Fakta Mengenai Gangguan Mental Yang Belum Diketahui Banyak Orang

Dipublish tanggal: Jul 5, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Okt 16, 2019 Waktu baca: 2 menit
Fakta Mengenai Gangguan Mental Yang Belum Diketahui Banyak Orang

Akhir-akhir ini, perbincangan mengenai gangguan mental sering dibahas oleh kalangan masyarakat. Tahukah Anda, menurut RISKESDAS, di Indonesia sendiri gangguan mental emosional berupa kecemasan dan depresi dialami oleh 14 juta jiwa. 

Dengan angka sebesar ini, ironisnya tidak semua orang dengan gangguan jiwa (ODG) tersebut mendapat perlakuan yang baik.

Padahal, keadaan tersebut justru menyebabkan seseorang penderita ODG menjadi lebih buruk. Memang hal ini terjadi akibat pandangan masyarakat yang masih keliru dan minim terkait ODG. Maka dari itu, sebenarnya apa sih yang harus dilakukan bagi seseorang yang mengidap gangguan mental? Berikut ini ulasannya untuk Anda.

Penderita Gangguan Mental Seharusnya Mendapatkan Perawatan Medis

Fakta dilapangan yang terjadi justru orang gila atau penderita gangguan jiwa mendapatkan perlakuan yang tidak semestinya. Bahkan banyak kasus orang gila yang dibuang dan dipandang sebelah mata. 

Padahal, dengan perawatan yang tepat, setidaknya akan mampu menyembuhkan pasien sakit jiwa. Ketahuilah, setiap gangguan mental memiliki berbagai kelompok dan tentunya memiliki penanganan yang berbeda.

Rupanya, tidak hanya masyarakat yang abai terhadap pasien sakit jiwa, melainkan tenaga kesehatan. Padahal, dari layanan tersebut seharusnya pasien berhak mendapatkan pengobatan yang tepat. Fakta ini diperoleh dari MIMS yang menyatakan bahwa sebesar 50 persen tenaga kesehatan abai terhadap kesehatan mental.

Penyebab yang umum menjadi penghalang adalah anggapan atau stigma masyarakat dimana pasien gangguan mental tidak harus diperiksakan ke dokter. Dengan kata lain, pasien dapat sembuh sendiri.

Padahal gangguan jiwa ini disebabkan oleh ketidakseimbangan zat kimia atau kerusakan pada sel saraf dan sel otak seseorang. Nah, apabila pasien mendapat perlakuan dan perawatan yang tepat diharapkan akan memberi kesembuhan pada pasien tersebut.

Berikut ini merupakan fakta yang harus Anda ketahui mengenai gangguan jiwa terkait pandangan yang salah, namun tetap berkembang di masyarakat.

Penderita Gangguan Jiwa Bermula dari Pribadinya yang Lemah

Anggapan masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa karena disebabkan pribadi yang lemah justru salah besar. Fakta menunjukkan bahwa gangguan jiwa sama sekali tidak ada kaitannya dengan karakter seseorang yang lemah. 

Justru risiko gangguan jiwa bisa terjadi pada seseorang dengan pekerjaan yang penuh tantangan, masalah keluarga, dan pengalaman korban kekerasan. Namun, perlu ditekankan bahwa pengalaman hidup yang buruk hanyalah salah satu faktor seseorang mengalami gangguan jiwa.

Penderita Gangguan Jiwa Berisiko Melakukan Kekerasan

Memang, seorang dengan gangguan jiwa tidak akan melakukan hal yang wajar, tidak terduga, hingga kekerasan. Namun, tidak berarti semua pasien gangguan jiwa akan melakukan kekerasan. Justru fakta dilapangan menunjukkan pasien gangguan jiwalah yang menjadi korban kekerasan.

Gangguan Jiwa Tidak Dapat Disembuhkan

Inilah persepsi yang salah namun tetap berkembang di masyarakat luas, yaitu seorang pasien gangguan jiwa tidak akan bisa disembuhkan. Benarkah? Tentu, anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar. 

Tahukah Anda, kini sudah tersedia beragam metode terapi yang dapat diterapkan untuk menangani pasien dengan gangguan jiwa. Bahkan, gejala gangguan jiwa dapat ditekan sehingga penderita dapat beraktivitas seperti orang normal.

Bahaya Pasien ODG yang Diabaikan

Ketika Anda memiliki saudara atau bahkan anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, sebaiknya segera periksakan ke ahli medis untuk mendapatkan pengobatan. Sebab, apabila diabaikan justru akan berdampak bahaya. 

Diantaranya, menyebabkan pasien ODG menjadi tambah parah, merusak fungsi kognitif otak, hubungan pribadi yang terganggu, kualitas hidup menurun, serta menimbulkan kematian akibat tindakan bunuh diri.


25 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Treatment settings. National Alliance on Mental Illness. https://www.nami.org/Learn-More/Treatment/Treatment-Settings.
Newman L, et al. Early origins of mental disorder — Risk factors in the perinatal and infant period. BMC Psychiatry. 2016;16:270.
Risk and protective factors. Substance Abuse and Mental Health Services Administration.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app