ADELIA MARISTA SAFITRI, S.K.M
Ditulis oleh
ADELIA MARISTA SAFITRI, S.K.M
DR. KARTIKA MAYASARI
Ditinjau oleh
DR. KARTIKA MAYASARI

Tampak Mirip, Ini Bedanya Serangan Jantung, Gagal Jantung, dan Henti Jantung

Dipublish tanggal: Nov 30, 2020 Update terakhir: Jan 8, 2021 Waktu baca: 4 menit
Tampak Mirip, Ini Bedanya Serangan Jantung, Gagal Jantung, dan Henti Jantung

Ringkasan

Buka

Tutup

  • Serangan jantung terjadi karena adanya sumbatan plak di arteri yang mengganggu sirkulasi jantung, sedangkan henti jantung disebabkan oleh masalah listrik jantung;
  • Penyebab gagal jantung paling sering karena penyakit jantung koroner, tetapi juga bisa karena penyakit katup jantung, cacat jantung bawaan, hingga gagal ginjal;
  • Gejala serangan jantung umumnya berupa nyeri atau rasa tertekan di tengah dada, sedangkan gejala gagal jantung dan henti jantung sering kali tanpa diawali gejala;
  • Pertolongan pertama pada serangan jantung adalah pemberian aspirin dan nitrogliserin, sedangkan pada henti jantung perlu segera diberikan CPR dan defribrilator eksternal otomatis (AED);
  • Untuk penanganan gagal jantung, dokter dapat meresepkan pil diuretik, obat penurun tekanan darah, dan obat untuk memperlambat detak jantung;
  • Klik untuk membeli obat jantung dari rumah Anda melalui HDmall. *Gratis ongkos kirim ke seluruh Indonesia dan bisa COD;
  • Lakukan pemeriksaan jantung secara berkala. Beli paket skrining jantung (koroner) di HDmall dan dapatkan harga terbaik.

Hampir semua masalah terkait jantung biasanya langsung diberikan label ‘penyakit jantung’. Padahal, penyakit jantung itu ada banyak jenisnya dan setiap jenis memiliki gejala yang berbeda. Hal inilah yang terjadi saat seseorang mengalami serangan jantung, gagal jantung, dan henti jantung.

Meski sama-sama menyerang organ jantung, ketiga kondisi tersebut ternyata berbeda, lho! Memangnya apa perbedaan serangan jantung, gagal jantung, dan henti jantung? Baca terus ulasan berikut ini.

Apa bedanya serangan jantung, gagal jantung, dan henti jantung?

Wajar saja jika Anda masih bingung saat membedakan antara serangan jantung, gagal jantung, dan henti jantung. Ketiga kondisi tersebut memang memberikan gejala yang mirip sehingga istilahnya sering tertukar. 

Perbedaan serangan jantung, gagal jantung, dan henti jantung dapat dipahami dari poin-poin berikut ini.

1. Penyebab

Walau sama-sama terjadi pada jantung, penyebab serangan jantung, gagal jantung, dan henti jantung ternyata berbeda.

a. Penyebab serangan jantung

Serangan jantung terjadi ketika darah mengandung oksigen gagal mengalir ke jantung karena terhalang oleh bekuan darah atau plak di arteri. Tanpa asupan oksigen yang cukup, otot-otot jantung tentu tidak mampu berfungsi secara optimal. Bila dibiarkan terus-menerus, otot jantung lambat laun akan mati. 

Selain itu, kejang (spasme) di arteri koroner juga dapat memicu serangan jantung, bahkan ketika Anda tidak mengalami pengerasan arteri sekalipun. 

b. Penyebab henti jantung

Sama seperti namanya, cardiac arrest atau henti jantung terjadi ketika detak jantung tiba-tiba setop atau tidak berfungsi. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh gangguan aliran listrik jantung yang dipicu oleh masalah ritme jantung sehingga jantung ‘berhenti’ secara mendadak.

Karena jantung berhenti berdetak, organ-organ vital lainnya seperti otak dan paru-paru tidak mendapatkan cukup asupan darah mengandung oksigen. Jika tidak segera ditangani, pasien henti jantung dapat mengalami kematian hanya dalam hitungan menit.

Sederhananya, jika serangan jantung terjadi akibat masalah sirkulasi jantung, henti jantung disebabkan oleh masalah listrik jantung. Kebanyakan kasus serangan jantung tidak selalu menyebabkan henti jantung. Akan tetapi, henti jantung paling sering diawali oleh serangan jantung. 

c. Penyebab gagal jantung

Gagal jantung terjadi ketika otot jantung gagal memompa darah sebanyak yang dibutuhkan oleh tubuh. Beda dengan kedua gangguan jantung sebelumnya, gagal jantung merupakan kondisi kronis yang terjadi dari waktu ke waktu, tetapi juga bisa datang secara tiba-tiba.

Pada kasus gagal jantung, otot jantung mengalami pelemahan secara bertahap sehingga kesulitan memompa darah ke seluruh tubuh. Jantung terus berusaha berdetak lebih cepat, tetapi justru membuat tekanan darah meningkat. Di sisi lain, kondisi ini juga menyebabkan tubuh menahan garam dan air yang apabila dibiarkan terus menumpuk, pasien berisiko mengalami gagal jantung kongestif.

Gagal jantung biasanya diakibatkan oleh penyakit lain, seringnya karena penyakit jantung koroner. Bisa juga karena gangguan pembekuan darah di paru-paru, masalah di kelenjar tiroid, penyakit katup jantung, cacat jantung bawaan, gagal ginjal, atau tekanan darah yang tidak terkontrol.

Baca juga: 5 Risiko Komplikasi Gagal Jantung yang Diidap BJ Habibie

2. Tanda dan gejala

Tidak semua orang mengalami gejala penyakit jantung yang sama, baik saat terkena serangan jantung, gagal jantung, maupun henti jantung.

Pada kasus serangan jantung, gejala pada wanita dan pria bahkan bisa berbeda. Sekitar dua pertiga pasien mengalami gejala serangan jantung berikut:

  • Nyeri atau rasa tertekan di tengah dada, terjadi selama beberapa menit atau hilang-muncul;
  • Sesak napas, biasanya terjadi pada wanita;
  • Kelelahan berhari-hari hingga berminggu-minggu;
  • Nyeri di bagian tengah dada, bisa menjalar ke leher, punggung, rahang, lengan, dan perut di atas pusar;
  • Sakit perut;
  • Keringat dingin;
  • Mual;
  • Jantung berdebar kencang;
  • Irama jantung tidak normal;
  • Hilang kesadaran (pingsan);
  • Gelisah;
  • Bibir, tangan, atau kaki kebiruan.

Baca selengkapnya: Ciri-Ciri dan Gejala Serangan Jantung yang Mudah Dikenali

Bicara soal henti jantung, artinya Anda sedang berpacu dengan waktu. Pasalnya, henti jantung sering kali terjadi tanpa diawali gejala. Hanya dalam beberapa detik, seseorang dapat kehilangan kesadaran dan denyut nadinya pun berhenti mendadak. 

Ada pula yang sempat merasakan pusing dan sesak napas beberapa detik setelah serangan jantung terjadi. Jika tidak mendapatkan pertolongan segera, pasien dapat mengalami kematian hanya dalam hitungan menit.

Gagal jantung kongestif tahap awal juga biasanya tidak menimbulkan gejala apa pun. Namun, bila sudah dalam tahap kronis, pasien dapat mengalami:

  • Berat badan naik;
  • Batuk kering dan terasa sesak, terutama saat berbaring;
  • Napas ngos-ngosan;
  • Pusing;
  • Penumpukan cairan, biasanya di kaki dan pergelangan kaki;
  • Perut bengkak;
  • Sering buang air kecil di malam hari;
  • Kulit membiru;
  • Napas bunyi ngik-ngik (mengi) dan sesak napas, mirip seperti asma.

3. Pertolongan pertama

Sederhananya, penyebab serangan jantung adalah karena masalah sirkulasi pada jantung. Itulah mengapa penderita serangan jantung perlu segera dilarikan ke rumah sakit untuk mengatasi penyumbatan dan memperbaiki aliran darah jantung.

Jika Anda sendiri atau menemukan kerabat yang mengalami serangan jantung, segera cari bantuan medis. Untuk pertolongan pertama, tim medis biasanya akan memberikan aspirin untuk membantu mencegah penggumpalan darah atau nitrogliserin untuk melancarkan aliran darah dalam tubuh pasien.

Untuk pertolongan pertama pada henti jantung, melakukan resusitasi jantung paru (RJP atau CPR) dan penggunaan defribrilator eksternal otomatis (AED) dapat diandalkan untuk meningkatkan harapan hidup pasien hingga 23%. 

CPR digunakan untuk membantu memompa jantung supaya darah bisa mengalir lebih banyak ke organ-organ di seluruh tubuh. Defibrilator eksternal otomatis bertugas untuk mengirimkan aliran listrik ke jantung. Dengan begitu, ritme jantung yang semula terhenti bisa kembali terpacu dan berangsur-angsur membaik.

Sementara itu, pertolongan pertama pada gagal jantung umumnya sama seperti serangan jantung maupun gagal jantung. Dokter biasanya akan meresepkan obat diuretik untuk membantu menghilangkan kelebihan air, sehingga bengkak di tubuh dan reaksi sesak napas dapat diatasi.

Dokter juga dapat meresepkan obat-obatan untuk menurunkan tekanan darah dan memperlambat detak jantung. Jika gejala semakin parah, dokter akan menganjurkan prosedur operasi untuk menanamkan alat pacu jantung. Alat tersebut berfungsi untuk menjaga ritme jantung sehingga detak jantung menjadi lebih stabil.

Nah, sekarang Anda tentu sudah memahami perbedaan serangan jantung, gagal jantung, dan henti jantung. Jika Anda merasa adanya masalah pada jantung maupun gejala-gejala lainnya yang tak biasa, segera periksakan diri ke dokter. Semakin cepat dideteksi, semakin cepat pula penanganan dilakukan. Risiko perburukan kondisi gangguan jantung pun bisa dicegah sedini mungkin.

Baca selengkapnya: Mengenal Lebih Jauh tentang Resusitasi Jantung Paru (RJP)


3 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
WebMD. Difference Between Heart Failure and Heart Attack. (https://www.webmd.com/heart-disease/heart-failure/heartattack-vs-heartfailure#1). 6 Juli 2019.
Cedars Sinai. Heart Attack, Cardiac Arrest, Heart Failure - What’s the Difference? (https://www.cedars-sinai.org/blog/heart-attack-cardiac-arrest-and-heart-failure.html). 13 April 2017.
American Heart Association. Heart Attack and Sudden Cardiac Arrest Differences. (https://www.heart.org/en/health-topics/heart-attack/about-heart-attacks/heart-attack-or-sudden-cardiac-arrest-how-are-they-different). 31 Juli 2015.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app