Penyembuhan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) melalui Terapi Brainwaves

Dipublish tanggal: Sep 11, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Waktu baca: 3 menit
Penyembuhan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) melalui Terapi Brainwaves

Otak adalah salah satu organ yang sangat vital pada tubuh manusia. Otak menjadi pusat dibalik pengendalian koordinasi gerakan dan fungsi tubuh, seperti detak pada jantung, suhu tubuh dan tekanan darah

Otak juga adalah organ yang bertanggung jawab atas fungsi psikologis, yakni emosi, perilaku, hingga sistem ingatan pada manusia.

Mengingat peran otak yang begitu krusial, maka kesehatan organ satu ini layak untuk menjadi perhatian. 

Gangguan pada otak dapat menyebabkan penurunan fungsi tubuh secara keseluruhan, termasuk sesuatu yang tidak tampak secara fisik, yakni mental dan perilaku.

Dalam tiga dekade terakhir, terapi gelombang otak dipercaya mampu membantu penyembuhan trauma dan kecemasan. Apa benar? Simak ulasannya di bawah ini.

Bagian dan fungsi otak

Sebagai organ tubuh yang rumit, otak terdiri dari ratusan miliar saraf. 

Otak dilindungi oleh tengkorak pelindung otak yang terdiri dari tulang temporal (tulang pelipis), tulang frontal (tulang dahi), tulang parietal (tulang ubun-ubun), tulang ethmoid (tulang tapis), tulang sphenoid (tulang baji), dan tulang belakang kepala. 

Secara struktur, otak manusia terbagi menjadi empat bagian dengan fungsi masing-masing, yaitu:

Otak besar atau cerebrum adalah bagian otak yang paling menonjol dan terletak di rongga atas tulang tengkorak. Otak besar terbagi menjadi dua bagian, yaitu otak kanan dan otak kiri.

Secara umum, cerebrum memiliki peran sebagai pengendali hampir seluruh aktivitas manusia. Mulai dari gerak sadar, pengatur emosi, ingatan, alat indra, dan fungsi tubuh lain (tekanan darah, pergerakan organ, keseimbangan tubuh). 

Otak besar juga merupakan pengatur kegiatan yang berhubungan dengan intelektualitas, seperti:

  • Berpikir
  • Membayangkan
  • Mengingat
  • Merencanakan suatu hal

Otak kecil terletak di bagian belakang kepala, tepatnya di bawah otak besar. Otak kecil adalah bagian otak yang bekerja paling cepat. 

Cerebellum hanya mengisi sekitar 10 persen volume otak, tetapi memiliki jumlah sel saraf yang cukup banyak (lebih dari 50 persen total sel saraf otak).

Cerebellum memiliki fungsi untuk menjaga keseimbangan dan postur tubuh, mengkoordinasi gerakan otot sadar, dan sebagai pengatur gerakan bola mata. 

Jika otak kecil mengalami kerusakan, maka dapat menyebabkan gangguan koordinasi gerakan, kesulitan berjalan, susah berbicara, gerakan mata yang tidak normal.

  • Otak tengah

Otak tengah disebut juga sebagai mesencephalon, merupakan bagian otak terkecil yang berada di antara otak besar dan otak belakang. 

Fungsi utama dari otak tengah adalah berkaitan dengan fungsi penglihatan dan pendengaran, serta sebagai bagian dari sistem saraf pusat. 

  • Otak belakang

Bagian otak ini terdiri dari Pons (jembatan parol) dan sumsum lanjutan. Pons memiliki fungsi sebagai jembatan antara otak besar dan otak kecil. 

Sumsum Lanjutan, yang merupakan penghubung antara Pons dengan sumsum tulang belakang berperan dalam aktivitas tubuh berikut ini:

  • Pengatur tekanan udara dan suhu tubuh
  • Pusat pengendali refleks fisiologis
  • Pengendali pergerakan alat pencernaan
  • Pengatur pelebaran dan penyempitan pembuluh darah
  • Pengendali gerak refleks, contohnya bersin, batuk, dan berkedip.

Gelombang otak dan jenisnya

Gelombang otak atau brain waves adalah sebuah alunan yang dibuat dengan cara mengatur frekuensi sedemikian rupa. Alunan ini jika didengarkan secara konsisten dapat mempengaruhi pola pikir pendengarnya melalui alam bawah sadar. 

Terapi brainwaves inilah yang diklaim dapat memberikan efek positif bagi tubuh.

Gelombang di dalam otak sendiri dapat diukur melalui alat bernama Electroencephalogram (EEG). Gelombang ini secara garis besar terbagi menjadi lima jenis, yaitu:

  • Gamma (frekuensi 25-40 Hz), yaitu gelombang yang terjadi disaat mental mengalami gejolak yang tinggi. Contohnya saat mengalami ketakutan, panik, dan aktivitas yang memerlukan adrenalin.
  • Beta (frekuensi 12-25 Hz), yaitu gelombang otak saat kita melakukan aktivitas yang berkaitan dengan fungsi logika dan konsentrasi, seperti pada proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.
  • Alfa (frekuensi 8-12 Hz), adalah gelombang yang muncul saat orang berelaksasi, melamun, dan mulai mengantuk.
  • Theta (frekuensi 4-8 Hz), terjadi disaat tidur dan meditasi.
  • Delta (frekuensi 0-4 Hz), yaitu gelombang otak yang muncul saat tidur lelap tanpa mimpi. Gelombang delta dibutuhkan sebagai fase istirahat bagi tubuh.

Terapi gelombang untuk penyembuhan ptsd

Gangguan stres pasca trauma atau PTSD (post-traumatic stress disorder) adalah kondisi panik yang dipicu oleh trauma yang pernah terjadi atau disaksikan di masa lalu. 

Peristiwa yang  dapat memicu kondisi ini antara lain adalah bencana alam, kecelakaan, tindak kejahatan dan kekerasan.

Terapi brainwaves untuk penderita PTSD dilakukan dengan cara melakukan pemantauan aktivitas dan frekuensi otak pasien. Frekuensi gelombang kemudian diterjemahkan ke dalam alunan nada akustik yang kembali didengarkan pasien melalui earphone.

Meskipun belum terbukti secara ilmiah keefektivitasannya, sekitar 90 persen penderita PTSD mengaku mengalami perbaikan setelah melakukan terapi gelombang otak ini.


4 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Post-traumatic stress disorder (PTSD) - Treatment. NHS (National Health Service). (https://www.nhs.uk/conditions/post-traumatic-stress-disorder-ptsd/treatment/)
The Electrical Aftermath: Brain Signals of Posttraumatic Stress Disorder Filtered Through a Clinical Lens. National Center for Biotechnology Information. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6555259/)
Current Status of Neurofeedback for Post-traumatic Stress Disorder: A Systematic Review and the Possibility of Decoded Neurofeedback. National Center for Biotechnology Information. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6650780/)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app