Dystonia - Tanda, Penyebab, Gejala, Cara Mengobati

Dipublish tanggal: Feb 7, 2019 Update terakhir: Nov 5, 2020 Tinjau pada Apr 3, 2019 Waktu baca: 3 menit

Apakah Distonia Itu? 

Distonia adalah suatu kondisi medis berupa gerakan otot yang muncul secara tidak sadar. Adanya distonia menimbulkan gerakan yang berulang tanpa terkontrol. Fungsi otak menjadi tidak dapat mengontrol gerakan otot dan beresiko menimbulkan distonia yang menyebar dari satu bagian hingga ke seluruh tubuh.

Gerakan otot yang berulang juga disertai dengan kejang dan dapat bertahan lama. Tetapi konteks kejang dan distonia memiliki perbedaan. Banyak sekali faktor yang menyebabkan distonia walaupun penyebab utamanya masih belum diketahui. Distonia sering terjadi pada anak-anak dan orang dewasa.

Kontraksi otot tanpa sadar atau disebut spasme ini dapat muncul dengan intensitas mulai dari ringan hingga berat yang menganggu aktivitas sehari-hari. Distonia biasanya dimulai dari otot-otot kecil seperti daerah jari-jari tangan, wajah, leher, dan semakin menjalar ke otot-otot besar lainnya.

Penyebab Distonia

Penyebab distonia belum diketahui dengan jelas, namun diduga berkaitan dengan kelainan genetik yang diturunkan. Berikut penyebab lain distonia yang sering ditemukan:

  1. Trauma
    Trauma seperti cedera kepala dapat merusak impuls saraf dari otak hingga ke otot tubuh sehingga otak tidak dapat memberikan impuls gerakan motorik otot.
  2. Infeksi
    Beberapa infeksi pada otak juga memicu terjadinya distonia seperti pada ensefalitis
  3. Stroke
    Penyakit stroke disebabkan oleh kelainan pembuluh darah di otak yang berupa adanya penyumbatan atau pendarahan.
  4. Parkinson
    Penyakit parkinson merupakan gangguan saraf akibat kerusakan bagian otak di substansia nigra yang memiliki gejala khas berupa tremor, kaku tangan dan kaki, gerakan lambat, dan gangguan keseimbangan.
  5. Obat psikotik
    Obat-obatan psikotik ternyata memiliki efek samping yang memicu distonia akut. 
  6. Penyakit Wilson
  7. Penyakit Huntington 

Gejala Distonia

Munculnya distonia terkadang tidak dapat disadar karena hanya kejang minimal di otot-otot kecil. Tetapi setelah sekian waktu maka akan terlihat gejala yang lebih signifikan. Gejala yang ditimbulkan antara lain:

  1. Kejang otot yang menyentak di pergelangan tangan dan kaki
  2. Kejang otot yang hilang timbul
  3. Badan terlihat lemas
  4. Gemetar
  5. Wajah terlihat meringis
  6. Kelopak mata yang berkedap-kedip
  7. Penurunan kecerdasan (terlihat pada anak-anak)
  8. Kesulitan berbicara
  9. Gangguan menelan
  10. Kram otot

Beberapa daerah tubuh yang meninmbulkan distonia paling sering antara lain:

  1. Kelopak mata
    Distonia pada kelopak mata dapat mempengaruhi penglihatan dan kewaspadaan pada lapang pandang.
  2. Rahang
    Distonia di rahang dapat menimbulkan kesulitan mengunyah makanan dan berbicara yang tidak jelas
  3. Leher
    Distonia leher dapat memicu kepala berputar dan kaku ke sisi samping dan belakang dan beresiko terjadi tortikolis. (kekauan otot yang menyebabkan kepala berputar ke samping)
  4. Tangan dan kaki
    Kejang otot dapat dimulai dari jari-jari tangan yang kaki dan menjalar ke siku, lutut hingga mengenai seluruh pergelangan. 

Diagnosis Distonia

Pemeriksaan fisik dilakukan untuk menentukan gejala dan menelusuri letak otot yang mengalami spasme. Dibutuhkan pemeriksaan penunjang untuk memberikan diagnosis pasti distonia. Pemeriksaan yang dilakukan dokter antara lain:

  1. EMG
    Alat EMG atau Elektromiografi bertujuan untuk merekam aktivitas listrik pada otot-otot di tubuh.
  2. Pencitraan
    Pencitaraan baik dengan menggunakan CT scan atau MRI (Magnetic Resonance Imaging) dapat mendeteksi abnormalitas organ dan otot-otot di sekitar tubuh. Pencitraan ini juga dapat mencari penyebab distonia apabila timbul akibat stroke atau tumor otak.
  3. Pemeriksaan darah lengkap
    Pemeriksaan darah bertujuan untuk melengkapi pemeriksaan penunjang agar dapat mendeteksi ada tidaknya infeksi yang memicu terjadinya spasme otot.

Penanganan Pada Distonia.

Penanganan pada distonia harus ditentukan dari beratnya gejala atau adanya penyakit lain yang menyertai keluhan tersebut.

Pengobatan yang utama adalah mengurangi kontraksi yang menimbulkan spasme pada otot tubuh dengan memberikan suntikan botulinum toxin (botox) tepat di area otot yang kaku. Sayangnya obat hingga hanya dapat bertahan hingga beberapa bulan.

Fisioterapi juga bermanfaat untuk meregangkan otot yang kaku dan mengembalikan kontraksi otot. Metod fisioterapi dilakukan beberapa tahap yang telah dijadwalkan terapis sampai keluhan tertangani dengan sempurna. Terapi relaksasi otot lainnya yang dapat dicoba yaitu latihan yoga dan pilates

Rujukan untuk dilakukan operasi menjadi pilihan bila muncul distonia berat atau yang tidak dapat ditangani oleh obat-obatan. Tindakan operasi sebaiknya dilakukan setelah faktor penyebab penyakit ditangani terlebih dahulu.


14 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Harding, M. Patient (2018). Distonia. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5168853/)
Mayo Clinic (2018). Diseases and Conditions. Distonia. (https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/dystonia/symptoms-causes/syc-20350480)
Cleveland Clinic (2014). Intrathecal Baclofen Pump. (https://my.clevelandclinic.org/health/treatments/8997-intrathecal-baclofen-pump)

Artikel ini hanya sebagai informasi awal mengenai kondisi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Pertanyaan dan jawaban lain tentang kondisi ini
Buka di app