10 Jenis Sakit Kepala yang Harus Dikenali dan Umum Terjadi

Dipublish tanggal: Feb 22, 2019 Update terakhir: Jan 4, 2022 Tinjau pada Jun 13, 2019 Waktu baca: 4 menit
10 Jenis Sakit Kepala yang Harus Dikenali dan Umum Terjadi

Ringkasan

Buka

Tutup

  • Ada berbagai jenis sakit kepala yang umum terjadi dengan penyebab, gejala maupun cara pengobatan yang berbeda;
  • Sakit kepala tegang merupakan salah satu jenis sakit kepala yang paling umum terjadi akibat meningkatnya kadar emosi dan stres;
  • Sedangkan jenis sakit kepala sebelah atau migrain umumnya membuat penderita migrain akan merasakan sakit kepala berdenyut di satu sisi kepala;
  • Beragam jenis sakit kepala lainnya dapat berupa sakit kepala klaster, sakit kepala hormonal, sakit kepala hipertensi, hingga sakit kepala akibat trauma;
  • Klik untuk membeli obat sakit kepala atau obat pereda nyeri secara online ke rumah Anda di HDmall. *Gratis ongkir ke seluruh Indonesia & bisa COD.

Ada berbagai jenis sakit kepala dengan penyebab, gejala maupun cara pengobatan yang berbeda. Mengetahui ciri-ciri atau karakter khas masing-masing jenis sakit kepala dapat membantu kita mengindentifikasi sakit kepala yang diderita dan menemukan pengobatan yang tepat.

10 jenis sakit kepala yang umum terjadi

1. Sakit Kepala Tegang

Sakit kepala tegang merupakan salah satu jenis sakit kepala yang paling umum terjadi. Gejala sakit kepala tegang yang biasa dirasakan dapat berupa nyeri tumpul seperti rasa tertekan pada bagian dahi, belakang kepala, leher ataupun bahu. Penyebab sakit kepala tegang lebih sering dipicu oleh meningkatnya kadar emosi dan stres.

2. Sakit Kepala Klaster

Sakit kepala klaster adalah jenis sakit kepala yang dapat terjadi secara berulang dalam pola atau siklus tertentu. Sakit kepala jenis ini dapat bersifat episodik maupun kronis. 

Pada kasus episodik, serangan yang datang dapat berlangsung selama 1 minggu hingga 1 tahun dengan periode remisi selama 12 bulan. Sedangkan sakit kepala kronis dapat berlangsung hingga lebih dari setahun dengan periode remisi yang hanya berlangsung kurang dari sebulan.

Gejala sakit kepala klaster dapat berupa nyeri tajam, kemerahan dan pembengkakan di area sekitar satu sisi mata atau wajah, kelopak mata menurun, hidung tersumbat atau berair dan muncul keringat di dahi atau wajah. 

Pada sebagian besar kasus, gejala sakit kepala ini kerap timbul di malam hari, sekitar 1-2 jam setelah tidur dan dapat berlangsung selama beberapa kali dalam sehari dengan durasi nyeri berkisar dari 15 menit hingga 3 jam.

3. Sakit Kepala Hormonal

Sakit kepala jenis hormonal lebih rentan dialami oleh wanita ketika terjadi fluktuasi hormon, terutama hormon estrogen seperti pada saat menstruasi, penggunaan pil KB, kehamilan, ataupun ketika memasuki masa menopause. Rasa sakit atau nyeri kepala tersebut dapat disertai dengan gejala aura, perubahan suasana hati, dan kram perut. 

Baca juga: Mengenali Penyebab Sakit kepala Hormonal

4. Sakit kepala sebelah (Migrain)

Migrain termasuk satu dari sekian banyak jenis sakit kepala yang paling dikenal. Penderita migrain akan merasakan sakit kepala berdenyut yang biasanya hanya terjadi pada satu sisi kepala saja. Terkadang gejala migrain disertai pula dengan mual, muntah dan kepekaan berlebih terhadap cahaya atau suara.

Sekitar 1 dari 5 orang yang mengalami sakit kepala sebelah (migrain) diketahui dapat mengalami tanda-tanda awal serangan yang disebut dengan aura, yakni berupa gangguan visual seperti melihat kilatan cahaya atau garis zig-zag, merasa lemah di satu sisi wajah atau tubuh tertentu dan terjadi sensasi kesemutan di lengan maupun kaki.

5. Sakit Kepala akibat Hipertensi

Sakit kepala akibat hipertensi adalah sakit kepala berdenyut yang mempengaruhi kedua sisi kepala dan akan semakin memburuk ketika melakukan aktivitas. Kondisi ini merupakan pertanda darurat dan membutuhkan penanganan medis sesegera mungkin karena tekanan darah sudah terlalu tinggi. 

Gejala sakit kepala akibat hipertensi dapat berupa gangguan penglihatan, mati rasa atau kesemutan, mimisan, nyeri dada, dan sesak napas. Cara mengatasi sakit kepala ini harus segera dilakukan dengan bantuan pengobatan medis.

6. Sakit Kepala terkait Kafein

Kafein adalah zat psikoaktif yang berfungsi sebagai stimulan sistem saraf pusat. Artinya kafein dapat mempengaruhi aktivitas saraf pada otak dan meningkatkan kewaspadaan sekaligus mengurangi kelelahan.

Pada beberapa orang yang setiap hari rutin mengonsumsi minuman berkafein seperti kopi ataupun teh, menghilangkan kebiasaan ini secara tiba-tiba dapat menyebabkan timbulnya gejala sakit kepala. Umumnya akan terjadi pada 12-24 jam setelah berhenti mengonsumsi kafein.

Hal serupa dapat terjadi pula ketika asupan kafein yang masuk ke dalam tubuh terlalu berlebihan, namun gejala ini hanya bersifat sementara. 

Menjaga asupan kafein pada tingkat yang wajar atau justru berhenti sepenuhnya dapat mencegah terulangnya kembali gejala sakit kepala seperti ini.

Baca juga: Meskipun Kaya Manfaat, Kafein Juga Memiliki Efek Samping

7. Sakit Kepala Exertional

Sakit kepala exertional adalah sakit kepala berdenyut yang dapat dirasakan di seluruh atau hanya pada satu sisi kepala saja. Sakit kepala jenis ini dipicu oleh aktivitas fisik dan terbagi menjadi dua jenis, yakni sakit kepala exertional primer dan sekunder. Pada sakit kepala exertional primer, sakit kepala yang dirasakan umumnya tidak berbahaya dan dapat reda dengan sendirinya.

Sedangkan pada kasus exertional sekunder, sakit kepala yang timbul oleh aktivitas fisik tersebut merupakan pertanda dari kondisi berat yang mendasarinya, seperti adanya tumor, penyakit jantung koroner atau adanya kelainan struktural di kepala, leher atau tulang belakang. Karena itu, tak jarang sakit kepala yang dialami kerap disertai dengan gejala lain seperti muntah, leher kaku, penglihatan ganda hingga hilangnya kesadaran.

8. Sakit Kepala Sinus

Sakit kepala sinus merupakan sakit kepala berdenyut yang terlokalisasi di area sekitar sinus seperti di belakang mata, hidung, pipi, dan dahi. Jenis sakit kepala ini biasanya terkait dengan gejala sinusitis, baik karena efek alergi atau infeksi apapun yang membuat sinus meradang dan tersumbat.

Rasa sakit akan semakin menjadi ketika tubuh membungkuk ke depan atau di saat cuaca sedang lembab dan dingin. Sakit kepala sinus ini juga dapat disertai pula dengan demam dan timbulnya lendir kental di hidung berwarna hijau atau kuning.

Baca juga: Apa Saja Manfaat Cuci Hidung? Benarkah Bisa Atasi Sinus?

9. Sakit Kepala Berulang (Rebound Headaches)

Sakit kepala ini mungkin dipicu oleh penggunaan berlebihan atau terlalu sering dari obat sakit kepala yang dijual bebas di warung atau apotek. Penggunaan obat penghilang rasa sakit seperti parasetamol, ibuprofen, aspirin atau naproxen, serta segala bentuk obat-obatan yang mengandung kafein juga dapat menjadi penyebab sakit kepala berulang. 

Oleh karena itu, cara meredakan sakit kepala rebound ini adalah dengan melepaskan diri dari obat-obatan yang telah sering digunakan sebelumnya untuk mengontrol rasa sakit. Carilah obat sakit kepala yang mengandung bahan alami atau bisa dengan berolahraga maupun istirahat yang cukup.

10. Sakit Kepala Pasca Trauma

Jenis sakit kepala yang satu ini terjadi selepas mengalami trauma atau cedera pada kepala. Rasa sakitnya dapat berupa nyeri tajam atau tumpul yang berlangsung secara terus-menerus selama 6-12 bulan, bahkan lebih. Lakukan CT-scan atau MRI untuk mengetahui, mengkonfirmasi atau bahkan menyingkirkan bukti perdarahan yang mungkin terjadi pada otak.

Pengobatan untuk jenis-jenis sakit kepala di atas dapat berbeda satu dengan lainnya. Beberapa jenis sakit kepala, seperti pada kasus sakit kepala tegang mungkin hanya membutuhkan bantuan pengobatan dengan obat sakit kepala ringan. Akan tetapi, beberapa jenis sakit kepala lainnya mungkin membutuhkan penanganan yang lebih serius, seperti pada sakit kepala hipertensi dan sakit kepala pasca trauma.


25 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Sullivan E, et al. (2010). Management of menstrual migraine: A review of current abortive and prophylactic therapies. DOI: (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2989388/)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app