Faktor Risiko Gigi Rontok

Ahli gigi menyebutkan beberapa faktor risiko gigi rontok karena penyakit periodontal.Berikut adalah faktor risikonya:
Dipublish tanggal: Agu 11, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Waktu baca: 3 menit
Faktor Risiko Gigi Rontok

Mencegah gigi rontok mungkin menjadi bagian dari hal yang dapat Anda kontrol, menurut riset. Pada Journal of Periodontology, Ahli gigi menyebutkan beberapa faktor risiko gigi rontok karena penyakit periodontal.

Berikut adalah faktor risikonya:

Faktor-faktor risiko di atas biasanya terjadi pada gigi bagian depan (anterior) yang rontok karena penyakit gusi daripada terjadi pada gigi bagian belakang pada mulut.

Beberapa faktor risiko tersebut, seperti usia dan jenis kelamin, tak bisa Anda kontrol. Tetapi untuk faktor-faktor risiko lain, misalnya apakah Anda menyikat gigi atau merokok, merupakan hal yang bergantung pada Anda.

Mengetahui kerontokan gigi

Berikut adalah daftar yang dibuat oleh Khalaf Al-Shammari, DDS, MS, dan kawan-kawannya. Al-Shammari bekerja di Kuwait’s Ministry of Health.

Daftar ini mencakup semua orang dewasa yang pernah mencabut gigi pada 21 klinik praktik perawatan gigi, sekitar seperempat dari klinik perawatan gigi yang ada di Kuwait.

Klinik dijalankan oleh pemerintah Kuwait. Kebanyakan orang Kuwait yang mendapatkan perawatan gigi akan pergi ke klinik tersebut sebagai bagian dari sistem kesehatan Kuwait, berdasarkan para peneliti.

Didapatkan total dengan 1775 pasien dan 3694 gigi telah dicabut. Terdapat empat belas pasien yang giginya dicabut semua.

Alasan yang menyebabkan kerontokan gigi

Penyakit gusi (penyakit periodontal) adalah alasan yang paling utama dalam menyebabkan kerontokan gigi. Penyakit gusi adalah salah satu penyebab kerontokan gigi di dunia, berdasarkan catatan peneliti.

Pria lebih memungkinkan daripada wanita dalam mencabut gigi. Kerontokan gigi juga lebih umum terjadi pada orang-orang yang berusia 35 tahun atau lebih.

Sekitar 3 dari 10 pasien adalah perokok atau mantan perokok. Hubungan antara merokok dan kerontokan gigi dirasa lebih kuat jika informasinya telah ada pada kebiasaan dan riwayat merokok pasien, catatan dari peneliti.

Konsekuensi perawatan gigi yang buruk

Hampir 40 persen pasien dilaporkan bahwa mereka belum pernah mendapatkan perawatan gigi profesional. 

Hanya 13 persen mengatakan bahwa mereka pernah mendapatkan perawatan gigi profesional dalam waktu enam bulan sebelum pencabutan gigi mereka.

Kebanyakan pasien, 60 persen, mengatakan mereka tidak pernah atau hanya sekali-sekali menyikat gigi mereka. Hanya sekitar 16 persen dilaporkan menyikat fifi mereka setidaknya dua kali sehari.

Kerontokan gigi dan kesehatan umum

Kebanyakan pasien juga memiliki masalah kesehatan lainnya.

Hampir sekitar satu dari lima orang memiliki diabetes tipe 2. Hubungan antara penyakit gusi dan diabetes merupakan hubunagan yang sangat erat, menurut peneliti.

Sekitar 1 dari 10 pasien memiliki penyakit darah tinggi. Peneliti memberi catatan bahwa penelitian terbaru melaporkan adanya hubungan antara penyakit gusi dengan tekanan darah tinggi pada wanita pasca menopause.

Berbeda dari studi tersebut, hubungan antara penyakit gusi dan tekanan darah tinggi tidak didefinisikan secara baik, berdasarkan peneliti.

Studi yang dilakukan Al-Shammari juga menunjukkan adanya hubungan yang erat antara rheumatoid arthritis dan kerontokan gigi disebabkan oleh penyakit gusi. Namun, hubungan tersebut tidak secara jelas cukup erat, kata peneliti.

Tidak ada tes yang dilakukan untuk memperlihatkan diabetes, tekanan darah tinggi atau arthritis menyebabkan kerontokan gigi. Studi hanya mencakup sifat yang umum di antara para pasien.

Diagnosis penyakit gusi

Penyakit gusi hanya bisa didiagnosis oleh dokter gigi. Pemeriksaan fisik dapat menemukan masalahnya. Probe juga mungkin dimasukkan untuk mengukur kantung gusi.

 Probe adalah alat yang berprinsip seperti penggaris tetapi kecil dan tidak menyakitkan. 

Berdasarkan National Institute of Dental and Craniforal Research, ukuran kantung gusi yang normal adalah antara 1 hingga 3 milimeter, jika lebih maka itu menandakan adanya penyakit gusi.

Mencegah penyakit gusi

Salah satu cara terbaik dalam mencegah penyakit gusi adalah untuk memeriksakan diri ke dokter gigi untuk mendapatkan pembersihan dan pemeriksaan turin. 

Meskipun Anda tidak merasakan adanya gejala, dokter gigi bisa mengidentifikasi tanda mula penyakit gusi. Anda juga bisa mencegah penyakit gusi dengan mempraktikkan kebiasaan kebersihan mulut yang baik.

Flossing dan menyikat gigi secara rutin bisa menghilangkan bakteri, partikel makanan dan plak, tetapi tartar hanya bisa dihilangkan dengan pembersihan gigi oleh dokter gigi. 

Tartar merupakan kontributor dalam penyakit gusi, maka dari itu perlu dilakukan pembersihan gigi setahun dua kali untuk mencegah komplikasi penyakit gusi.


4 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Natto, Zuhair & Aladmawy, Majdi & Alasqah, Mohammed & Papas, Athena. (2014). Factors contributing to tooth loss among the elderly: A cross sectional study. Singapore dental journal. 35C. 17-22. 10.1016/j.sdj.2014.11.002. ResearchGate. (https://www.researchgate.net/publication/269720100_Factors_contributing_to_tooth_loss_among_the_elderly_A_cross_sectional_study)
Risk factors for tooth loss in adults: A population-based prospective cohort study. National Center for Biotechnology Information. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/31329623)
Risk factors for tooth loss over a 28-year period. National Center for Biotechnology Information. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2335645)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app