Obat Sakit Perut Melilit yang Ampuh Menurut Dokter

Dipublish tanggal: Feb 22, 2019 Update terakhir: Okt 16, 2020 Tinjau pada Jun 13, 2019 Waktu baca: 3 menit
Obat Sakit Perut Melilit yang Ampuh Menurut Dokter

Ringkasan

Buka

Tutup

  • Sakit perut melilit atau kolik abdomen menimbulkan nyeri spasmodik parah pada perut yang disebabkan oleh distensi (ketegangan), obstruksi (penyumbatan), atau peradangan;
  • Langkah-langkah mengobati sakit perut melilit adalah: Perhatikan penyebabnya, kompres air hangat, mengonsumsi obat pereda nyeri, obat pencahar, tetap bergerak, dan atur pola makan;
  • Pada orang dewasa, sakit perut melilit dapat muncul secara tiba-tiba atau berkembang secara bertahap dan menjadi kronis. Oleh karena itu, periksakan diri terlebih dahulu ke dokter dan konsumsi obat untuk meredakan rasa sakitnya;
  • Sakit perut melilit atau kram perut pada wanita hamil bisa saja menandakan kondisi yang lebih serius sehingga harus segera diperiksakan ke dokter. Batu empedu atau batu ginjal juga dapat menjadi penyebab nyeri perut melilit pada orang dewasa;
  • Klik untuk membeli obat anti-nyeri serta obat lambung dan saluran pencernaan lainnya dari rumah Anda melalui HDMall. *Gratis ongkos kirim ke seluruh Indonesia dan bisa COD;
  • Gunakan fitur chat untuk berbicara dengan apoteker kami seputar obat dan pemeriksaan kesehatan yang Anda butuhkan.

Kolik abdomen adalah istilah medis untuk sensasi melilit atau nyeri spasmodik parah pada perut yang disebabkan oleh distensi (ketegangan), obstruksi (penyumbatan), atau peradangan. Pada orang dewasa, rasa sakit spasmodik dapat muncul secara tiba-tiba atau berkembang secara bertahap dan menjadi kronis. 

Sakit perut melilit pada orang dewasa memiliki banyak kemungkinan penyebab, beberapa di antaranya berpotensi serius. Gunakan obat sakit perut melilit tanpa resep dokter jika rasa sakit tidak begitu serius. Pada kasus yang lebih serius, jangan tunda untuk memeriksakan diri ke dokter.

Baca Juga: Kram Perut: Penyebab, Bahaya, dan Pengobatannya

Langkah-langkah mengobati sakit perut melilit

1. Tentukan apakah ada tanda bahaya

Ketika sakit perut melilit terjadi, coba periksa apakah ada atau tidak adanya perdarahan dari rektum (anus) dan jalan lahir (pada wanita). Selain itu, jangan lupa untuk mengukur suhu tubuh Anda dengan menggunakan termometer. 

Perdarahan dan demam merupakan tanda-tanda yang menunjukkan masalah serius, seperti keguguran, kehamilan ektopik, penyumbatan usus, atau infeksi. Jika mengalami kondisi demikian, segera berkonsultasi dengan dokter.

2. Kompres hangat

Rasa sakit melilit pada perut bisa terjadi akibat ketegangan otot-otot dinding perut ataupun organ dalam. Maka dari itu, istirahatlah sejenak dalam posisi berbaring sambil mengompres bagian perut yang sakit dengan bantal pemanas atau botol yang berisi air hangat.

Lakukan kompres hangat selama 15-20 menit. Tindakan ini bertujuan untuk melancarkan aliran darah dan merelaksasi otot-otot yang tegang.

3. Minum obat pereda nyeri

Obat-obatan umum yang biasa digunakan untuk meredakan nyeri seperti ibuprofen atau naproxen bisa digunakan sebagai obat sakit perut melilit pada kasus yang ringan. Obat ini dapat meringankan gejala dan peradangan jika kolik disebabkan oleh gastroenteritis (diare), kolitis ulserativa, atau penyakit Crohn (radang usus). 

The University of Maryland Medical Center memperingatkan bahwa ibuprofen dan penghilang rasa sakit lainnya harus digunakan secara hati-hati, terutama untuk mengobati sakit perut melilit yang tidak dikatehui penyebabnya.

4. Minum obat sakit perut melilit yang ampuh

Jika sakit perut melilit terasa tidak tertahankan, biasanya penderita sampai tidak bisa jalan atau hanya berbaring dengan menekuk tubuh menujukkan bagian yang sakit. Hal ini biasa kita sebut sebagai kolik abdomen. Sebagai pertolongan awal, gunakan obat antispasmodik yang mengandung ekstrak belladona dan papaverin. Contoh obatnya adalah spasminal dan spasmal.

Obat-obat sakit perut melilit tersebut berfungsi merelaksasikan otot polos pada organ-organ dalam. Namun, penggunaannya harus memperhatikan risiko efek samping dan sesuai petunjuk dokter.

5. Minum obat pencahar

Konsumsi obat pencahar ketika mengalami sakit perut yang ringan dan tidak buang air besar dalam beberapa hari. Bisa jadi, sakit perut Anda disebabkan oleh konstipasi akibat feses yang mengeras dan susah untuk dikeluarkan. Di samping itu, konsumsilah makanan yang tinggi serat, seperti buah-buahan dan sayuran. Jangan lupa untuk minum cairan tambahan karena sangat berguna untuk mencegah serta mengatasi sembelit dan sakit perut melilit.

6. Bergerak ringan

Jika rasa sakit tidak begitu hebat dan dapat ditahan, pergilah untuk berjalan-jalan ringan untuk melancarkan jalannya pencernaan. Jika tidak memungkinkan berjalan, Anda bisa menggantinya dengan mandi hangat. Dalam beberapa kasus, langkah ini untuk sementara dapat meringankan rasa sakit pada perut melilit, terutama jika disebabkan oleh timbunan gas dalam usus.

7. Atur pola makan

Hindari makan dalam porsi besar sekaligus. Selain itu, akan lebih baik bagi Anda untuk tidak mengonsumsi kafein, alkohol, gandum, susu, cokelat, makanan pedas, dan makanan yang terasa asam. Makanan-makanan itu dapat memicu sakit perut melilit, terutama jika Anda mengidap maag, sindrom iritasi usus, dan intoleransi laktosa.

Baca juga: Mengatasi Kolik Abdomen (Kram Perut) yang Menyakitkan

Perhatikan kondisi berikut

  • Sakit perut melilit atau kram parah pada wanita hamil bukan kondisi yang normal. Jika terjadi, segera hubungi dokter;
  • Batu empedu atau batu ginjal sering menyebabkan nyeri perut melilit pada orang dewasa. Jika Anda mengalami sakit perut melilit disertai dengan rasa sakit yang menjalar sampai ke punggung atau ke pinggang dan terasa lebih mendesak ketika menarik napas, segera memeriksakan diri ke dokter untuk mendapat penanganan lebih lanjut.

23 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app