Langkah-Langkah Pertolongan Pertama Pada Sesak Napas

Dipublish tanggal: Nov 8, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Waktu baca: 2 menit
Langkah-Langkah Pertolongan Pertama Pada Sesak Napas

Sesak napas terjadi ketika seseorang merasa tidak mendapatkan aliran udara dengan cukup, baik karena tidak bisa bernapas dengan lega atau napas menjadi cepat dan dangkal. Kondisi ini tidak boleh disepelekan, sebab organ-organ dalam tubuh berpotensi tidak mendapatkan aliran oksigen dan berakibat fatal. Sembari menunggu tim medis, perhatikan panduan pertolongan pertama pada sesak napas berikut ini.

Panduan pertolongan pertama pada sesak napas

Gangguan jantung atau paru paru merupakan penyebab yang sering membuat seorang menjadi sesak napas. Secara khusus meliputi penyakit jantung, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), emboli paru, pneumonia, infeksi saluran pernapasan, hingga asma. Bahkan sakit maag saja terkadang juga dapat membuat napas jadi sesak.

Sesak napas biasanya ditunjukkan dengan gejala berupa ritme napas yang cepat dan dangkal. Hal ini diikuti dengan munculnya perasaan cemas , gelisah, susah berbicara, keringat berlebihan, hingga bibir kebiruan atau bias disebut juga sianosis

Perlu diingat bahwa oksigen memainkan peran penting terhadap keberlangsungan fungsi dan kinerja organ-organ dalam tubuh. Ketika sesak napas, artinya tidak banyak oksigen yang bisa masuk. Bila kondisi ini tidak cepat-cepat ditangani, fungsi organ tubuh bisa terganggu dan berisiko fatal bagi keselamatan nyawanya.

Demi menyelamatkan pasien, ikuti panduan pertolongan pertama pada sesak napas berikut ini:

  • Pindahkan penderita ke tempat yang aman dan jauhkan dari kerumunan atau keramaian. Biarkan penderita beristirahat. 
  • Bantu penderita untuk menempatkan posisi tubuhnya senyaman mungkin. Usahakan posisi tubuhnya 45 derajat saat berbaring agar paru-parunya lebih terbuka.
  • Longgarkan pakaian penderita. Jika ia mempunyai riwayat asma, bantu penderita untuk mengonsumsi obat pribadi yang dibawa. 
  • Hindari memberikan makanan atau minuman apa pun ketika seseorang sedang mengalami sesak. Alih-alih meringankan gejala, hal ini justru bisa memperparah sesak napas.
  • Harus diingat bahwa kondisi penderita yang sudah baik belum tentu keluhannya sudah reda. Dampingi terus penderita hingga bantuan medis atau orang yang lebih berkompeten datang.
  • Jika terjadi cedera pada dada dan leher,  hindari gerakan yang berlebihan pada penderita yang mengalami sesak napas.

Segera hubungi ambulans dan tim medis, lalu bawa penderita ke layanan kesehatan terdekat. Apabila dicurigai adanya penurunan kesadaran, henti napas, atau henti jantung, segera lakukan resusitasi jantung paru (CPR) jika Anda sudah mendapatkan pelatihan dan yakin mampu melakukannya.

Baca Selengkapnya: Panduan Lengkap CPR Atau Resusitasi Jantung Paru

Gejala sesak napas yang perlu diwaspadai

Sesak napas tidak hanya sekadar kesulitan untuk menghirup udara saja. Akan tetapi, waspadai jika kondisi sesak napas jika diikuti tanda atau gejala berikut ini:

Bila Anda memiliki riwayat asma atau sesak napas dan mengalami gejala-gejala tersebut, segera periksakan diri ke dokter. Semakin cepat dideteksi, maka semakin cepat pula gejala ditangani dan mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Pertolongan pertama pada sesak napas yang dilakukan dengan sigap juga dapat membantu menyelamatkan nyawa pasien.

Baca Juga: Obat Sesak Napas Alami dan Kimiawi Anjuran Dokter


12 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Welsh EJ, et al. (2010). Caffeine for asthma [Abstract]. DOI: (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20091514)
Relaxation techniques: Breath control helps quell errant stress response. (2018). (http://www.health.harvard.edu/mind-and-mood/relaxation-techniques-breath-control-helps-quell-errant-stress-response)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app