Alopecia Areata - Tanda, Penyebab, Gejala, Cara Mengobati

Dipublish tanggal: Feb 25, 2019 Update terakhir: Nov 6, 2020 Tinjau pada Jul 16, 2019 Waktu baca: 4 menit

Rambut rontok tidak hanya menjadi masalah utama bagi wanita, tapi bisa dialami oleh pria, baik usia muda hingga usia paruh baya. Meskipun umumnya disebabkan oleh faktor usia, rambut rontok juga dapat disebabkan oleh kondisi medis bernama alopecia aerata.

Apa itu alopecia areata?

Sederhananya, alopecia berarti rambut rontok. Sedangkan alopecia areata adalah kondisi ketika seseorang mengalami kerontokan rambut pada area kepala tertentu, sehingga menimbulkan pitak berbentuk lingkaran.

Tidak hanya terjadi pada kulit kepala, kerontokan rambut juga bisa terjadi di anggota tubuh lainnya yang ditumbuhi rambut. Mulai dari alis, bulu mata, kumis, hingga jenggot.

Alopecia areata terjadi pada 5% orang di seluruh dunia sehingga bisa dibilang cukup jarang. Setiap orang dapat mengalami kerontokan rambut di usia berapapun, tapi untuk kelainan alopecia areata paling sering dimulai pada masa anak-anak.

Pada sebagian besar kasus alopecia areata, rambut yang berguguran dapat tumbuh kembali. Namun, kerontokan rambut juga dapat berlangsung selama bertahun-tahun sehingga kebotakan di kepala akan terlihat dengan jelas. 

Mengenai alopecia areata

Penyebab alopecia areata

Alopecia areata bukanlah suatu penyakit menular atau kelainan saraf. Penyebab alopecia areata belum diketahui secara psti. Namun, alopecia areata tampak berhubungan dengan penyakit autoimun, yaitu saat sistem imun menyerang tubuhnya sendiri yang dalam hal ini adalah folikel rambut.

Faktor genetik juga berperan besar pada alopecia areata. Jika Anda memiliki anggota keluarga yang memiliki riwayat kebotakan karena jenis alopecia ini, maka kelak anak Anda berisiko tinggi mengalami hal yang sama. 

Faktor-faktor lainnya yang dapat meningkatkan risiko terjadinya alopecia areata adalah sebagai berikut:

  • Penyakit autoimun lain, seperti penyakit tiroid atau vitiligo (penyakit kelainan kulit dimana muncul bercak kulit yang lebih terang dari warna kulit asli).
  • Asma dan alergi, terutama dermatitis atopik alergi rhinitis (alergi serbuk bunga).
  • Memiliki anggota keluarga yang menderita asma, alergi, atau penyakit autoimun seperti diabetes tipe 1 .

Gejala alopecia areata

Tanda dan gejala alopecia areata adalah sebagai berikut:

1. Kebotakan berbentuk lingkaran

Gejala alopecia areata yang paling utama adalah terjadinya kebotakan pada area kepala tertentu dan menyebabkan pitak berbentuk lingkaran. Anda mungkin baru menyadarinya saat melihat gumpalan rambut di bantal atau saat mandi.

2. Tumbuh rambut berbentuk mirip tanda seru

Terkadang, rambut baru muncul di pinggir area yang botak. Namun, batang rambut tersebut lebih tipis di bagian pangkalnya sehingga tampak seperti tanda seru.

3. Kerontokan rambut meluas

Meskipun bentuk pitak biasanya hanya sebesar lingkaran, namun beberapa penderita alopecia areata juga dapat mengalami kebotakan yang lebih luas hingga ke seluruh kulit kepala (alopecia totalis).

Dalam kasus yang jarang, kebotakan juga dapat terjadi di seluruh tubuh, bahkan tidak menyisakan satu helai rambut pun (alopecia universalis). Ada juga yang mengalami rambut rontok hanya di kepala bagian belakang.

4. Masalah kuku

Selain memperhatikan perubahan rambut, gejala alopecia areata juga bisa dilihat dari bentuk kuku jari tangan dan kaki.

Alopecia areata dapat menyebabkan munculnya bintik-bintik putih atau garis-garis kasar pada kuku. Kuku juga bisa menipis, berubah bentuk, atau bahkan mengalami kuku copot karena alopecia areata.

Pencegahan alopecia areata

Karena penyebab alopecia areata belum diketahui secara pasti, para ahli belum menemukan cara spesifik untuk mencegah alopecia areata. 

Ganggaun autoimun ini mungkin juga merupakan hasil dari beberapa faktor. Mulai dari riwayat keluarga, penyakit autoimun lain, atau masalah kulit tertentu. Jadi, cukup sulit untuk mencegah alopecia areata.

Pengobatan alopecia areata

Sama halnya dengan pencegahan, pengobatan alopecia areata juga belum ditemukan. Pasalnya, rambut rontok biasanya akan tumbuh kembali dengan sendirinya. Perawatan juga dapat membantu rambut tumbuh lebih cepat.

Sementara dari sisi medis, dokter akan meresepkan obat-obatan yang bisa membantu meringankan gejala alopecia areata, di antaranya:

1. Kortikosteroid

Kortikosteroid bekerja dengan cara menekan sistem kekebalan tubuh. Obat ini dapat diberikan dalam bentuk injeksi (suntikan), kemudian akan disuntikkan pada area kulit yang mengalami kebotakan.

Kortikosteroid juga dapat diberikan dalam bentuk krim, losion, atau salep. Digunakan dengan cara mengoleskan obat ke area kulit yang botak. Bisa juga dengan mengonsumsi obat kortikosteroid oral,tapi cukup jarang dilakukan. 

Kortikosteroid suntik biasanya diberikan untuk orang dewasa. Pengobatannya dapat dilakukan selama 3-6 minggu, kemudian rambut akan mulai tumbuh sekitar 4 minggu setelah suntikan terakhir.

Sedangkan kortikosteroid topikal (oles) lebih cocok diberikan untuk anak-anak untuk menghindari trauma atau nyeri akibat suntikan. Efeknya cenderung kurang efektif jika diberikan pada orang dewasa.  

Kortikosteroid oral biasanya digunakan untuk pasien dengan kebotakan yang cukup luas. Namun, penggunaannya harus dibawah pengawasan dokter karena dapat menyebabkan efek samping serius. 

2. Minoxidil

Minoxidil 5% adalah obat penumbuh rambut yang cukup efektif untuk mengembalikan rambut rontok. Obat ini bisa digunakan untuk anak-anak dan orang dewasa.

Cara penggunaan minoxidil adalah dioleskan pada kulit kepala, alis, atau jenggot 2 kali sehari. Bila digunakan secara rutin, rambut baru biasanya mulai tumbuh sekitar 3 bulan. 

3. Anthralin

Anthralin bekerja dengan cara mengubah fungsi kekebalan kulit. Obat ini digunakan dengan cara dioleskan pada kulit, lalu biarkan selam 20-60 menit. 

Setelah 20 hingga 60 menit, segera bilas atau bersihkan untuk menghindari iritasi kulit.

4. Diphencyprone (DPCP)

Diphencyprone (DPCP) dioleskan pada bagian kepala yang mengalami kebotakan. Namun hati-hati dengan reaksi alergi ringan dan menyebabkan kulit kemerahan, gatal, hingga bengkak.

Namun, para dermatologis percaya bahwa reaksi alergi ini dapat mengelabui sistem kekebalan tubuh dan merangsang pembentukan sel darah putih di permukaan kulit kepala.

Proses tersebut bermanfaat untuk mencegah folikel rambut 'tertidur' dan menghindari rambut rontok. Setelah menggunakan CPCP, dibutuhkan waktu 3 bulan bagi rambut untuk mulai tumbuh kembali.

Pasien bisa saja mendapatkan lebih dari 1 perawatan sekaligus. Daripada hanya mengandalkan 1 perawatan, beberapa pengobatan dapat membantu meningkatkan keberhasilan pengobatan dan mengembalikan rambut dengan cepat.

Tanyakan kepada dokter kulit Anda mengenai kemungkinan terjadinya efek samping pengobatan. Jika Anda memiliki reaksi alergi terhadap obat, segera hubungi dokter kulit Anda.


22 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Thomas, et al. DermNet (2016). Madarosis. (https://dermnetnz.org/topics/madarosis/)
Rivers, et al. Healthliine (2016). Alopecia Areata. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5573125/)

Artikel ini hanya sebagai informasi awal mengenai kondisi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Pertanyaan dan jawaban lain tentang kondisi ini
Buka di app