Mengenal Lebih Jauh Tentang Resusitasi Jantung Paru (RJP)

Dipublish tanggal: Sep 6, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Waktu baca: 3 menit
Mengenal Lebih Jauh Tentang Resusitasi Jantung Paru (RJP)

Resusitasi Jantung Paru atau RJP adalah tindakan pertolongan pertama yang dilakukan untuk orang-orang yang mengalami henti jantung dan tidak mampu bernapas secara normal. Kondisi tersebut biasanya ditandai dengan pingsan mendadak dan tidak merespon saat dipanggil. Bila dilakukan dengan benar, teknik RJP ini dapat membantu menyelamatkan nyawa korban, lho!

Siapa pun boleh melakukan teknik RJP

Resusitasi Jantung Paru (RJP) juga dikenal dengan istilah CPR atau Cardiopulmonary Resuscitation. Teknik ini sangat bermanfaat untuk membantu mengalirkan darah mengandung oksigen agar bisa sampai ke otak dan organ lainnya sampai pertolongan medis datang. Bila dilakukan dengan cepat dan tepat, maka hal ini dapat menyelamatkan nyawa korban.

Teknik RJP sebaiknya dilakukan oleh orang yang sudah pernah mengikuti pelatihan. Meski begitu, bukan berarti Anda tidak boleh menolong orang yang memerlukan pertolongan RJP atau malah mundur karena takut salah.

Siapa pun boleh mencoba melakukan RJP daripada tidak sama sekali. Maka dari itu, penting bagi Anda untuk mengetahui cara resusitasi jantung paru agar bisa dilakukan dengan benar hingga bisa membantu menyelamatkan nyawa korban.

Tahapan-tahapan melakukan resusitasi jantung paru

Sebelum dilakukan pertolongan RJP, pastikan area sekitar tempat korban berada aman untuk dilakukan pertolongan. Bila berada di jalan, sebaiknya pindahkan tubuh korban ke tepi jalan guna menghindari lalu lintas.

Tahapan melakukan tindakan penyelamatan dengan RJP disingkat menjadi C-A-B atau compression, airways, dan breathing. Agar lebih jelas, berikut cara melakukan resusitasi jantung paru atau RJP:

1. Kompresi (compression)

Compression atau kompresi dilakukan jika Anda tidak menemukan denyut nadi atau detak jantung pada korban yang tidak sadarkan diri. Teknik RJP diawali dengan melakukan kompresi atau menekan dada. 

Letakkan salah satu telapak tangan di bagian tengah dada korban, lalu tangan yang lainnya ditaruh di atas tangan yang pertama. Setelah itu, eratkan jari-jari kedua tangan dan lakukan penekanan dada sedalam 5-6 cm, kemudian lepaskan. 

Ulangi tindakan sebanyak 100-120 kali tekanan tiap menit sampai pertolongan medis datang atau sampai korban memberi respons.

2. Membuka jalur napas (airways)

Setelah melakukan kompresi dada, maka tahap melakukan RJP selanjutnya adalah airways yaitu membuka jalur pernapasan. Dongakkan kepala korban lalu letakkan kedua tangan di dahinya. Angkat dagu korban dengan perlahan guna membuka dan mengamankan saluran pernapasannya.

3. Memberi bantuan napas (breathing)

Setelah membuka jalur napas korban, dilanjutkan dengan breathing atau memberi bantuan napas. Pertama-tama, jepit hidung korban lalu posisikan mulut kita tepat di mulut korban. 

Hembuskan napas kita ke dalam mulutnya, kemduian periksa apakah dada korban sudah mengembang dan mengempis layaknya orang bernapas pada umumnya. Di setiap 30 kali kompresi dada, iringi dengan 2 kali bantuan napas. 

Perlu diketahui bahwa untuk teknik pernapasan lewat mulut ini sebaiknya hanya dilakukan oleh orang yang sudah mendapatkan pelatihan khusus.

Baca Selengkapnya: Langkah-Langkah Pertolongan Pertama Pada Serangan Jantung

Keuntungan bila Anda mampu melakukan CPR

Tidak hanya bisa memancing respon korban, ada beberapa alasan pentingnya mempelajari teknik resusitasi jantung paru atau RJP, yaitu:

1. Menyelamatkan korban dari risiko kerusakan otak

Salah satu keuntungan dilakukannya RJP adalah mampu mengurangi risiko korban menderita kerusakan otak. Saat tubuhnya tidak mendapatkan aliran oksigen yang cukup, hal ini dapat meningkatkan risiko terjadinya kerusakan otak.

Semakin cepat dilakukan, maka semakin besar potensi aliran darah mengandung oksigen ke seluruh tubuh, termasuk otak. Hal inilah yang dapat membantu menurunkan risiko kerusakan otak pada tubuh korban.

Baca Juga: Gangguan Fungsi Otak Kecil yang Harus Diwaspadai

2. Menyelamatkan nyawa korban

Semakin cepat pertolongan diberikan, semakin besar kemungkinan seseorang bisa diselamatkan. Jika RJP dilakukan pada orang yang mengalami serangan jantung, besar kemungkinan jantungnya bisa kembali bekerja mengedarkan oksigen dan darah ke seluruh tubuh.

3. Sedikit orang yang bisa melakukan RJP

Faktanya, lebih dari separuh pasien yang terkena serangan jantung tidak memperoleh pertolongan pertama berupa resusitasi jantung paru. Ini karena banyak orang-orang yang belum mendapatkan pelatihan RJP dan takut mencobanya.

4. Serangan jantung sering terjadi di rumah

Salah satu alasan penting lainnya adalah untuk mengantisipasi orang di rumah mengalami kondisi tertentu yang memerlukan RJP. Pasalnya, sedikitnya 85 persen serangan jantung terjadi di rumah dan hal ini bisa saja dialami oleh orang di sekitar kita, termasuk anggota keluarga.

Selama ini, banyak orang yang takut melakukan RJP karena merasa tidak cukup pandai melakukannya dan takut salah cara. Padahal, ini sangat penting dan bisa memberikan dampak baik bagi tubuh korban. Anda bisa belajar untuk membantu menyelamatkan nyawa orang lain yang sedang dalam kondisi kritis dengan melakukan resusitasi jantung paru.

Baca Juga: Tusuk Jari Dengan Jarum Bisa Sembuhkan Stroke, Mitos Atau Fakta?


11 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Three Things You May Not Know About CPR. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (Accessed via: https://www.cdc.gov/features/learn-cpr/index.html)
Tips for Proper CPR Technique in Adults. WebMD. (Accessed via: https://www.webmd.com/first-aid/cardiopulmonary-resuscitation-cpr-treatment)
Cardiopulmonary Resuscitation (CPR): Practice Essentials, Preparation, Technique. Medscape. (Accessed via: https://emedicine.medscape.com/article/1344081-overview)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app