Nyeri Vagina Vulvodynia

Dipublish tanggal: Jun 21, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Sep 5, 2019 Waktu baca: 3 menit
Nyeri Vagina Vulvodynia

Nyeri pada vulva yang terjadi pada bukaan, atau vestibula, pada vagina. Banyak wanita mengalami nyeri dan rasa tidak nyaman pada vulva pada waktu tertentu di hidup mereka. Ketika nyeri tidak kunjung hilang lebih dari tiga bulan dan tidak memiliki penyebab yang jelas, nyeri tersebut disebut dengan vulvodynia.

Diperkirakan sekitar 16 persen wanita di Amerika Serikat mengalami vulvodynia pada waktu tertentu di kehidupan mereka. Vulvodynia dapat terjadi pada semua usia, tetapi penelitian terkini menemukan bahwa wanita yang berusia antara 20 dan 40 tahun lebih memiliki kemungkinan yang tinggi untuk mengalami vulvodynia.
Apa itu vulva?

Vulva adalah jaringan di sekitar bukaan vagina. Hal ini termasuk lipatan kulit bagian luar, yang disebut dengan labia majora, dan lipatan bagian dalam yang disebut labia minora. Bagian lainnya antara lain:

  • Vestibula, yang menyebabkan pembukaan vagina
  • Klitoris, organ yang sangat sensitif di atas vulva

Tipe nyeri vulva

Ada empat tipe nyeri vulva:

Vulvodynia general

Vulvodynia general terjadi secara spontan. Vulvodynia general menyebabkan nyeri vulva biasa dan dapat terjadi selama jangka waktu beberapa bulan, atau bahkan beberapa tahun.

Vulvodynia lokal

Nyeri yang berpusat di sekitar area tertentu pada vulva disebut dengan vulvodynia lokal. Contohnya, nyeri yang terjadi bisa pada lipatan atau “bibir” vagina. Nyeri ini biasanya hilang timbul.

Vulvitis siklik

Nyeri pada vulva yang hilang dan timbul bersamaan dengan siklus haid. Nyeri biasanya akan memburuk pada malam hari sebelum siklus haid mulai.

Vestibulodynia 

Nyeri pada vulva yang terjadi pada bukaan, atau vestibula, pada vagina.

Gejala nyeri vulva

Kebanyakan wanita yang mengalami nyeri pada vulva melaporkan sensasi terbakar, tertusuk, berdenyut yang tidak nyaman pada daerah vagina. Kadang, nyeri yang dirasakan bersifat konstan. Pada waktu lain, nyeri hanya muncul ketika ada tekanan pada daerah tersebut. 

Tekanan tersebut mungkin disebabkan oleh:

  • Seks
  • Penggunaan pembalut
  • Duduk
  • Mengenakan celana yang ketat atau membentuk tubuh

Jaringan vulva biasanya terlihat normal dan sehat pada orang-orang yang mengalami nyeri vulva.

Penyebab nyeri vulva

Nyeri vulva masih belum dapat dipahami sampai saat ini. Nyeri vulva tidak menular, dan tidak juga menyebar melalui seks. Nyeri vulva juga bukan tanda kanker.

Peneliti telah melihat hubungan antara nyeri vulva dan beberapa kondsi dan faktor pada beberapa wanita seperti berikut ini:

  • Infeksi jamur yang kembali terjadi
  • Kelainan genetik
  • Trauma fisik atau seksual
  • Kondisi nyeri kronis
  • Alergi
  • Terapi hormon

Pada satu studi, tikus yang digunakan sebagai subjek dan disembuhkan dari infeksi jamur tiga kali akan lebih mungkin mengalami nyeri vulva daripada tikus yang tidak mengalami infeksi jamur. Peneliti memiliki teori bahwa beberapa infeksi jamur meningkatkan produksi serat saraf pada tikus. Peningkatan serat saraf menyebabkan nyeri vulva yang lebih besar.

Studi yang menggunakan tikus, bukan manusia, dilakukan untuk menentukan hubungan antara infeksi jamur dan nyeri vulva pada wanita.

Beberapa wanita lahir dengan perbedaan genetik yang menyebabkan sel overeaktif terhadap inflamasi atau hormon. Hal ini menyebabkan nyeri pada saat inflamasi terjadi pada daerah vulva. Inflamasi menyebabkan jaringan menjadi bengkak, terisi darah, dan terasa panas dan sakit.

Ujung saraf pada vulva bisa mengalami kerusakan pada saat kelahiran, kekerasan seksual, atau seks tanpa pelumasan vagina yang cukup. Aktivitas yang menggunakan tekanan tinggi pada daerah vagina, seperti bersepeda atau naik kuda, juga bisa mengganggu ujung saraf dan jaringannya.

Wanita yang mengalami vulvodynia memiliki kemungkinan dua hingga tiga kali lebih tinggi untuk mengalami kondisi nyeri kronis seperti fibromyalgia dan irritable bowel syndrome. Keduanye merupakan penyakit inflamasi, sehingga tipe vulvodynia bisa berkaitan dengan inflamasi juga.

Sabun, gel dan produk deodoran kewanitaan dapat menyebabkan reaksi alergi daerah vulva pada beberapa wanita. Hal ini bisa menyebabkan iritasi, inflamasi, dan nyeri pada vagina.

Satu studi menemukan bahwa wanita yang mengalami nyeri kronis lebih mungkin untuk menggunakan terapi hormon daripada yang tidak mengalami nyeri. Namun, Berdasarkan studi lain, tidak ditunjukkan adanya hubungan antara nyeri vulva dan penggunaan pil keluarga berencana (pil kontrol kelahiran).


8 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app