Kenapa Telinga Berdenging dan Cara Mengatasinya

Dipublish tanggal: Mar 8, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Agu 15, 2019 Waktu baca: 3 menit
Kenapa Telinga Berdenging dan Cara Mengatasinya

Saat berada di ruangan yang sunyi, tiba-tiba telinga kanan atau kiri Anda berdengung. Atau setelah menonton konser musik, Anda mendengar suara berulang terus menerus tanpa tahu letak sumber suara. 

Apakah yang terjadi? Artikel berikut akan membahas penyebab telinga berdengung dan cara mengatasinya.

Tinnitus adalah istilah kedokteran untuk telinga berdenging. Adanya suara yang timbul dan didengar telinga dapat berupa suara dering, siulan, dengung, kicauan, desisan, atau teriakan. 

Walau kita merasa mendengar suara-suara tersebut, tidak ditemukan adanya sumber eksternal yang menyebabkan pendengaran tersebut. Selain itu suara-suara yang terdengar dapat berlangsung beberapa saat, terus menerus, atau berbeda tingkat kebisingannya. Hal inilah yang menyebabkan tinnitus terkadang terasa mengganggu dan membuat frustrasi.

Telinga bagian tengah bertugas menerima gelombang suara dan menyalurkannya ke telinga bagian dalam. Gelombang suara akan diubah menjadi sinyal elektrik untuk dikirim ke otak agar menerjemahkan sinyal tersebut menjadi suara yang dapat didengar. 

Adanya kerusakan pada gendang telinga, tulang kecil pada telinga bagian tengah, atau telinga bagian dalam, akan menyebabkan gangguan pada proses penyaluran gelombang suara. Hal inilah yang menyebabkan Anda mendengar bunyi denging di telinga.

Penyebab Tinnitus

Tinnitus adalah kondisi umum yang terjadi pada orang dewasa. Tetapi pada sebagian orang, tinnitus dapat mengganggu konsentrasi dan menyebabkan tidak bisa tidur. 

Faktor umum yang menjadi penyebab tinnitus adalah adanya infeksi saluran pendengaran dan akibat adanya suara dengan intensitas tinggi. Tinnitus bukan sebuah kondisi penyakit, melainkan sebuah gambaran adanya masalah pada system pendengaran atau otak. Berikut adalah beberapa penyebab tinnitus:

  • Kebuntuan pada telinga karena penumpukan kotoran telinga.
  • Paparan suara dengan tingkat kebisingan tinggi.
  • Kehilangan kemampuan pendengaran karena pertambahan usia. Semakin tua usia, koklea, bagian telinga yang berperan pada kemampuan pendengaran, mengalami kerusakan. Kerusakan pada koklea menyebabkan proses pengiriman sinyal ke otak menjadi terhenti. Otak kemudian menghasilkan kebisingan tersendiri sebagai ganti berkurangnya sinyal suara normal yang dikirim koklea. Kebisingan yang dihasilkan otak inilah yang kita dengar sebagai bunyi yang berdenging di telinga.
  • Adanya trauma atau cedera pada telinga akibat pukulan ditelinga, leher, atau kepala.
  • Penyakit Meniere yang menyerang telinga bagian dalam sehingga mempengaruhi kemampuan pendengaran dan keseimbangan tubuh.
  • Kondisi kesehatan lainnya seperti tekanan darah tinggi, kadar kolesterol tinggi, penyakit jantung, anemia, alergi, diabetes, penyakit autoimun.
  • Gangguan pada sendi temporomandibular (sendi yang menghubungkan rahang dengan bagian kepala atas).
  • Otosklerosis, yaitu kondisi yang menyebabkan pertumbuhan tulang di telinga bagian tengah menjadi tidak normal.
  • Penggunaan obat-obatan tertentu, misalnya penggunaan aspirin dosis tinggi, obat antimalaria (klorokuin), antibiotic tertentu (eritromisin dan gentamisin), dan obat kanker (vinkristin).

Kondisi tinnitus juga dapat menjadi lebih parah bila mengkonsumsi alkohol, kafein, dan merokok. Kondisi psikologis seperti kelelahan dan stres emosional juga dapat memperburuk tinnitus.

Mengatasi Tinnitus

Tinnitus dapat hilang dengan mengetahui penyebabnya. Pengobatan ditujukan untuk mengeliminasi penyebab tinnitus. Untuk mengetahui penyebab tinnitus, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik pada telinga, melakukan tes pendengaran, serta melakukan CT scan atau MRI untuk menegakkan diagnosis. 

Setelah penyebab tinnitus diketahui, dokter akan memberikan pengobatan atau terapi yang sesuai, misalnya dengan pemberian obat anti-infeksi atau pembersihan kotoran telinga. 

Setelah kondisi penyebab tinnitus disembuhkan, tinnitus akan reda dengan sendirinya. Pada kondisi tinnitus yang disertai dengan penurunan kemampuan pendengaran, dokter akan menyarankan untuk menggunakan alat bantu dengar (hearing aids) atau melakukan implan koklea.

Terdapat juga beberapa jenis terapi yang digunakan untuk mengatasi tinnitus, misalnya terapi suara, terapi penguasaan tinnitus (TRT), dan terapi perilaku kognitif

Terapi-terapi ini bertujuan untuk membantu meningkatkan kondisi psikologis sehingga penderita tinnitus dapat memodifikasi reaksinya terhadap suara dengung yang didengar oleh telinga agar tidak berpengaruh terhadap aktivitas dan rutinitas harian.

Mencegah Tinnitus

Resiko terjadinya tinnitus dapat dicegah dengan cara:

  • Melindungi telinga dari paparan kebisingan. Resiko tinnitus meningkat apabila terpapar suara dengan level kebisingan yang tinggi.
  • Menjaga kebersihan telinga dan menjaganya tetap kering. Telinga dapat menghasilkan lapisan lilin yang berguna untuk menyaring kotoran dan partikel berbahaya masuk ke dalam telinga. Membersihkan telinga yang benar, bukan dengan menggunakan cotton bud, karena dapat mendorong kotoran masuk kembali ke dalam telinga. Sebaiknya gunakan tetes telinga khusus pembersih telinga untuk mengeluarkan lapisan lilin yang menumpuk. Obat tetes ini dapat diperoleh tanpa resep di apotek. Selain itu, menjaga telinga dalam kondisi kering akan mencegah timbulnya infeksi telinga.
  • Mengelola stres melalui konseling, meditasi, olahraga, atau relaksasi. 

17 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Chari DA, et al. Tinnitus. Medical Clinics of North America. 2018;102:1081.
Causes. American Tinnitus Association. https://www.ata.org/understanding-facts/causes.
Tinnitus. American Academy of Otolaryngology–Head and Neck Surgery. https://www.enthealth.org/conditions/tinnitus/.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app