Cara Benar Merawat Luka Gigitan Kucing Agar Tidak Infeksi

Dipublish tanggal: Feb 22, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Jun 13, 2019 Waktu baca: 4 menit
Cara Benar Merawat Luka Gigitan Kucing Agar Tidak Infeksi

Ringkasan

Buka

Tutup

  • Apabila gigitan kucing cenderung dangkal dan hanya sedikit mengeluarkan darah, segera bersihkan luka dengan air dan sabun agar tetap steril.
  • Jika gigitan kucing terjadi di area wajah, tergolong dalam, dan mengeluarkan banyak darah, segera obati ke dokter terdekat untuk mencegah infeksi.
  • Tanda-tanda infeksi akibat gigitan kucing meliputi kemerahan, bengkak, muncul nanah, demam, hingga menyebabkan menggigil.
  • Anda harus segera pergi ke dokter apabila yang menggigit adalah kucing liar atau tak diketahui soal vaksinasinya. Tujuannya untuk mencegah risiko penularan penyakit berbahaya tertentu, seperti rabies atau tetanus.
  • Suntik tetanus bisa membantu Anda terhindar dari infeksi bakteri penyebab tetanus. Beli paket vaksinasi tetanus di sini.

Kebanyakan kasus gigitan kucing terjadi ketika si pemilik digigit hewan peliharaannya sendiri. Meskipun kucing mungkin sudah diberi vaksinasi lengkap, Anda tetap harus merawat luka bekas gigitannya. Alasannya karena gigi taring kucing yang cukup panjang bisa menimbulkan luka dalam dan rawan menimbulkan infeksi.

Penanganan atau pertolongan saat digigit kucing akan berbeda sesuai dengan tingkat keparahannya dan status vaksinasi kucing. Bila gigitannya tidak terlalu parah, Anda bisa merawatnya sendiri di rumah. Lain halnya bila gigitan kucing termasuk parah, maka harus ditangani oleh dokter.

Iklan dari HonestDocs
Booking Klinik Rontgen Gigi via HonestDocs

Dapatkan diskon hingga 70% paket rontgen gigi hanya dari HonestDocs. Klik dan booking sekarang!

Cara menangani gigitan kucing di rumah

Apabila gigitan kucing cenderung dangkal dan hanya sedikit mengeluarkan darah, maka itu tergolong ringan atau tidak parah. Berikut cara menangani gigitan kucing di rumah:

  • Pertama-tama, bersihkan kulit yang terluka dengan air dan sabun. Buka keran dan biarkan air mengguyur luka bekas gigitan selama beberapa menit untuk menghilangkan kotoran dan bakterinya.
  • Setelah itu, tekan luka perlahan sehingga darah kotor (yang mengandung kotoran dan bakteri) bisa keluar dari dalam kulit.
  • Selanjutnya, sterilkan lukanya agar bakteri atau patogen lain tak sampai berkembang. Caranya dengan membubuhkan disinfektan - seperti alkohol, hidrogen peroksida, atau iodine (povidon iodine) - ke kapas bersih, lalu perlahan oleskan di atas lukanya. Saat melakukannya, rasanya mungkin akan sedikit sakit namun itu akan segera hilang.
  • Oleskan krim antibiotik secukupnya di atas luka untuk mencegah infeksi. Anda bisa membeli krim ini di apotek. Jangan lupa baca aturan pakai yang tertera pada kemasan. Konsultasikan lebih dulu dengan dokter kalau ingin mengaplikasikannya ke bayi atau ibu hamil.
  • Terakhir, tutupi luka dengan plester agar area tersebut tidak jadi sarang kotoran atau bakteri.

Segera berobat ke dokter jika gigitan kucing tergolong parah

Perhatikan ciri-ciri gigitan kucing yang parah berikut:

  • Terjadi di area wajah.
  • Dalam (biasanya ditimbulkan oleh gigi taring kucing).
  • Mengeluarkan banyak darah, dan darahnya tak kunjung berhenti mengalir.
  • Menimbulkan kerusakan jaringan kulit sehingga harus dibuang.
  • Menimpa area sendi, otot ligamen, atau tendon.

Umumnya, tergantung dari gigitan serta kondisi kesehatan pasien, dokter akan:

  • Menutup lukanya untuk menghentikan pendarahan.
  • Mengangkat jaringan kulit mati guna mencegah infeksi.
  • Meminta foto rongsen (sinar X) jika mencurgai adanya masalah di daerah persendian.
  • Menyarankan operasi rekonstruktif kalau kerusakannya cukup parah atau luka berisiko meninggalkan bekas.

Di samping itu, khususnya bagi pasien yang lemah sistem imun tubuhnya akibat penyakit tertentu seperti AIDS, diabetes, atau kanker, juga harus menggunakan antibiotik sesuai saran dokter.

Tindakan ini dapat membantu mengurangi risiko infeksi. Umumnya dokter meresepkan antibiotik seperti Cefalexin, Doxycycline, Co-Amoxiclav, Ciprofloxacin hydrochloride, atau Metronidazole.

Jika kucingnya belum divaksinasi...

Kucing yang belum divaksinasi bisa jadi menyebarkan penyakit tertentu melalui gigitannya, dan ini bisa berbahaya bagi manusia. Jika kucing tersebut adalah peliharaan seseorang, maka tanyakan pada pemiliknya soal apakah kucing sudah divaksinasi atau belum. Kalau kucing itu milik Anda sendiri, maka periksa kapan waktu vaksinasi terakhirnya.

Iklan dari HonestDocs
Booking Klinik Rontgen Gigi via HonestDocs

Dapatkan diskon hingga 70% paket rontgen gigi hanya dari HonestDocs. Klik dan booking sekarang!

Anda harus segera pergi ke dokter apabila yang menggigit adalah kucing liar atau tak diketahui soal vaksinasinya. Bahkan jika kucingnya tampak sehat dan tidak penyakitan, Anda harus tetap periksa sebab bisa saja ia membawa penyakit namun tidak menunjukkan gejala apapun.

Karena gigitan kucing berisiko menularkan penyakit berbahaya tertentu, maka tak ada salahnya Anda mendapatkan vaksin juga, terkhususnya jenis:

  • Rabies – meski beberapa hewan yang menderita rabies menunjukkan gejala yang nyata seperti agresif atau mengeluarkan banyak air liur, namun penyakit ini bisa ditularkan sebelum gejala itu muncul. Jika ada kemungkinan pasien terinfeksi rabies, maka dokter akan memberikan vaksin ini untuk menangkal infeksinya.
  • Tetanus – penyakit ini disebabkan oleh bakteri yang ada dalam kotoran binatang. Kalau lukanya kotor atau dalam dan pasien belum disuntik tetanus selama 5 tahun terakhir, maka dokter akan memberikannya untuk mencegah infeksi.

Baca Juga: Daftar Penyakit yang Dibawa Kucing

Bagaimanapun Anda juga harus mewaspdai tanda-tanda infeksi akibat gigitan kucing berikut:

Tips mencegah gigitan kucing

Mencegah lebih baik daripada mengobati, ini juga berlaku untuk gigitan kucing. Agar tak sampai digigit kucing, maka ada beberapa hal yang perlu Anda lakukan:

1. Ketahui apa yang membuat kucing merasa terancam sehingga menggigit

Kebanyakan kucing menggigit karena ingin melindungi dirinya sendiri. Jadi apabila Anda memelihara kucing di rumah, jangan lupa ajari anak atau orang lain yang bertamu untuk mengerti bahasa tubuh kucing.

Iklan dari HonestDocs
Booking Klinik Rontgen Gigi via HonestDocs

Dapatkan diskon hingga 70% paket rontgen gigi hanya dari HonestDocs. Klik dan booking sekarang!

Saat takut, kucing biasanya akan:

  • Mendesis
  • Menggeram
  • Mengangkat tegak kedua telinganya
  • Menegakkan bulu tubuhnya sehingga badannya tampak lebih besar daripada biasanya

2. Bersikaplah lembut padanya

Ada saatnya kucing menjadi agresif, dan itu biasanya karena:

  • Ia merasa terpojok
  • Ekornya ditarik atau terinjak
  • Dipegang atau digendong paksa padahal si kucing ingin pergi
  • Terkejut atau terluka
  • Terlibat dalam permainan ekstrim – daripada membiarkan kucing ‘bertarung’ dengan tangan atau kaki Anda, lebih baik gunakan tali dan biarkan kucing mengejarnya. Permainan semacam ini lebih aman.

3. Hindari berinteraksi dengan kucing jalanan/ liar

Walau mudah ditemukan di kota, namun kucing liar tak terbiasa dekat dengan manusia. Jadi jangan ceroboh sehingga mencoba memelihara atau menggendongnya.

Kucing yang tak terbiasa berhadapan dengan manusia bisa memberikan reaksi tak terduga. Terakhir, hindari pula memberi makan kucing liar di area yang sering dikunjungi anak kecil.

Ingat, jangan anggap remeh gigitan kucing. Segera lakukan cara-cara di atas untuk merawat luka akibat gigitan kucing agat tidak telanjur infeksi.

28 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Tetanus: Who needs to be vaccinated? (2013, January 9) (http://www.cdc.gov/vaccines/vpd-vac/tetanus/who-vacc.htm)
Stevens, D. L., Bisno, A. L., Chambers, H. F., Dellinger, E. P., Goldstein, E. J. C., Gorbach, S. L., … Wade, J. C. (2014, June 18). Practice guidelines for the diagnosis and management of skin and soft tissue infections: 2014 update by the Infectious Diseases Society of America. Clinical Infectious Diseases (http://cid.oxfordjournals.org/content/early/2014/06/14/cid.ciu296.full)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app