Ternyata Menikah Dapat Mengurangi Risiko Demensia

Dipublish tanggal: Sep 8, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Waktu baca: 3 menit

Mungkin ini menjadi satu alasan lagi kenapa Anda harus menikah: Anda memiliki tingkat resiko mengidap demensia yang lebih rendah daripada mereka yang hidup lajang. Pertanyaannya, apakah Anda sudah menemukan pasangan hidup Anda?

Apa Itu Demensia?

Demensia merupakan sindrom yang erat kaitannya dengan menurunnya kemampuan fungsi otak, sehingga membuat daya ingat berkurang, menurunnya kemampuan dalam berpikir dan memahami sesuatu, melakukan pertimbangan, memahami bahasa dan juga menurunnya kecerdasan mental. 

Sindrom ini umumnya menyerang orang-orang lansia diatas 65 tahun.

Umumnya, penderita demensia akan mengalami stress, perubahan perilaku disertai perubahan suasana hati, sulit untuk bersosialisasi, bahkan bisa berhalusinasi. Penderita demensia ini tidak bisa hidup mandiri, selalu membutuhkan dukungan dari orang lain. 

Tetapi, Anda perlu ingat bahwa tidak semua orang yang mengalami penurunan daya ingat atau fungsi otak termasuk penderita demensia. Anda harus melakukan pemeriksaan ke dokter untuk mengetahui kondisi yang dialami secara tepat.

Demensia tidak dapat disembuhkan, namun pengobatan secara dini dapat membantu meredakan dan memperlambat perkembangan gejala, serta menghindari komplikasi lebih lanjut.

Apa penyebab Demensia?

Penyebab demensia terjadi akibat adanya kerusakan sel saraf otak di bagian tertentu yang menyebabkan penurunan kemampuan untuk berkomunikasi dengan saraf tubuh yang lain. Akibatnya, muncul gejala yang disebabkan dari kerusakan di area otak.  

Ada berbagai macam kondisi dalam kasus demensia. Demensia memiliki beberapa jenis, seperti dapat berkembang secara progresif atau terjadi akibat adanya reaksi tertentu. Demensia progresif adalah kondisi yang disebabkan oleh kerusakan sel saraf otak tertentu dan dapat memburuk seiring waktu.

Kondisi ini umumnya tidak dapat dipulihkan secara tuntas. Selain demensia progresif, terdapat kondisi-kondisi lain yang dapat menyebabkan demensia atau menimbulkan gejala yang menyerupai demensia. Namun, umumnya kondisi ini dapat menimbulkan gejala yang sifatnya sementara dan dapat pulih jika ditangani. 

Tetapi, ada juga beberapa kondisi lainnya yang menimbulkan gejala menetap seperti penyakit Parkinson, cedera otak, dan Huntington

Penurunan risiko Demensia bagi pasutri yang menikah

Menurut sebuah penelitian, orang yang sudah menikah cenderung lebih rendah mengalami demensia dibandingkan dengan orang yang berstatus lajang, janda, atau duda. 

Kesimpulan tersebut dicapai peneliti setelah menelaah data dalam jumlah besar, mengulas 15 penelitian yang telah dipublikasikan hingga tahun 2016. Jika ditotal, penelitian ini melibatkan lebih dari 800.000 peserta dari Eropa, Amerika Utara dan Selatan, juga Asia.

Mereka yang melajang sepanjang hidup, tercatat 42 persen lebih mungkin mengalami demensia daripada orang yang sudah menikah. Meningkatnya risiko bagi orang berstatus janda atau duda juga signifikan. 

Mereka memiliki kecenderungan 20 persen lebih mungkin mengalami demensia daripada orang yang sudah menikah.

Mengapa hal ini bisa terjadi?

Sebenarnya bukan ikatan pernikahannya yang berpengaruh terhadap naik turunnya risiko demensia. Hal itu disebabkan karena kecenderungan orang yang menikah pada umumnya memiliki gaya hidup yang lebih baik, karena faktor pasangan yang mempengaruhi terciptanya kebiasaan-kebiasaan hidup sehat.

Hubungan sosial dengan komunitas di lingkungan tempat tinggal bagi orang yang menikah juga tercatat lebih baik dibandingkan orang yang melajang. Bahkan menurut sebuah data, orang yang memilih menikah memiliki angka harapan hidup yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang melajang.

Faktor lain yang dapat menjadi penjelasan antara hubungan duda/janda dan meningkatnya resiko demensia adalah stres akibat kehilangan orang yang dicintai. Namun, bukan berarti semua pasangan yang memutuskan menikah akan serta-merta terbebas dari resiko demensia.

Karena hal inti dari sebuah pernikahan adalah kualitas hubungan antar kedua pasangan, serta hubungan sosial yang baik dengan keluarga dan masyarakat sekitar. Faktor ini yang menjadi inti penentu turunnya risiko demensia pada mereka yang menikah.

Gaya hidup yang baik dan Demensia

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko terjadinya demensia yaitu melalui perubahan gaya hidup sehat, seperti:

  • Olahraga teratur.
  • Asupan makanan yang sehat dan seimbang.
  • Menjaga berat badan ideal.
  • Hindari rokok dan minuman beralkohol.
  • Hindari stres.

Artinya, baik mereka yang melajang ataupun menikah sebenarnya memiliki peluang yang sama mengidap demensia. Pilihan gaya hiduplah yang paling menentukan.  


5 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Sundström, Anna & Westerlund, Olle & Kotyrlo, Elena. (2016). Marital status and risk of dementia: A nationwide population-based prospective study from Sweden. BMJ Open. 6. e008565. 10.1136/bmjopen-2015-008565. ResearchGate. (https://www.researchgate.net/publication/291013875_Marital_status_and_risk_of_dementia_A_nationwide_population-based_prospective_study_from_Sweden)
Marriage May Prevent Dementia. Medscape. (https://www.medscape.com/viewarticle/889604)
Marriage may help lower dementia risk. NHS (National Health Service). (https://www.nhs.uk/news/neurology/marriage-may-help-lower-dementia-risk/)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app