Cara Menghentikan Mimisan Dengan Cepat Tanpa Dokter

Dipublish tanggal: Feb 22, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Jun 13, 2019 Waktu baca: 2 menit
Cara Menghentikan Mimisan Dengan Cepat Tanpa Dokter

Mimisan terkesan mengerikan dan kerap membuat penderitanya panik lantaran mendapati adanya darah yang bercucuran. Meski demikian, umumnya mimisan jarang berakibat fatal dan dapat dengan mudah diatasi. Ketenangan menjadi faktor kuncinya. Berikut beberapa cara menghentikan mimisan selengkapnya.

Terapkanlah beberapa cara menghentikan mimisan berikut ini!

Mimisan atau epistaksis adalah suatu kondisi medis yang menggambarkan adanya perdarahan pada pembuluh darah hidung. Kondisi ini umumnya disebabkan oleh paparan suhu panas yang terlalu lama, kebiasaan mengorek-ngorek hidung atau membuang lendir/ingus yang terlalu kuat.

Ada beberapa cara sederhana yang dapat diterapkan guna menghentikan mimisan. Hal terpenting, yakni tetaplah bersikap tenang. Lantas ambillah posisi duduk dengan kepala yang agak ditundukkan. Lalu tekanlah hidung menggunakan ibu jari juga telunjuk selama 5-10 menit. Setelah itu, terapkan kompres es agar perdarahan semakin cepat teratasi.

Berikut penjelasan selengkapnya:

1. Tetap Tenang

Tetaplah bersikap tenang ketika mimisan terjadi, karena kepanikan hanya akan memperburuk keadaan. Darah pun akan semakin mengucur deras dan sulit dihentikan apabila terlalu banyak bergerak. Maka dari itu, cobalah untuk tetap rileks dengan menarik napas secara perlahan dan mendalam, kemudian keluarkan melalui mulut.

2. Ambil Posisi Duduk

Duduklah dengan posisi tegak dan condongkan kepala agak sedikit ke depan atau menunduk. Jangan berbaring dan menengadahkan kepala, karena dapat menyebabkan darah mengalir ke dalam tenggorokan dan berisiko memicu terjadinya tersedak, muntah hingga diare apabila sampai tertelan.

Penting! Apabila posisi duduk sudah condong ke depan, sedangkan darah terasa mengalir ke tenggorokan, maka segeralah ke layanan gawat darurat (IGD) terdekat. Sambil mengupayakan cara di bawah ini.

3. Tekan Hidung dan Bernapaslah Melalui Mulut

Cara menghentikan mimisan selanjutnya yang dapat dilakukan, yakni dengan menekan hidung menggunakan ibu jari juga telunjuk dengan tetap menahannya tanpa jeda selama 5-10 menit. Bernapaslah melalui mulut selama sesi ini dilakukan. Mengorek atau memasukkan kapas maupun tisu ke dalam hidung sangat tidak disarankan.

4. Terapkan Kompres Es

Rendam dan basahkan handuk ke dalam air es, kemudian peras dan letakkan ke pangkal hidung dan pipi selama 10 menit. Cara ini cukup efektif dalam menyempitkan pembuluh darah sehingga mimisan pun dapat segera dihentikan.

5. Istirahatlah Sementara Waktu

Setelah darah berhenti keluar, istirahatlah selama beberapa jam dalam ruangan yang sejuk dengan posisi kepala ditegakkan. Bila ingin berbaring, cobalah untuk selalu menjaga posisi kepala agar lebih tinggi dari jantung.

Di samping itu, usahakan untuk tidak mengorek-ngorek ataupun menghembuskan napas terlalu kuat dari hidung paling tidak selama 3 jam. Jikalau harus bersin, bukalah mulut agar udara dapat keluar melalui mulut bukan dari hidung.

Tips mencegah terulangnya mimisan

Meski tidak dapat selalu dicegah, beberapa hal berikut ini dapat membantu menurunkan risiko terjadinya mimisan:

  1. Jangan terlalu sering mengorek hidung, terutama saat kuku panjang.
  2. Hindari paparan matahari langsung terlalu lama.
  3. Jauhi rokok karena dapat mengiritasi dan mengeringkan selaput lendir pada hidung.
  4. Jaga kelembaban hidung maupun tempat tinggal.
  5. Perhatikan penggunaan obat-obatan seperti aspirin, ibuprofen dan lainnya karena memiliki efek mengencerkan darah.

Segera periksakan diri ke dokter atau rumah sakit terdekat apabila mengalami mimisan yang kerap berulang atau mendapati perdarahan yang tak kunjung henti meski telah menerapkan beberapa cara di atas. Bisa jadi mimisan yang dialami merupakan epistaksis posterior yang terkait dengan kondisi medis serius.


15 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app