Waspada Bahaya Tetanus Neonatorum Pada Bayi Yang Baru Lahir

Dipublish tanggal: Sep 8, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Waktu baca: 3 menit

Siapa yang tidak khawatir jika terkena tetanus? Sebagian orang pasti akan selalu waspada agar tidak mengalami penyakit yang satu ini. Tetanus yang sering dialami oleh orang biasanya terjadi akibat adanya luka yang terinfeksi bakteri. Namun ternyata ada juga tetanus yang terjadi bukan karena infeksi luka

Adalah Tetanus Neonatorum, salah satu penyakit yang biasanya dialami oleh bayi yang baru lahir. Penyakit ini umum terjadi di daerah yang terpecil atau pedesaan akibat tidak sterilnya peralatan persalinan yang digunakan. 

Pencegahan yang dilakukan sejak dini untuk menghindari tetanus neonatorum lebih diprioritaskan daripada pengobatan akan penyakit ini. Pasalnya, tingkat kematian yang diakibatkan oleh tetanus neonatorum sangat tinggi. 

Penyebab Tetanus Neonatorum 

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani, yang merupakan bakteri penghasil racun neurotoxin dan bekerja dengan cara menyerang saraf pusat. Bakteri ini umumnya ditemukan di tanah, debi, dan kotoran hewan. 

Sseseorang akan mengalami tetanus ketika bakteri tersebut masuk ke dalam tubuh lewat luka goresan, sobekan atau luka tusukan yang disebabkan oleh benda-benda yang sudah terkontaminasi bakteri. 

Pada bayi yang baru lahir, praktik persalinan yang tidak bersih, seperti memotong tali pusar dengan alat-alat persalinan yang tidak steril menjadi penyebab bakteri ini masuk ke dalam tubuh bayi, sehingga terjadilah tetanus neonatorum. 

Risiko bayi mengalami tetanus neonatorum terus meningkat biasanya terjadi akibat sang ibu tidak dilindungi oleh vaksin tetanus toxoid (TT) pada masa kehamilan. Tidak hanay berisiko pada bayi, tetapi juga pada sang ibu. 

Selain itu, terdapat beberap faktor yang dapat menjadi penyebab bayi yang baur lahir rentan mengalami tetanus neonatorum, seperti: 

  • Proses persalinan dengan peralatan yang tidak higenis. 
  • Terdapat paparan bahan yang dapat menularkan bakteri tetani pada lokasi atau alat yang digunakan untuk keperluan persalinan maupun untuk merawat tali pusat, seperti tanah atau lumpur. 
  • Anak sebelumnya memiliki riwayat tetanus neonatorum. 

Mengetahui gejala yang ditimbulkan Tetanus Neonatorum 

Adapun gejala yang mungkin saja muncul saat bayi terkena tetanus neonatorium antara lain: 

  • Mengencangnya rahang dan otot wajah bayi pada hari ke 2-3 setelah dilahirkan. 
  • Terkuncinya mulut sang bayi dan terasa kaku sehingga bayi tidak dapat menyusu. 
  • Kakunya seluruh otot tubuh secara menyeluruh atau spasme, yang menyababkan tubuh bayi menegang atau tampak melengkung ke belakang. 
  • Kejang yang diakibatkan oleh suara, cahaya, atau saat bayi disentuh. 

Gejala-gejala di atas memerlukan penanganan sedini mungkin karena bisa membuat bayi tidak mampu bernapas. Tetanus neonatorum dapat menyebabkan bayi meninggal anatar hari ke 3-28 pasca kelahiran. 

Meskipun saat ini jumlah kasus tetanus neonatorum telah menurun, namun dokter dan bidan tetap memperhatikan kasus ini ketika menangani bayi yang baru lahir. 

Pencegahan dini dari Tetanus Neonatorum 

Umumnya, untuk mencegah ibu dan bayi terkena tetanus neonatorum, ibu hamil akan diberikan vaksninasi TT, yang berguna untuk memproteksi tubuh dari penyakit tetanus yang dapat menyerang kapan saja. 

Dosis pertama vaksin TT akan diberikan dokter saat kehamilan menginjal trimester ketiga. Dosis kedua kemudian akan diberikan setidaknya empat minggu setelah pemberian dosis pertama. 

Pemberian vaksin ketiga enam bulan setelah dosis kedua juga dianjurkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) agar bayi terlindungi setidaknya selama 5 tahun. 

Tidak hanya dengan pemberian vaksin, pencegahan penyakit tetanus neonatorum juga dapat dilakukan dengan cara mensterilkan prosedur dan persalinan di rumah sakit. 

Hal ini harus dilakukan karena sebagian besar bayi yang meninggal akibat tetanus neonatorum disebabkan oleh persalinan di rumah sakit tanpa prosedur yang steril dan kondisi yang lingkungan yang tidak terawat. 

Salah satu upaya Kementrian Kesehatan RI untuk menjaga dan meningkatkan kasus status kesehatan masyarakat adalah dengan menempatkan bidan-bidan di dalam wilayah kerja Puskesmas. 

Bidan-bidan tersebut diharapkan dapat membanyu masyarakat, khususnya ibu hamil dalam persalinan, serta meningkatkan kesehatan ibu dan anak. 

Karena tetanus neonatorum sangat berbahaya bagi bayi, maka sangat penting bagi setiap ibu untuk melakukan pencegahan sejak dini. Apabila muncul gejala penyakit tersebut pada sang bayi, segera memeriksakannya ke dokter sehingga mendapatkan penanganan yang tepat. 


4 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Chang, Shou Chih & Wang, Chun-Lung. (2010). Neonatal Tetanus After Home Delivery: Report of One Case. Pediatrics and neonatology. 51. 182-5. 10.1016/S1875-9572(10)60034-4. ResearchGate. (https://www.researchgate.net/publication/45440112_Neonatal_Tetanus_After_Home_Delivery_Report_of_One_Case)
Tetanus disease and deaths in men reveal need for vaccination. World Health Organization (WHO). (https://www.who.int/bulletin/volumes/94/8/15-166777/en/)
Tetanus in Children - What You Need to Know. Drugs.com. (https://www.drugs.com/cg/tetanus-in-children.html)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app