Kanker Serviks: Penyebab, Gejala, Cara Pengobatan dan Pencegahan

Dipublish tanggal: Jan 12, 2019 Update terakhir: Jan 5, 2024 Tinjau pada Jun 15, 2019 Waktu baca: 5 menit

Ringkasan

Buka

Tutup

  • Penyakit kanker serviks atau kanker leher rahim berisiko terjadi pada wanita yang sudah aktif berhubungan seksual terlebih tanpa menggunakan kondom;
  • Penyebab penyakit kanker serviks disebabkan oleh infeksi virus human papillomavirus (HPV) yang disertai dengan faktor risiko lainnya;
  • Gejala kanker serviks yang dapat menjadi salah satu tanda adalah ketika mengalami pendarahan vagina setelah berhubungan seksual;
  • Salah satu cara mencegah kanker serviks adalah dengan menjalani vaksin HPV serta rutin melakukan pemeriksaan pap smear;
  • Dalam mengobati kanker serviks, ada beberapa cara pengobatan, yaitu kemoterapi, radioterapi, dan operasi pengangkatan leher rahim;
  • Temukan berbagai paket vaksinasi yang bisa dipesan secara online di HDMall. Booking dan dapatkan harga spesial sekarang juga!

Penyakit kanker serviks mungkin sudah tidak asing lagi di telinga. Kanker serviks atau kanker leher rahim merupakan jenis kanker kedua yang paling banyak merenggut nyawa wanita setelah kanker payudara. Maka, para wanita perlu mengetahui lebih banyak mengenai kanker serviks. 

Apa itu kanker serviks?

Kanker serviks atau cervical cancer adalah jenis kanker yang terjadi di leher rahim. Ketika sel-sel tubuh yang semula normal, tumbuh menjadi ganas dan tidak terkendali. Dalam hal ini, pertumbuhan sel abnormal terjadi pada serviks atau leher rahim umumnya tanpa menujukkan gejala awal tertentu.

Kanker serviks sering disebut juga sebagai kanker leher rahim karena terjadi pada area leher rahim atau serviks yang berbentuk seperti tabung silinder menghubungkan rahim dengan area vagina. Setiap wanita memiliki kemungkinan menderita kanker serviks, terlebih yang sudah pernah atau aktif berhubungan seksual.

Jenis kanker serviks

Kanker serviks terbagi menjadi 2 jenis, yaitu:

1. Karsinoma sel skuamosa (KSS)

Jenis kanker serviks ini berada di sel-sel tipis dan rata (sel skuamosa) pelapis bagian luar serviks yang menonjol ke dalam vagina. Sebagian besar kasus kanker serviks yang terjadi adalah jenis karsinoma sel skuamosa.

2. Adenokarsinoma

Jenis kanker serviks adenokarsinoma berada pada sel-sel kelenjar berbentuk kolom yang melapisi saluran serviks atau saluran leher rahim.

Kedua jenis kanker serviks ini dapat terjadi secara bersamaan meski jarang terjadi. Penentuan jenis kanker serviks bisa menentukan prognosis dan jenis perawatan yang tepat bagi pasien.

Mengenal penyakit kanker serviks

Penyebab kanker serviks

Penyebab kanker serviks yang utama berasal dari infeksi virus human papillomavirus (HPV). Hal ini terbentuk ketika sel yang sehat mengalami perubahan atau mutasi yang menyebabkan sel menjadi abnormal dan berkembang tidak terkendali sehingga muncul sel kanker.

Selain itu, ada juga beberapa faktor lain yang dapat menjadi penyebab kanker serviks, yaitu:

  • Kebiasaan merokok
  • Immunosupresi atau pengobatan untuk meningkatkan sistem imun pada penderita HIV/AIDS
  • Infeksi penyakit kelamin klamidia
  • Pola makan yang kurang sehat, seperti kurang konsumsi buah dan sayur
  • Mengalami obesitas atau kelebihan berat badan
  • Minum pil KB secara terus-menerus
  • Hamil dan melahirkan pada usia terlalu muda
  • Mengonsumsi DES atau Diethylstilbestrol, yaitu obat untuk mencegah keguguran
  • Pola hidup seksual yang tidak sehat, seperti sering gonta-ganti pasangan, tidak menggunakan kondom, sering menggunakan sex toys, atau berhubungan seks di tempat yang tidak bersih

Gejala kanker serviks

Gejala kanker serviks yang dapat menjadi salah satu tanda adalah ketika mengalami pendarahan vagina setelah berhubungan seksual. Tak hanya itu, perhatikan ciri dan gejala kanker serviks lainnya yang meliputi: 

  • Siklus menstruasi tidak teratur dan lebih panjang dibanding biasanya
  • Munculnya darah dari vagina, baik saat tidak menstruasi atau setelah buang air besar
  • Berat badan menurun sehingga badan menjadi lemas dan mudah letih
  • Nyeri di area perut dan pinggang bagian bawah
  • Sakit saat berhubungan seksual
  • Nafsu makan yang menurun
  • Kaki bengkak

Baca juga: Penyebab Kanker Serviks pada Wanita

Diagnosis dan stadium kanker serviks

Jika merasa memiliki ciri ciri kanker serviks, ada baiknya untuk berkonsultasi iri ke dokter dan melakukan serangkaian tes pemeriksaan. 

Pada saat dokter mengidentifikasi pasien dengan kanker serviks, maka akan ada tes pemeriksaan lebih lanjut yang harus dilakukan untuk menentukan tingkat atau stadium dari kanker serviks tersebut. Stadium kanker adalah faktor utama untuk menentukan jenis perawatan yang harus dilakukan ke depannya.

Tahapan pemeriksaan dapat meliputi:

  • Tes pencitraan. Tes seperti sinar-X, CT scan, Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan Positron Emission Tomography (PET) akan membantu dokter menentukan apakah kanker telah menyebar di luar bagian serviks atau tidak
  • Pemeriksaan visual kandung kemih dan dubur. Dokter mungkin menggunakan sistoskop untuk melihat bagian dalam kandung kemih dan endoskop atau kolonoskopi untuk melihat bagian dubur

Tahapan kanker serviks berdasarkan masing-masing stadium:

  • Stadium I. Kanker hanya tumbuh terbatas pada serviks (leher rahim)
  • Stadium II. Kanker muncul di leher rahim dan bagian atas vagina
  • Stadium III. Kanker telah pindah ke bagian bawah vagina atau secara internal ke dinding bagian panggul
  • Stadium IV. Kanker telah menyebar ke organ tubuh lain, seperti kandung kemih, dubur, paru-paru, hati, ataupun tulang

Semakin awal gejala kanker serviks diketahui, maka akan semakin cepat penanganan untuk membantu memperbaiki kondisi penderita sehingga harapan hidup juga akan menjadi lebih baik.

Vaksin HPV Mobile Image

Pencegahan kanker serviks

Tidak seperti jenis kanker lainnya, kanker serviks termasuk jenis kanker yang bisa dicegah. Untuk itu, beberapa faktor dan penyebab yang dapat meningkatkan risiko terkena kanker serviks tentu harus dihindari sebagai upaya pencegahan kanker serviks.

Bagi yang sudah menikah dan melakukan hubungan seksual secara teratur, Anda juga wajib melakukan pap smear secara rutin. Pap smear adalah pemeriksaan organ intim wanita bagian dalam untuk mendeteksi adanya sel-sel kanker di leher rahim atau tidak.

Selain pap smear, kanker serviks juga bisa dicegah dengan vaksin kanker serviks. Di Indonesia sendiri, jenis vaksin kanker serviks yang banyak diberikan adalah vaksin gardasil. Vaksin ini bermanfaat untuk mencegah infeksi virus HPV yang menjadi penyebab kanker serviks. 

Penting juga untuk melakukan hubungan seksual hanya dengan 1 orang saja dan tidak bergonta ganti pasangan. Supaya lebih aman, gunakan pelindung seperti kondom ketika berhubungan seks. Risiko virus HPV dapat menyebar melalui hubungan seksual dengan banyak pasangan apalagi jika tidak menggunakan kondom.

Baca juga: Cegah Kanker Serviks dengan Vaksin HPV

Pengobatan kanker serviks

Pengobatan kanker serviks tergantung dari jenis kanker, tingkatan stadium, dan seberapa luas penyebaran sel kankernya. Semakin cepat gejala kanker serviks dideteksi, maka kanker serviks dapat diobati secara maksimal. Bahkan tidak menutup kemungkinan bahwa kanker serviks bisa sembuh total. 

Berikut ini beberapa pengobatan kanker serviks yang mungkin dilakukan, di antaranya:

Radioterapi

Radioterapi adalah salah satu metode pengobatan kanker serviks yang dapat dilakukan sendiri atau dikombinasikan dengan tindakan pembedahan. Radioterapi biasanya dilakukan untuk mengatasi kanker serviks stadium awal. 

Prosedur radioterapi dilakukan untuk mengendalikan risiko perdarahan dan mengurangi rasa sakit yang dirasakan. Walapun dapat menghancurkan sel kanker, radioterapi terkadang juga bisa merusak jaringan sehat yang berada di sekitar kanker.

Efek samping radioterapi yang paling umum, di antaranya:

  • Diare
  • Nyeri saat buang air kecil
  • Perdarahan vagina atau dubur
  • Sakit saat berhubungan seksual
  • Kelelahan
  • Sensasi terbakar pada kulit sekitar panggul

Kemoterapi

Kemoterapi dapat dikombinasikan dengan radioterapi untuk mengatasi pertumbuhan kanker serviks. Namun kemoterapi juga bisa dilakukan sebagai pengobatan tunggal dengan memasukkan obat kemoterapi secara langsung ke pembuluh darah melalui infus. Setelah kemoterapi selesai, pasien boleh pulang dan melakukan rawat jalan.

Sama halnya dengan radioterapi, obat kemoterapi juga bisa merusak sel dan jaringan yang sehat. Sejumlah efek samping kemoterapi, di antaranya:

  • Diare
  • Kelelahan sepanjang waktu, karena kemoterapi membuat produksi sel darah merah berkurang
  • Nafsu makan menurun
  • Rambut rontok. Rambut akan tumbuh lagi setelah 6 bulan Anda menyelesaikan siklus kemoterapi

Beberapa jenis obat kemoterapi juga diperkirakan dapat merusak ginjal. Oleh karena itu, Anda disarankan untuk melakukan pemeriksaan darah secara teratur untuk memantau kesehatan ginjal selama proses pengobatan.

Baca juga: Efek Samping Kemoterapi dalam Pengobatan Kanker

Operasi pengangkatan leher rahim

Operasi pengangkatan leher rahim disebut juga dengan histerektomi. Prosedur operasi ini biasanya dilakukan sebagai jalan terakhir untuk mencegah kanker serviks berulang.

Ada 3 jenis histerektomi yang dapat mengobati kanker serviks, yaitu:

  • Histerektomi total. Dilakukan dengan mengangkat leher rahim atau rahim untuk mengatasi kanker serviks. Pada beberapa kasus, pengangkatan ovarium dan saluran telur (tuba falopii) mungkin juga dilakukan tetapi tergantung tingkatan kanker
  • Histerektomi radikal. Umumnya dilakukan untuk mengatasi kanker serviks stadium 1 dan 2. Caranya dengan mengangkat leher rahim, bagian atas vagina, kelenjar getah bening, tuba falopii, atau ovarium. Tetapi rahim tidak ikut diangkat, sehingga masih ada kemungkinan untuk memiliki anak
  • Pelvic exenteration. Operasi atau pembedahan ini memungkinkan diangkatnya keseluruhan organ reproduksi, termasuk serviks, vagina, rahim, indung telur, tuba falopi, dan rektum. Tetapi hanya dilakukan ketika kanker sudah pernah disembuhkan tetapi kambuh kembali dan sudah menyebar ke daerah pinggul

Sama seperti pengobatan kanker serviks lainnya, histerektomi juga memiliki efek samping yang perlu diperhatikan. Efek samping histerektomi, di antaranya:

  • Sakit saat berhubungan seks, karena vagina menjadi lebih kering dan pendek
  • Inkontinensia urin
  • Pembengkakan di lengan dan kaki yang disebabkan oleh penumpukan cairan (limfoedema)
  • Timbul jaringan parut
  • Menopause

94 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Stoppler, M. MedicineNet (2017). Cervical Cancer (Cancer of the Cervix) (https://www.medicinenet.com/cervical_cancer/article.htm)

Artikel ini hanya sebagai informasi awal mengenai kondisi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Pertanyaan dan jawaban lain tentang kondisi ini
Buka di app