Istilah galau saat ini tengah santer dikenal oleh masyarakat luas, terutama anak muda. Pasalnya, galau diidentikan dengan perasaan sedih yang mendalam dan diakibatkan oleh beberapa hal. Selain galau, kesepian juga termasuk gejala psikologis yang sering dialami oleh setiap orang. Mengapa hal ini bisa terjadi?
Ya, pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial dimana membutuhkan interaksi dengan orang supaya dapat bertahan hidup. Nah, apabila kebutuhan sosialisasi atau interaksi dengan orang lain ini tidak terpenuhi, maka seseorang akan merasa terisolasi dari kehidupan sosial.
Nantinya, akan timbul perasaan kesepian dan berpengaruh terhadap kondisi kesehatan mental orang tersebut. Secara tidak langsung juga akan mempengaruhi kondisi fisik seseorang.
Dampak Kesepian terhadap Kondisi Fisik
Efek samping dari rasa kesepian, nantinya akan menurunkan kondisi fisik seseorang. Hal ini dikarenakan terdapat mekanisme tubuh yang merupakan respon dari perasaan kesepian. Berikut ini merupakan beberapa dampak fisik terhadap rasa kesepian.
Gangguan Tidur
Ada kaitan antara gangguan tidur dengan kesepian. Hubungan tersebut dapat diibaratkan seperti siklus. Ketika seseorang merasa sangat kesepian, nantinya akan mengalami kesulitan dalam hal relaksasi dan akan terbangun pada tengah malam. Inilah yang menyebabkan waktu tidur seseorang berkurang dan meningkatkan stres akibat kesepian.
Menurunkan Sistem Kekebalan Tubuh
Disamping mengganggu pola tidur seseorang, kenyataannya sistem imun atau kekebalan tubuh juga bereaksi terhadap kondisi emosional akibat kesepian. Hal ini dikarenakan, otak merespon stress akibat kesepian tersebut sebagai ancaman yang pada akhirnya berpengaruh terhadap ketahanan tubuh seseorang.
Jika demikian, sistem imun tidak akan bekerja optimal ketika melawan patogen yang datang secara bersamaan dalam kondisi tersebut.
Memicu Penyakit Jantung dan Pembuluh
Kondisi paling berbahaya dari rasa sedih yang mendalam dan kesepian akan mengakibatkan perkembangan penyakit jantung dan pembuluh darah. Menurut penjelasan dari seorang peneliti, ketika seseorang mengalami stress oleh rasa kesepian, tubuh akan memproduksi protein fibrinogen yang biasanya dikeluarkan ketika tubuh terluka.
Disamping pit, kondisi stress juga memicu produksi hormon kortisol yang berpengaruh terhadap kinerja otot jantung. Nah, mekanisme tidak normal inilah yang nantinya menyebabkan gangguan aliran darah, memicu hipertensi, dan aterosklerosis.
Cara Atasi Rasa Galau dan Kesepian
Untuk menghindari bahaya kesepian terhadap kesehatan tubuh, lakukanlah tips berikut ini.
Mengakui Bahwa Dirinya Kesepian
Salah satu tips untuk mengatasi kesepian adalah mengakui bahwa dirinya memang merasa kesepian. Biasanya, seorang yang kesepian akan menyangkal perasaanya. Kemudian, mencoba melarikan diri dengan melakukan berbagai aktivitas hiburan seperti menonton tv, tidur, dan lainnya.
Memang, pada awalnya kegiatan tersebut berhasil menghilangkan perasaan kesepian. Namun, solusi tersebut tidak berlangsung secara jangka panjang, melainkan hanya sementara.
Padahal, rasa kesepian yang terus disangkal justru akan terus menembus pada relung hati. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ami Rokach dimana penerimaan diri terhadap rasa kesepian merupakan suatu upaya untuk mengubah dampak negatif dari kesepian menjadi lebih positif.
Memahami Bahwa Kesepian Dapat Dilawan
Tahukah Anda, rasa kesepian yang muncul akan memicu otak untuk fokus pada hal-hal yang menyakitkan, menakutkan, bahwa hampa. Untuk mengatasinya, ubahlah persepsi Anda bahwa kesepian tersebut harus dilawan, bukan ditunggu untuk membaik sendiri.
Memelihara Binatang
Menurut penelitian, rupanya kesepian dapat diatasi dengan memiliki hewan peliharaan. Hal ini dikarenakan hewan dapat dijadikan sebagai teman berbicara yang menyenangkan. Bahkan, memelihara anjing dapat mengurangi risiko kematian dini bagi seseorang yang tinggal sendiri.
Nah, itulah ulasan mengenai dampak perasaan galau dan kesepian terhadap kesehatan. Jika ada upaya untuk hidup sehat tanpa kesepian, mengapa tidak dilakukan?
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.