Blefaritis - Tanda, Penyebab, Gejala, Cara Mengobati

Dipublish tanggal: Feb 7, 2019 Update terakhir: Nov 5, 2020 Tinjau pada Apr 3, 2019 Waktu baca: 4 menit

Blefaritis adalah peradangan (inflamasi) pada kelopak mata yang menyebabkan kelopak mata menjadi memerah dangt;bengkak. Penyakit kelopak mata ini bisa bersifat akut atau sementara, namun biasanya bersifat kronik yang cenderung lebih sulit untuk diobati bahkan kambuhan. Namun, blefaritis itu sendiri biasanya tidak menyebabkan kerusakan permanen pada penglihatan dan tidak menular.

Blefaritis umumnya terjadi akibat penyumbatan pada kelenjar minyak yang berada dekat dasar bulu mata sehingga menyebabkan mata iritasi dan memerah. Beberapa penyakit dan kondisi tertentu juga bisa menyebabkan munculnya kondisi ini, misalnya penyakit kulit dermatitis seboroik, rosasea dan lain-lain.

Apa Penyebab Blefaritis?

Penyebab pasti blefaritis masih belum jelas. Namun blefaritis bisa dihubungkan dengan satu atau lebih faktor – faktor berikut ini:

  • Dermatitis seboroik (ketombe di kulit kepala dan alis mata).
  • Infeksi bakteri.
  • Penyumbatan atau malfungsi kelenjar minyak di kelopak mata.
  • Rosasea (kondisi kulit yang ditandai dengan kemerahan pada wajah).
  • Alergi, termasuk reaksi alergi terhadap obat mata, larutan lensa kontak atau makeup mata.
  • Adanya kutu pada bulu mata.

Apa Ciri-ciri dan Gejala Blefaritis?

Gejala utama blefaritis yakni berupa keluhan – keluhan pada kelopak mata seperti:

  • Rasa terbakar. Nyeri dan panas pada kelopak mata yang terlibat yang seringkalidisertai dengan pembengkakan.
  • Rasa seperti mengganjal. Seolah-olah ada benda asing di mata.
  • Rasa gatal. Pada awal mulanya bisa muncul rasa gatal, meskipun gejala ini tidak dominan.
  • Kemerahan. Jika dibandikan dengan kulit disekitarnya kelopak mata tampak lebih merah seiring dengan pembengkakan atau proses peradangan yang terjadi.
  • Timbul krusta. Krusta bisa makin terlihat saat bangun tidur di pagi hari. Semua gejala – gejala blefaritis sebenarnya cenderung memburuk saat pagi hari.
  • Banyak keluar air mata (epifora). Namun bisa juga berupa mata kering terutama pada blefaritis posterior.
  • Mata terasa lengket.
  • Fotofobia. Mata menjadi sensitif terhadap cahaya sehingga lebih suka ruangan gelap.
  • Intoleransi lensa kontak. Sangat sulit atau tidak nyaman sekali menggunakan lensa kontak.

Blefaritis bukanlah masalah yang mengancam penglihatan mata namun penyakit ini bisa menyebabkan penurunan penglihatan yang hilang timbul. Penyakit ini biasanya terjadi pada kedua mata (bilateral). Jika terjadi pada satu mata, maka dokter biasanya akan mencurigai kemungkinan penyakit lain sebagai penyebab keluhan tersebut.

Gejala blefaritis kronik cenderung hilang timbul dengan periode remisi (gejala tidak muncul) diikuti oleh periode eksaserbasi (timbul gejala).

Baca juga mengenai berbagai Jenis Infeksi Mata.

Bagaimana memastikan Diagnosis Blefaritis?

Anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis blefaritis. Dari anamnesis atau wawancara medis diketahui adanya keluhan – keluhan seperti yang telah dijelaskan dalam gejala di atas. Pemeriksaan fisik dan penunjang yang dilakukan meliputi:

  • Pemeriksaan kelopak mata. Dokter akan menyarankan pemeriksaan kelopak mata dan bagian mata lainnya. Dokter akan menggunakan beberapa peralatan seperti slit lamp untuk melakukan pemeriksaan.
  • Swab kulit. Pada beberapa kasus, dokter akan melakukan swab (apusan) untuk mengumpulkan sampel dari minyak atau krusta yang terbentuk di kelopak mata. Sampel ini akan dianalisis untuk mengetahui ada tidaknya bakteri, jamur atau bukti adanya reaksi alergi yang berperan.

Pengobatan Blefaritis

Terapi non medikamentosa (tanpa obat) yang dilakukan sendiri oleh pasien misalnya dengan membersihkan mata dan mengompresnya dengan air hangat bisa jadi merupakan satu – satunya terapi yang dibutuhkan untuk kebanyakan kasus blefaritis. Jika dengan pengobatan ini tidak cukup maka dokter akan memberikan resep berupa:

  • Pengobatan untuk melawan infeksi. Antibiotik diaplikasikan pada kelopak mata untuk meredakan gejala dan membunuh bakteri penyebab infeksi pada kelopak mata. Antibiotik ini tersedia dalam beberapa bentuk misalnya tetes mata, krim dan salep mata. Jika tidak memberikan respon dengan antibiotik topikal, maka dokter akan meresepkan antibiotik oral.
  • Pengobatan untuk mengontrol inflamasi (peradangan). Tetes mata atau salep yang mengandung steroid bisa membantu meredakan peradangan. Dokter bisa meresepkan kombinasi antibiotik dan juga obat anti inflamasi.
  • Pengobatan yang mempengaruhi sistem imun. Siklosporin topikal merupakan inhibitor kalsineurin yang digunakan untuk meredakan tanda dan gejala blefaritis.
  • Pengobatan terhadap penyakit yang mendasarinya. Blefaritis bisa disebabkan oleh dermatitis seboroik, rosasea atau penyakit lainnya. Sehingga perlu diberikan terapi untuk mengatasi penyakit yang mendasarinya tersebut.

Blefaritis jarang menghilang sepenuhnya. Meskipun dengan terapi yang tepat, kondisi ini seringkali berlangsung kronik dan butuh perawatan harian dengan melakukan scrubbing kelopak mata.

Komplikasi

Pasien yang mengalami blefaritis bisa mengalami beberapa komplikasi sebagai berikut:

  • Masalah pada bulu mata. Blefaritis bisa menyebabkan kerontokan bulu mata atau bulu mata tumbuh tidak normal.
  • Masalah kulit pada kelopak mata. Timbulnya skar (jaringan parut) yang bisa terjadi pada kelopak mata pasien, sebagai respon akibat adanya blefaritis jangka panjang (kronik). Selain itu tepi kelopak mata juga bisa membelok ke dalam atau ke luar.
  • Air mata terus keluar atau mata kering. Sekresi minyak yang abnormal dan debris (kotoran) lainnya dapat menumpuk pada kelopak mata dan terakumulasi dalam lapisan air mata. Lapisan air mata yang abnormal ini bisa mengganggu lubrikasi pada kelopak mata. Hal ini bisa menyebabkan iritasi pada mata dan menyebabkan gejala mata kering atau air mata yang berlebihan.
  • Kesulitan mengenakan lensa kontak. Karena blefaritis bisa mempengaruhi jumlah lubrikasi pada mata, maka membuat tidak nyaman saat menggunakan lensa kontak.
  • Bintitan. Bintitan atau hordeolum merupakan infeksi yang berkembang pada dasar bulu mata. Gejala yang muncul berupa benjolan yang terasa nyeri pada tepi kelopak mata (biasanya pada bagian luar). Hordeolum biasanya paling terlihat pada permukaan kelopak mata.
  • Kalazion. Kalazion terjadi ketika ada sumbatan pada satu kelenjar minyak kecil di tepi kelopak mata. Kelenjar bisa mengalami infeksi bakteri sehingga menyebabkan kelopak mata membengkak dan kemerahan. Tidak seperti hordeolum, kalazion cenderung muncul di kelopak mata bagian dalam.
  • Kemerahan pada mata yang bersifat kronik. Blefaritis bisa menyebabkan keluhan mata merah yang berulang.
  • Luka (Injury) pada kornea mata. Iritasi yang berlangsung terus menerus akibat kelopak mata yang mengalami inflamasi (peradangan) atau karena bulu mata yang tumbuh abnormal bisa menyebabkan luka (ulser) yang berkembang di kornea mata. Air mata yang tidak mencukupi menjadi faktor predisposisi munculnya infeksi pada kornea.

12 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Kahn, et al. Healthline (2017). Eyelid Inflammation (Blepharitis). (https://www.healthline.com/health/blepharitis)
Mayo Clinic (2018). Diseases and Conditions. Blepharitis. (https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/blepharitis/symptoms-causes/syc-20370141)
NHS Choices UK (2016). Health A-Z. Blepharitis. (https://www.nhs.uk/conditions/blepharitis/)

Artikel ini hanya sebagai informasi awal mengenai kondisi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Pertanyaan dan jawaban lain tentang kondisi ini
Buka di app