatkan perkembangan bakteri coloni candida sehingga wanita rentan terkena infeksi jamur vagina dan infeksi saluran kencing.

Petrokimia  seperti polietilen glikol, propilen glikol, dan petroleum

Petrokimia pada pelumas seks memberikan sensasi panas seperti terbakar sehingga gairah seks meningkat. Dampak buruknya, risiko terkena iritasi jaringan vagina dan kanker semakin meningkat.

Benzocaine

Benzocaine memberikan efek kebas jika terlalu lama melakukan hubungan seksual. Selain itu vagina juga akan terasa sakit  dan terkadang mengalami cedera serta sobekan halus pada jaringan vagina.

Saat memilih pelumas seks, sebaiknya cari tahu dulu kandungan bahan kimianya, apakah aman atau tidak. Jenis pelumas yang sangat disarankan adalah yang berbahan dasar air dan silikon karena mudah dibersihkan serta mampu beradaptasi dengan kondisi vagina. 


9 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Wolf LK. (2012). Studies raise questions about safety of lubricants. (http://cen.acs.org/articles/90/i50/Studies-Raise-Questions-Safety-Personal.html)
Sutton KS, et al. (2012). To lube or not to lube: Experiences and perceptions of lubricant use in women with and without dyspareunia. DOI: (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22082320)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app