Memendam Emosi Tidak Baik untuk Kesehatan, Ini Bahayanya

Energi negatif yang seharusnya dikeluarkan menjadi tersimpan di dalam tubuh dan dapat mengganggu fungsi organ tubuh, terutama otak. Berikut ini beberapa bahaya yang dapat terjadi ketika Anda terlalu sering memendam emosi:
Dipublish tanggal: Jul 2, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Waktu baca: 4 menit
Memendam Emosi Tidak Baik untuk Kesehatan, Ini Bahayanya

Memendam emosi merupakan hal yang cukup sering dilakukan oleh orang-orang demi menghindari suatu masalah. Terkadang, hal ini ditempuh karena tidak ingin merepotkan orang lain lalu menganggap semuanya bisa hilang dengan sendirinya. Padahal, terlalu sering menyimpan energi negatif sendirian dan tidak membagikannya dengan orang lain malah bisa menambah beban pikiran. Bahkan bisa membuat kesehatan mental Anda terganggu. 

Bahaya memendam emosi bagi kesehatan

Ada banyak alasan mengapa seseorang memilih untuk memendam emosi daripada membagikannya pada orang lain. Ada yang lebih nyaman dengan menyembunyikan pikiran dan perasaan sendiri, lalu ada juga yang tidak ingin membuat orang lain khawatir atau ikut terbebani.

Energi negatif sebaiknya tidak boleh terlalu lama dipendam di dalam diri. Pikiran dan perasaan negatif yang terpendam secara bertubi-tubi dapat memengaruhi kesehatan, baik secara fisik maupun mental. 

Ketika emosi terus dipendam sendirian, energi negatif hasil dari emosi akan tertahan dalam tubuh. Energi negatif yang seharusnya dikeluarkan menjadi tersimpan di dalam tubuh dan dapat mengganggu fungsi organ tubuh, terutama otak. 

Baca Juga: 8 Kebiasaan Salah untuk Menghilangkan Rasa Emosi

Berikut ini beberapa bahaya yang dapat terjadi ketika Anda terlalu sering memendam emosi:

1. Meningkatkan risiko penyakit dan kematian

Ada 2 jenis emosi dalam diri manusia, yaitu emosi positif dan emosi negatif. Sesuai dengan namanya, emosi negatif akan memberikan dampak negatif bagi keseahtan tubuh.

Ketika Anda memendam emosi, maka tubuh Anda akan lebih rentan terserang berbagai penyakit. Mulai dari pengerasan arteri, kaku sendi, pelemahan tulang, sistem imun melemah, risiko tumor, bahkan kanker.

Selain dalam hal fisik, bahaya memendam emosi juga mengintai kesehatan mental Anda. Menurut sebuah penelitian yang telah dilakukan selama 12 tahun, orang-orang yang sering memendam emosinya sendiri berisiko mati muda 3 kali lebih besar, daripada orang yang lebih lihai mengungkapkan perasaannya.

Begitu juga yang dilaporkan oleh penelitian dalam Journal of Psychosomatic Research tahun 2000, para ahli menemukan bahwa bahaya memendam emosi dapat meningkarkan risiko penyakit jantung hingga kanker. Kenapa bisa begitu?

Penjelasannya begini. Ketika Anda teriasa memendam emosi, seluruh pikiran negatif dalam tubuh akan mengganggu keseimbangan hormon. Hal ini dapat meningkatkan risiko penyakit yang berhubungan dengan kerusakan sel, salah satunya kanker.

Dalam kasus apapun, para peneliti memperingatkan bahwa emosi yang tertahan dalam tubuh dan pikiran dapat menyebabkan masalah kesehatan fisik maupun mental yang serius. Dampak fatalnya, memendam emosi terlalu lama bahkan dapat menyebabkan kematian dini.

Beberapa ahli menyarankan untuk dapat mengutarakan emosi yang dirasakan, terutama emosi yang menyedihkan, agar kesehatan mental tetap terjaga. Marah dapat membantu mengurangi dampak negatif dari stres.

2. Rentan terserang peradangan (inflamasi)

Peneliti asal Finlandia melaporkan bahwa penderita alexytymia, yaitu orang-orang yang tidak bisa mengekspresikan emosinya dengan baik, cenderung lebih rentan terkena peradangan dalam tubuh. Hal ini terlihat dari naiknya kadar zat kimia inflamasi berupa protein C-reaktif sensitivitas tinggi (hs-CRP) dan interleukin (IL-6).

Dalam penelitian terpisah, sebuah studi tahun 2010 yang dilakukan pada 124 siswa memberikan hasil yang tak jauh berbeda. Perasaan ditolak dan dihakimi, kemudian emosinya dipendam sendiri, dapat meningkatkan dua bahan kimia inflamasi yang berbeda dengan sebelumnya.

Zat kimia tersebut berupa interleukin-6 (IL-6) dan tumor necrosis factor-alpha (TNF-alpha) yang sering ditemukan pada penyakit autoimun. Selain itu, inflamasi sendiri juga dapat ditunjukkan oleh berbagai penyakit lainnya, seperti penyakit jantung, artritis, asma, dementia, osteoporosissindrom iritasi usus (IBS), dan beberapa jenis kanker.

Sebaliknya, orang-orang yang bahagia justru memiliki kadar zat kimia inflamasi yang lebih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa semakin bahagia perasaan seseorang, maka orang tersebut akan lebih mudah terhindar dari risiko peradangan.

Sebuah studi tahun 2010 yang diterbitkan dalam Journal of Association for Psychological Science, menemukan bahwa memandang kehidupan dengan cara yang positif adalah penawar terbaik untuk mengatasi stres, nyeri, dan berbagai macam penyakit.

Apa yang harus dilakukan agar bisa berhenti memendam emosi?

Memang, tidak semua orang bisa mengungkapkan dan mengekspresikan apa yang dirasakan. Namun, cobalah untuk belajar meluapkannya untuk mengurangi beban pikiran serta mental Anda. 

Ada beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk melatih terbuka dan berhenti memendam emosi sendirian, yaitu:

1. Jujur pada diri sendiri

Anda tidak perlu meluapkan semua perasaan pada orang lain. Akan tetapi, Anda dapat mengatakannya pada diri Anda sendiri dan terbuka mengenai perasaan Anda. Hindari menyembunyikan atau mengabaikan perasaan sendiri.

2. Ketahui apa yang sedang Anda rasakan

Banyak orang yang tidak paham dengan perasaannya sendiri. Hal inilah yang menyebabkan orang-orang memilih untuk memendam emosinya dengan harapan semua akan membaik dengan sendirinya. 

Perlahan-lahan, cobalah kenali perasaan Anda pada diri sendiri. Setelah itu, renungkan apa yang membuat emosi negatif Anda menyeruak dan cari solusi terbaiknya dengan kepala dingin.

3. Tarik napas dalam-dalam

Meluapkan emosi dengan meledak-ledak itu tidak masalah, lho. Hal ini boleh saja dilakukan demi mengeluarkan uneg-uneg yang selama ini membuat pikiran Anda penat.

Tarik napas dalam-dalam lewat hidung, lalu buang perlahan lewat mulut. Rasakan setiap tarikan napas Anda membawa oksigen yang mampu melegakan pikiran, kemudian biarkan masalah-masalah Anda terbuang lewat napas yang Anda embuskan.

4. Curhat dengan orang terpercaya

Jika Anda sedang emosional dan bergejolak, bicarakan apa yang Anda rasakan dan pikirkan pada orang lain. Curhatlah pada orang yang Anda percayai karena ini sedikit banyak dapat membantu membuat Anda lebih tenang.

Yang terpenting, sebisa mungkin hindari memendam emosi sendirian dan membiarkannya menumpuk di pikiran Anda. Meluapkan perasaan memang tidak mudah, tapi setidaknya bisa membuat Anda terhindar dari bahaya memendam emosi yang tak baik bagi kesehatan.

Baca Juga: Kiat Mengontrol Emosi Sehingga Membawa Dampak Positif Bagi Diri Sendiri


6 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Cold Spring Harbor Perspectives in Biology. IL-6 in Inflammation, Immunity, and Disease. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4176007/). Oktober 2014.
Journal of Sleep Disorders & Therapy. Psychological and Emotional Stress Among the Students Living in Dormitory: A Comparison between Normal and Depressive Students. 31 Mei 2015.
Brain, Behavior, and Immunity. Emotional Acceptance, Inflammation, and Sickness Symptoms Across the First Two Years Following Breast Cancer Diagnosis. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4917434/). 23 Februari 2016.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app