Penyebab Mimisan dan Cara Mengatasinya

Dipublish tanggal: Feb 22, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Mei 9, 2019 Waktu baca: 5 menit
Penyebab Mimisan dan Cara Mengatasinya

Mimisan atau perdarahan dari hidung, dalam bahasa kedokteran disebut juga sebagai epistaksis. Mimisan  dapat terjadi baik pada anak-anak maupun pada dewasa bahkann pada usia lanjut. Seringkali epistaksis timbul secara spontan tanpa diketahui dengan pasti apa penyebab mimisan yang sedang terjadi.

Mimisan sering merupakan suatu manifestasi penyakit yang lain pada tubuh yang dapat menimbulkan perdarahan dari hidung tersebut. Jadi, ini merupakan suatu gejala, bukan penyakit yang berdiri sendiri.

Penyebab mimisan paling sering karena trauma. Penyebab lainnya berupa kelainan lokal pada hidung atau kelainan sistemik. Kelainan lokal misalnya trauma, kelainan anatomi, kelainan pembuluh darah, infeksi lokal, benda asing, tumor, pengaruh udara lingkungan. Kelainan sistemik seperti penyakit kardiovaskuler, kelainan darah, infeksi sistemik, perubahan tekanan atmosfir, kelainan hormonal dan kelainan kongenital.

Apa penyebab mimisan?

Ada beberapa hal yang bisa menjadi penyebab mimisan, antara lain:

1. Trauma

Penyebab mimisan dapat terjadi karena trauma ringan misalnya mengorek hidung, benturan ringan, bersin atau mengeluarkan ingus terlalu keras, atau sebagai akibat trauma yang lebih hebat seperti kena pukul, jatuh atau kecelakaan lalu-lintas. Selain itu juga bisa terjadi akibat adanya benda asing tajam atau trauma pembedahan.

Epistaksis sering juga terjadi karena adanya spina septum yang tajam. Perdarahan dapat terjadi di tempat spina itu sendiri atau pada mukosa konka.

2. Kelainan pembuluh darah (lokal)

Penyebab mimisan karena kelainan pembuluh darah sering kali merupakan kelainan kongenital atau bawaan, dimana pembuluh darah lebih lebar, tipis, jaringan ikat dan sel-selnya lebih sedikit.

3. Infeksi lokal

Epistaksis atau mimisan bisa terjadi pada infeksi hidung dan sinus paranasal seperti rhinitis atau sinusitis. Bisa juga pada infeksi spesifik seperti rhinitis alergi maupun non alergi, lupus, sifilis, atau lepra.

4. Tumor epistaksis

Tumor penyebab mimisan dapat timbul pada hemangioma dan karsinoma. Yang lebih sering terjadi pada angiofibroma, dapat menyebabkan epistaksis/mimisan berat.

5. Penyakit tertentu

Penyakit kardiovaskuler Hipertensi alias darah tinggi dan kelainan pembuluh darah seperti yang terjadi pada atherosklerosis, nefritis kronik, sirosis hepatis atau diabetes melitus dapat menyebabkan epistaksis. Epistaksis yang terjadi pada penyakit hipertensi seringkali hebat dan dapat berakibat fatal.

6. Kelainan darah

Kelainan darah penyebab mimisan atau epistaksis antara lain leukemia, trombositopenia, bermacam-macam anemia serta hemofilia.

7. Kelainan kongenital

Kelainan kongenital yang sering menyebabkan mimisan ialah teleangiektasis hemoragik herediter (hereditary hemorrhagic teleangiectasis Osler-Rendu-Weber disease). Juga sering terjadi pada Von Willenbrand disease.

8. Infeksi sistemik

Penyakit infeksi sistemik yang sering menyebabkan mimisan ialah demam berdarah (dengue hemorrhagic fever). Demam tifoid, influenza dan morbilli juga dapat disertai mimisan.

9. Perubahan udara atau tekanan atmosfer

Epistaksis ringan sering terjadi bila seseorang berada di tempat yang cuacanya sangat dingin atau kering. Hal serupa juga bisa disebabkan adanya zat-zat kimia di tempat industri yang menyebabkan keringnya mukosa hidung.

10. Gangguan hormonal

Mimisan juga dapat terjadi pada wanita hamil atau menopause karena pengaruh perubahan hormonal.

Cara mengatasi mimisan

Prinsip penatalaksanaan mimisan atau cara mengatasi mimisan ialah perbaiki keadaan umum, cari sumber perdarahan, hentikan perdarahan, cari faktor penyebab untuk mencegah berulangnya perdarahan.

Bila pasien datang dengan mimisan, perhatikan keadaan umumnya, nadi, penapasan serta tekanan darahnya. Bila ada kelainan, atasi terlebih dulu misalnya dengan memasang infus. Jalan napas dapat tersumbat oleh darah atau bekuan darah, perlu dibersihkan atau diisap.

Untuk dapat menghentikan perdarahan perlu dicari sumbemya, setidaknya dilihat apakah perdarahan dari anterior (depan) atau posterior (belakang). Alat-alat yang diperlukan untuk pemeriksaan ialah lampu kepala, spekulum hidung dan alat pengisap. Anamnesis yang lengkap sangat membantu dalam menentukan sebab perdarahan.

Pasien dengan mimisan  diperiksa dalam posisi duduk, biarkan darah mengalir keluar dari hidung sehingga bisa dimonitor. Kalau keadaanya lemah, sebaiknya setengah duduk atau berbaring dengan kepala ditinggikan. Harus diperhatikan jangan sampai darah mengalir ke saluran napas bawah.

Untuk pasien anak, dudukkan anak di pangkuan Anda. Badan dan tangan dipeluk, kepala dipegangi agar tegak dan tidak bergerak-gerak.

Sumber perdarahan dicari untuk membersihkan hidung dari darah dan bekuan darah dengan bantuan alat pengisap. Kemudian pasang tampon sementara yaitu kapas yang telah dibasahi dengan adrenalin 1/5000-1/10.000 dan pantocain atau lidocain 2% dimasukkan ke dalam rongga hidung untuk menghentikan perdarahan mengurangi rasa nyeri pada saat dilakukan tindakan selanjutnya. Tampon itu dibiarkan selama 10-15 menit. Setelah terjadi vasokonstriksi biasanya dapat dilihat apakah perdarahan berasal dari bagian anterior atau posterior hidung.

Mengatasi perdarahan mimisan

1. Perdarahan mimisan anterior (depan)

Perdarahan anterior seringkali berasal dari pleksus Kisselbach di septum bagian depan. Apabila tidak berhenti dengan sendirinya, perdarahan anterior, terutama mimisan pada anak, dapat dicoba dihentikan dengan menekan hidung dari luar selama 10-15 menit, seringkali berhasil.

Bila sumber perdarahan dapat terlihat, tempat asal perdarahan dikaustik dengan larutan Nitrat Argenti (AgN03) 25-30%. Sesudahnya area tersebut diberi krim antibiotik.

Bila dengan cara ini perdarahan masih terus berlangsung, maka perlu dilakukan pemasangan tampon anterior yang dibuat dari kapas atau kasa yang diberi pelumas vaselin atau salep antibiotik. Pemakaian pelumas ini agar tampon mudah dimasukkan dan tidak menimbulkan perdarahan baru saat dimasukkan atau dicabut.

Tampon dimasukkan sebanyak 2-4 buah, disusun dengan teratur dan harus dapat menekan asal perdarahan. Tampon dipertahankan selama 2 x 24 jam, harus dikeluarkan untuk mencegah infeksi hidung. Selama 2 hari ini dilakukan pemeriksaan penunjang untuk mencari faktor penyebab epistaksis. Bila perdarahan masih belum berhenti, dipasang tampon baru.

2. Perdarahan mimisan posterior (belakang)

Perdarahan dari bagian posterior lebih sulit diatasi, sebab biasanya perdarahan hebat dan sulit dicari sumbernya dengan pemeriksaan rinoskopi anterior. Pada mimisan bagian belakang biasa perdarahan disebabkan oleh arteri palatina superior.

Untuk menanggulangi perdarahan posterior dilakukan pemasangan tampon posterior, yang disebut tampon Bellocq. Tampon ini dibuat dari kasa padat dibentuk kubus atau bulat dengan diameter 3 cm. Pada tampon ini terikat 3 utas benang, 2 buah di satu sisi dan sebuah di sisi berlawanan.

Untuk memasang tampon posterior pada perdarahan satu sisi, digunakan bantuan kateter karet yang dimasukkan dari lubang hidung sampai tampak di bagian dalam mulut (orofaring), lalu ditarik keluar dari mulut. Pada ujung kateter ini diikatkan 2 benang tampon Bellocq tadi, kemudian kateter ditarik kembali melalui hidung sampai benang keluar dan dapat ditarik.

Tampon perlu didorong dengan bantuan jari telunjuk untuk dapat meliwati palatum mole masuk ke nasofaring. Bila masih ada perdarahan, maka dapat ditambah tampon anterior ke dalam rongga hidung. Kedua benang yang keluar dari hidung diikat pada sebuah gulungan kain kasa di depan nares anterior, supaya tampon yang terletak di nasofaring tetap di tempatnya. Benang lain yang keluar dari mulut diikatkan secara longgar pada pipi pasien. Tampon ini dilakukan oleh dokter.

 


2 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Nosebleed: Causes, Treatments, and More. Healthline. (https://www.healthline.com/health/nosebleed)
Nosebleeds: Causes, treatment, and home remedies. Medical News Today. (https://www.medicalnewstoday.com/articles/164823.php)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app