Perlukah Telinga Dibersihkan?

Dipublish tanggal: Mar 8, 2019 Update terakhir: Nov 10, 2020 Tinjau pada Agu 15, 2019 Waktu baca: 3 menit
Perlukah Telinga Dibersihkan?

Sejak dulu, kita selalu diajarkan menjaga kebersihan organ tubuh kita, tak terkecuali telinga. Dari kecil, kita terbiasa membersihkan telinga dengan mengorek menggunakan cotton bud atau korek kuping. 

Kotoran telinga yang kemudian menempel pada korek kuping semakin meyakinkan kita bahwa memang seperti itulah caranya membersihkan telinga. Karena jika tidak dibersihkan maka akan menumpuk dan menyebabkan gangguan pendengaran

Namun, ternyata membersihkan telinga dengan cotton bud berbahaya. Mengapa demikian?

Apa itu Kotoran Telinga?

Ada baiknya kita pahami dulu fungsi kotoran telinga. Kotoran telinga (juga disebut serumen) yang lengket dan berwarna dianggap jijik namun ia memiliki banyak manfaat bagi indera pendengaran kita. 

Serumen dihasilkan oleh kelenjar sebasea dan kelenjar seruminosa yang terdapat dalam lapisan kulit di sepertiga bagian luar liang telinga kita. Serumen memiliki fungsi proteksi, lubrikasi dan antibakteri bagi telinga. 

Serumen “menangkap” debu, partikel lain bahkan serangga kecil (seperti semut) agar tidak masuk lebih jauh ke dalam telinga.

Setiap orang menghasilkan jumlah dan jenis kotoran telinga yang berbeda-beda, tergantung dari genetik. Pada sebagian orang yang memproduksi lebih banyak serumen daripada orang lain dapat mengalami penurunan kemampuan pendengaran, kadangkala disertai rasa penuh di telinga, nyeri dan berdengung. Namun pada sebagian besar orang jumlah cerumen tidaklah terlalu berlebihan.

Telinga akan otomatis membersihkan bagian dalamnya saat kita berbicara, mengunyah, dan menggerakkan rahang. Gerakan wajah ini akan mendorong kotoran bergerak ke arah luar saluran telinga sekaligus menangkap benda-benda asing dalam telinga, berkat teksturnya yang lengket.

Kotoran telinga juga mengandung properti antibiotik dan antijamur untuk melawan infeksi yang bisa melukai kulit di dalam saluran telinga. Kotoran telinga melindungi dan melembabkan kulit saluran telinga, serta mencegah telinga kering dan gatal.

Menurut Dokter Spesialis THT, dr.Emmy Pramesti D.S SpTHT, “Membersihkan telinga dengan benda-benda seperti cotton bud, jepit rambut, tusuk gigi adalah berbahaya, gendang telinga kita dapat sobek, liang telinga dapat terluka. Hal—hal tersebut dapat menyebabkan gangguan pendengaran, nyeri dan infeksi pada telinga.”

Membersihkan telinga dengan cotton bud ternyata juga bukan hanya karena kebutuhan, tetapi juga karena kecanduan. Dokter THT dan neurologi dari New York Head & Neck Institute di Lenox Hill Hospital, Sujana Chandrasekhar, melihat bahwa pasiennya membersihkan kotoran telinga dengan kapas karena terasa menyenangkan. Hal itu kemudian menjadi kebiasaan.

 “Pada orang-orang yang produksi cerumen (kotoran telinga) tidak terlalu banyak, pada umumnya tidak diperlukan membersihkan telinga secara teratur. Pada saat kita keramas/mandi sejumlah air akan masuk ke liang telinga dengan membawa serta kotoran telinga keluar. 

Kulit di liang telinga secara alami akan tumbuh dan lepas membawa serta cerumen keluar. Sehingga membersihkan telinga secara berlebih pada keadaan ini tidaklah diperlukan ”, kata dr. Emmy.

Kapan sebaiknya Telinga dibersihkan?

Anda boleh membersihkan telinga dengan korek kuping hanya pada permukaan luar telinga saja. Jangan memasukkan benda apapun ke dalam liang telinga. Alih-alih ingin membersihkan, korek kuping malah dapat melukai gendang telinga, atau lebih parahnya lagi, kapas pada korek kuping akan lepas dan tertinggal di telinga dalam. 

Selain itu, untuk orang dengan tipe cerumen kering dan padat, membersihkan telinga dengan korek kuping akan mendorong kotoran itu semakin ke dalam.

Secara anatomis, liang telinga kita menyerupai saluran berbentuk huruf S terbalik dengan penyempitan di bagian tengahnya. Sehingga bisa Anda bayangkan, saat Anda menggunakan cotton bud untuk membersihkan liang telinga justru akan mendorong serumen masuk lebih dalam. 

Bila dilakukan terus-menerus, maka serumen yang terdorong ke dalam akan terakumulasi, dapat mengalami pengerasan, dan akhirnya menyumbat liang telinga.

Namun, ada beberapa kondisi khusus yang membutuhkan pembersihan telinga oleh ahlinya, yakni :

  • Ada sensasi rasa penuh, tersumbat atau nyeri di dalam telinga
  • Tinnitus (suara berdenging atau gemrebeg dalam telinga)
  • Kurang pendengaran
  • Keluar cairan dari telinga disertai rasa gatal atau nyeri

Bagaimana cara membersihkan Telinga yang aman?

Jika memang ada kondisi yang memaksa Anda membersihkan telinga, baiknya dilakukan melalui cara-cara berikut:

  • Gunakan kain atau tissue
  • Cairan pelunak serumen, untuk serumen yang keras dan padat. Caranya masukan cairan seperti baby oil, mineral oil, glycerin, tetes telinga berbahan peroxida, hydrogen peroxide dan larutan garam untuk melarutkan serumen ke dalam liang telinga
  • Irigasi, dapat dilakukan dengan menggunakan menggunakan spuit/suntikan yang telah diisi air atau larutan salin/garam
  • Menggunakan alat khusus yang biasanya dimiliki oleh dokter, seperti sendok serumen, forsep, atau alat penghisap

 Cara-cara tersebut walau terkesan mudah tetapi harus dilakukan di bawah pengawasan dokter.


11 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Mayo Clinic Staff. (2016, May 5). Swimmer’s ear: Self-management (http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/swimmers-ear/manage/ptc-20201568)
Mayo Clinic Staff. (2015, March 24). Earwax blockage: Definition (http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/earwax-blockage/basics/definition/con-20018904)
Mayo Clinic Staff. (2016, April 19). Ear infection (middle ear): Symptoms and causes (http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/ear-infections/symptoms-causes/dxc-20199484)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app