Imunisasi Campak: Jadwal, Manfaat, Efek Samping

Dipublish tanggal: Feb 22, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Mei 28, 2019 Waktu baca: 2 menit
Imunisasi Campak: Jadwal, Manfaat, Efek Samping

Sebelumnya telah saya bahas mengenai penyakit campak, dijelaskan bahwa penyakit ini dapat dicegah dengan cara membuat tubuh seorang anak menjadi kebal terhadap virus penyebab, cara yang digunakan yaitu dengan melakukan imunisasi. Berikut ini akan kita bahas tentang imunisasi campak, jadwal, cara pemberian, dan efek samping dan kontraindikasinya.

Pengertian imunisasi campak

Sudah disinggung sebelumnya, bahwa imunisasi ini merupakan suatu proses memasukkan virus campak yang sudah dilemahkan ke dalam tubuh guna merangsang sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan antibodi atau kekebalan terhadap penyakit campak. Jadi manfaat imunisasi campak pada bayi sangatlah penting karena campak dapat menular dengan mudah.

Jadwal imunisasi campak 

Sesuai dengan rekomendasi IDAI (ikatan dokter anak Indonesia), Jadwal Imunisasi Campak yaitu diberikan sebanyak 3 kali, yaitu:

  • Dosis pertama: usia 9 bulan
  • Dosis kedua (second opportunity pada crash program campak): usia 18 bulan
  • Dosis booster kedua: saat SD kelas usia 5-7 tahun dalam program BIAS.

Bagi anak yang terlambat atau belum mendapat imunisasi campak sama sekali, maka tetap diberikan bergantung usianya saat ini. Bila anak berusia 9-12 bulan, berikan imunisasi ini kapan pun saat bertemu. Bila anak berusia > 1 tahun, berikan MMR tanpa campak.

Apabila telah diberikan imunisasi MMR dosis pertama pada usia 15 bulan maka pemerian campak kedua (18 bulan) tidak perlu diberikan.

Mengenal vaksin MMR (Measles, Mumps, dan Rubella)

Di dalam vaksin MMR sudah terdapat vaksin campak, mumps (gondongan), dan rubella (campak jerman). Jadwal imunisasi MMR diberikan pada anak berusia 15-18 bulan dengan jarak minimal dengan imunisasi campak 6 bulan.

Imunisasi MMR harus diberikan dalam kondisi anak yang sehat dan dengan jarak minimal 1 bulan sebelum atau sesudah penyuntikan imunisasi lainnya, karena vaksin MMR merupakan virus hidup yang dilemahkan.

Booster atau pemberian ulangan dilakukan saat anak berusia 6 tahun. Bila terlambat atau lewat 6 tahun tapi belum juga mendapatkannya, berikan imunisasi campak/MMR kapan saja saat bertemu. Pada prinsipnya, pemberian imunisasi campak 2 kali atau MMR 2 kali.

Cara pemberian imunisasi campak

Berikut cara pemberian imunisasi campak, yaitu:

  • Sebelum disuntikkan vaksin campak harus terlebih dahulu dilarutkan dengan pelarut yang telah tersedia pada kemasan
  • Vaksin campak diberikan dalam satu dosis 0,5 ml secara subkutan dalam disuntikan pada lengan atas

Efek samping imunisasi campak

Ada sejumlah efek samping imunisasi campak yang mungkin terjadi, antara lain:

  • Pada sekitar 5-15 % pasien mengalami demam ringan dan kemerahan pada tempat suntikan selama 3 hari, hal ini dapat terjadi 8-12 hari setelah imunisasi.
  • Infeksi pada tempat suntikan, terjadi hanya jika jarum dan spuit yang digunakan tidak steril.
  • Demam, flu dan batuk sering terjadi sekitar setelah 1 minggu penyuntikan
  • Sakit ringan dan bengkak pada lokasi suntikan, yang terjadi 24 jam setelah imunisasi.
  • Kasus ensefalitis pernah dilaporkan terjadi (perbandingan 1/1.000.000 dosis), kejang demam (perbandingan 1/3000 dosis ).

Tidak semua anak boleh mendapatkan vaksin campak

Sebaiknya vaksin campak tidak diberikan kepada:

  • Anak malnutrisi
  • Alergi berat terhadap neomycin, gelatin atau komponen lain dari vaksin.
  • Anak yang sedang mengalami infeksi akut disertai demam
  • Anak yang memiliki daya tahan tubuh lemah atau defisiensi sistem kekebalan
  • Anak yang sedang menjalani pengobatan intensif yang bersifat imunosupresif, akibat penyakit bawaan, infeksi HIV, leukemia berat atau lymphoma
  • Mendapatkan terapi radiasi
  • Anak yang mempunyai ke- rentanan tinggi terhadap protein telur.

Untuk mendapatkan imunisasi campak, segera kunjungi dokter atau unit layanan kesehatan terdekat seperti posyandu.


25 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
World Health Organization. (2018). Measles [Fact sheet]. (https://www.who.int/en/news-room/fact-sheets/detail/measles)
Vaccines do not cause autism. (2015). (https://www.cdc.gov/vaccinesafety/concerns/autism.html)
Rasmussen SA, et al. (2015). What obstetric health care providers need to know about measles and pregnancy [Abstract]. DOI: (https://dx.doi.org/10.1097%2FAOG.0000000000000903)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app