Compartment Syndrome - Tanda, Penyebab, Gejala, Cara Mengobati

Dipublish tanggal: Jan 14, 2019 Update terakhir: Nov 5, 2020 Tinjau pada Feb 28, 2019 Waktu baca: 3 menit

Sindrom kompartemen adalah istilah medis dari kumpulan kondisi peningkatan tekanan dalam kompartemen otot yang dapat menyebabkan gangguan pada jaringan otot, pembuluh darah dan saraf. 

Sindrom kompartemen dapat terjadi di berbagai bagian tubuh kita seperti tangan, kaki, bokong, lengan dan tungkai bawah kita.  

Kondisi ini harus dilakukan penanganan medisgt;untuk mencegah komplikasi yang dapat terjadi seperti iskemia dan nekrosis (kematian) jaringan. 

Jika sudah terjadi nekrosis maka penanganannya adalah dengan mengamputasi bagian nekrosis tersebut. 

Penyebab

Penyebab sindrom kompartemen yang paling sering terjadi adalah dikarenakan cedera tulang dan otot, seperti patah tulang, luka robek, bakar, tusuk, gigitan binatang, komplikasi operasi jantung dan pembuluh darah, pembidaian/pembalutan luka yang terlalu kencang, olahraga berlebihan. 

Pada umumnya, sindrom kompartemen terjadi karena adanya peningkatan tekanan pada daerah otot dan fascia (lapisan yang mengelilingi kompartemen otot) sehingga menurunkan pasokan oksigen kedalam otot tersebut yang akan menyebabkan iskemia, kerusakan otot sampai ke tahap kematian jaringan.

 Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala sindrom kompartemen bisa disingkat menjadi 5P dalam dunia kedokteran. Berikut adalah tanda dan gejala sindroma kompartemen dari keluhan teringan sampai paling berat:

  • Pain.
    Keluhan utama pada sindroma kompartemen merupakan nyeri yang dirasakan pada daerah yang terkena. Nyeri yang dirasakan merupakan nyeri yang merata, semakin berat dan tidak membaik jika diberikan anti nyeri.
  • Pallor.
    Perubahan suhu dan warna kulit pada daerah yang terkena menjadi hangat, pink, dan pembengkakan dapat terjadi disertai nyeri.
  • Parasthesia.
    Penurunan sensitifitas pada kulit dapat terjadi pada sindroma kompartemen, penurunan sensasi seperti baal sampai ketahap mati rasa juga kadang terjadi pada penderita sindroma kompartemen
  • Pulseless.
    Mulai memasuki tahap akhir sindroma kompartemen atau tahap berat, denyut nadi pembuluh darah bagian bawah dari bagian tubuh yang terkena akan menghilang yang menandakan bahwa aliran darah tidak mencapai daerah dibawahnya.
    Misalnya, jika terjadi kemungkinan sindroma kompartemen pada paha, maka jika tidak terdapat denyut nadi pada pembuluh darah di punggung kaki maka kemungkinan sudah terdapat sindroma kompartemen yang cukup berat.
  • Paralysis. Paralise atau ketidakmampuan menggerakan anggota gerak yang mengalami sindroma kompartemen merupakan tahap akhir pada sindroma kompartemen.

Pemeriksaan

Sindrom kompartemen sendiri merupakan penyakit yang harus diperiksakan secara langsung ke dokter guna memastikan apa penyebabnya. Adapun beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan seorang dokter bila Anda terkena sindrom kompartemen ini adalah

  • Pemeriksaan fisik.
    Pemeriksaan fisik yang biasa dilakukan adalah pemeriksaan fisik sederhana untuk memeriksakan tekanan darah, keadaan organ tubuh yang diduga terkena sindrom kompartemen.
  • Lab darah.
    Pemeriksaan lab darah juga akan dilakukan untuk menentukan apakah Anda memiliki sindrom kompartemen.
  • Rontgen dan MRI.
    Pemeriksaan menggunakan teknologi pencitraan akan dilakukan bila diduga penyebab sindrom kompartemen adalah keluhan yang berhubungan dengan tulang atau otot seperti patah tulang akibat kecelakaan bermotor, cedera olahraga dll.
  • Tes pengukuran tekanan.

Pencegahan

Pencegahan yang dapat dilakukan agar terhindar dari kemungkinan terjadinya sindrom kompartemen adalah, antara lain :

  • Menghindari tekanan berlebih pada otot dan tulang.
    Bila terjadi cedera otot, hindarilah pembidaian, penggunaan gips dan pembalutan yang terlalu kencang sehingga menyebabkan sindroma kompartemen.
    Pembidaian dan pembalutan pun idealnya harus dibuka/dilepas secara berkala untuk melepaskan otot dan tulang yang cedera dari tekanan yang berlebihan.
  • Mengompres luka dengan air dingin atau es untuk mengurangi pembengkakan.
  • Istirahat yang cukup.
    Mengurangi intensitas olahraga berlebihan dan istirahat yang cukup juga menjadi penting untuk mencegah otot dan tulang mengalami kelelahan dan tekanan berlebih.
  • Rutin memeriksakan diri ke dokter untuk memeriksakan kesehatan Anda secara menyeluruh.

Pengobatan

Pengobatan sindrom kompartemen berfokus untuk mengurangi keluhan dan gejala yang dialami serta menghindari terjadinya komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi seperti infeksi, jaringan parut pada otot yang menyebabkan ketidaklenturan otot, kematian jaringan, kerusakan saraf permanen, gagal ginjal, Rhabdomyolysis, dan kematian. 

Pilihan terapi utama yang dapat digunakan untuk menangani masalah sindrom kompartemen adalah pembedahan. Operasi yang akan dilakukan pada umumnya adalah fasciotomy yaitu pembukaan dan pembebasan fascia dari tekanan berlebih yang menyebabkan sindroma kompartemen pada awalnya. Penutupan luka operasi biasanya dilakukan beberapa hari setelah operasi untuk mencegah terjadinya sindrom kompartemen. Prosedur skingraft akan dilakukan apabila luka operasi tidak kunjung sembuh. 

Obat-obatan anti-inflamasi non steroid bisa diberikan pada penderita sindrom kompartemen kronis. Selain itu, fisioterapi juga dapat dilakukan untuk meregangkan otot dan melatih otot yang cedera.

 

 


16 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Wedro, B. MedicineNet (2016). Compartment Syndrome. (https://www.medicinenet.com/compartment_syndrome/article.htm)
Henderson, R. Patient (2015). Compartment Syndrome. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4396671/)
DerSarkissian, C. WebMD (2016). Compartment Syndrome. (https://www.webmd.com/pain-management/guide/compartment-syndrome-causes-treatments)

Artikel ini hanya sebagai informasi awal mengenai kondisi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Pertanyaan dan jawaban lain tentang kondisi ini
Buka di app