Kenali Batuk RejanDari Penyebab, Gejala dan, Pengobatannya

Dipublish tanggal: Feb 8, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Apr 12, 2019 Waktu baca: 4 menit

Si kecil dengan batuk kencang dengan keras yang tidak kunjung sembuh sebaiknya diwaspadai karena bisa-bisa terserang batuk rejan atau pertussis. Batuk ini cukup mudah dikenali karena suaranya yang kencang, membuat tulang dada sakit karena disertai tarikan napas, dan bisa berlangsung hingga 3 bulan, sehingga dinamakan batuk seratus hari. 

Jika tidak segera diobati, batuk rejan ini mudah tertular ke orang disekelilingnya dan penderitanya bisa terkena infeksi parau-paru atau yang dikenal sebagai pneumonia. Kenali batu rejan lebih dalam lagi! Berikut penjelasannya!

Apa itu batuk rejan?

Batuk rejan adalah batuk yang disebabkan oleh bakteri Bordella Pertussis yang menyebabkan infeksi pada paru-paru. Pertussisgt;dapat menghasilkan kuman yang melekat pada saluran pernapasan dan dapat mengakibatkan pneumonia. Bagi yang memiliki anak-anak khususnya di bawah lima tahun harus waspada, karena batuk rejan ini sangat rentan menyerang anak, namun dewasa pun juga memiliki resiko terserang batuk ini. Menurut beberapa sumber, batuk rejan sangat mudah menular kepada orang di sekitarnya yang terkena liur dari penderita ketika terbatuk dan di dunia setiap tahunnya terdapat 30 hingga 50 juta kasus yang 300.000 di antaranya berakhir dengan meninggal dunia.

Bagaimana gejala tertularnya batuk rejan kepada seseorang?

Penderita batuk rejan dapat dengan mudah menularkan penyakitnya kepada orang sekitar. Misalkan penderita batuk dan mengeluarkan liur yang menempel di berbagai tempat, maka liur tersebut berpotensi menularkan penyakit. Orang yang tertular akan memunculkan tanda-tanda sekitar 3-12 hari saat bakteri mulai menginfeksi saluran pernapasan.

  • Gejala awal penderita batuk rejan
  • Gejala paroksismal penderita batuk rejan
  • Kondisi menuju penyembuhan

Orang yang sudah tertular akan mulai mengalami ISPA (infeksi saluran pernapasan) ringan, yaitu batuk disertai hidung yang meler (cairan hidung), dan mulai melemahnya kondisi tubuh.

Setelah mulai konsisten terjadinya batuk dan cairan hidung terus menerus, penderita mulai kehilangan nafsu makan, tidak sedikit pada gejala ini penderita akan sering muntah. Terutama jika terjadi pada anak-anak, muntah yang terjadi semakin membuat penyembuhan semakin melambat. Gejala ini merupakan tahap di mana terjadi penularan kepada orang lain.

Ketika penderita sudah mendapatkan penangan dokter, biasanya batuk rejan akan hilang dalam 1-2 bulan tergantung pengobatannya. Namun, jika tidak kunjung sembuh, kemungkinan terjadinya komplikasi seperti pneumonia, encephalitis, hipertensi pada paru bisa saja terjadi.

Diagnosis Batuk Rejan

Gejala awal kondisi ini mirip dengan gejala penyakit flu atau bronkitis. Biasanya dari gejala-gejala batuk pada penderita dan mendengarkan suara batuk yang dihasilkan, dokter sudah bisa mendiagnosis batuk rejan.

Beberapa pemeriksaan tambahan yang dapat dilakukan, yaitu:

  • Tes darah. Dalam pemeriksaan ini dapat ditemukan adanya peningkatan sel darah putih dan antibodi bakteri Bordetella pertussis dalam darah penderita.
  • Pengambilan sampel lendir dari hidung atau tenggorokan. Untuk melihat apakah lendir atau dahak penderita mengandung bakteri Bordetella pertussis.
  • Foto Rontgen. Untuk melihat apakah paru-paru pasien mengalami peradangan atau penumpukan cairan di dalamnya. Kondisi ini bisa muncul ketika batuk rejan mengalami komplikasi, misalnya pneumonia.

Bagaimana cara mengobati batuk rejan?

Batuk rejan dapat menyerang siapa saja, sehingga pengobatannya pun bervariasi. Jika terjadi pada anak-anak, maka dokter akan meresepkan antibiotik yang dosisnya akan disesuaikan dengan umur dan berat badan anak. Jika lendir yang melekat di saluran pernapasan sangat banyak dan membuat susah bernapas, maka kemungkinan terapi uap akan dilakukan. 

Penderita batuk rejan yang masih sangat muda dapat beresiko merusak paru-paru dan menghambat masuknya oksigen ke dalam tubuh. Jika terjadi demikian, maka terapi yang bernama extracorporeal membrane oxygenation/ECMO akan dilakukan. Yaitu, terapi memasukkan oksigen ke dalam tubuh tanpa melewati paru-paru. Hal ini hanya dilakukan di situasi dan kondisi yang sudah parah.

Jika batuk rejan terjadi pada orang dewasa, selain diresepkan antibiotik oleh dokter, pasien diharuskan beristirahat total, minum air putih yang banyak dan mengeluarkan lendir ketika batuk. Selain itu, penderita diharapkan tidak bepergian untuk mengurangi resiko penularan kepada orang lain.

Bagaimana cara untuk mengurangi resiko penularan?

Penderita yang beresiko menularkan penyakit ini, bisa mengurangi penularannya dengan cara sebagai berikut:

  1. Anak-anak maupun dewasa yang sedang melakukan pengobatan disarankan tidak berpergian ke tempat umum seperti sekolah maupun kantor. Jika selesai mengonsumsi anibiotik, biasanya 3-5 hari baru dapat beraktifitas kembali.
  2. Jika penderita batuk hendaknya menutup dengan sapu tangan atau tissue. Sehingga liur tidak terkena orang lain atau menyebar.
  3. Penderita harus sering mencuci tangan setelah batuk ataupun ketika akan melakukan kontak fisik dengan orang lain.

Bagaimana cara mencegah tertular batuk rejan?

Jika kita dalam keadaan sehat, maka kita dapat mengurangi resiko tertularnya batuk rejan. Salah satu yang bisa dilakukan terutama oleh anak-anak ialah dengan mendapatkan imunisasi secara berkala. Vaksin pertussis biasanya akan diberikan bersamaan dengan vaksin Hib atau DPT. Jika Anda merasa kurang yakin, tanyakan dokter apaah vaksin pertussis sudah termasuk didalamnya atau harus melakukan vaksin yang lainnya.

Tidak hanya pada anak-anak, remaja dan dewasa termasuk ibu hamil juga disarankan melakukan vaksinisasi tersebut. Vaksin tersebut sangat efektif untuk mencegah tertularnya penyakit batuk rejan ini.


9 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
WebMD (2018). Whooping Cough: Causes, Symptoms, and Treatment. (https://www.webmd.com/children/whooping-cough-symptoms-treatment)
Ikatan Dokter Anak Indonesia (2017). Imunisasi. Jadwal Imunisasi 2017. (http://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/jadwal-imunisasi-2017)
Mayo Clinic (2018). Diseases and Conditions. Whooping Cough. (https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/whooping-cough/symptoms-causes/syc-20378973)

Artikel ini hanya sebagai informasi awal mengenai kondisi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Pertanyaan dan jawaban lain tentang kondisi ini
Buka di app