Kolesistitis - Tanda, Penyebab, Gejala, Cara Mengobati

Dipublish tanggal: Feb 3, 2019 Update terakhir: Nov 5, 2020 Tinjau pada Feb 28, 2019 Waktu baca: 4 menit

Waspada Penyakit Radang Kandung Empedu/ Kolesistitis

Pastinya Anda sudah sering mendengar tentang radang kandung empedu atau dalam bahasa medis biasa disebut dengan kolesistitis. Kolesistitis merupakan reaksi inflamasi dinding kandung empedu. Kolesistitis adalah radang kandung empedu yang merupakan reaksi inflamasi akut dinding kandung empedu yang biasa disertai dengan keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan demam. Terdapat dua jenis bentuk kolesistitis, akut dan kronis. Kolesistitis akut adalah peradangan dari dinding kandung empedu, biasanya merupakan akibat dari adanya batu empedu di duktus sistikus, yang secara tiba-tiba menyebabkan serangan nyeri yang luar biasa. Sedangkan kolesistitis kronis adalah peradangan menahun dari dinding kandung empedu, yang ditandai dengan serangan berulang dari nyeri perut yang tajam dan hebat.

Kolesistitis juga merupakan keadaan yang membuat 10% hingga 25% pasien harus menjalani pembedahan kandung empedu. Terjadinya radang kandung empedu di Indonesia belum diketahui secara pasti. Radang kandung empedu akut lebih sering ditemukan di antara wanita yang berusia pertengahan, sedangkan bentuk kronis sering ditemukan pada orang yang lanjut usia. Kolesistitis dengan penanganan yang baik mempunyai prognosis yang cukup baik.

Penyebab Kolesistitis

Apakah Penyebab Kolesistitis?

Sekitar 95% penderita peradangan kandung empedu akut, umumnya disebabkan oleh batu empedu. Kadang suatu infeksi bakteri juga dapat menyebabkan terjadinya peradangan. 

Ada beberapa faktor yang menyebabkan kolesistitis atau radang kandung empedu seperti, faktor biologi seperti jenis kelamin, faktor lingkungan, faktor penyakit dan lain-lain.

Gejala Kolesistitis

Gejala- gejala awal yang dikeluhkan penderita radang kandung empedu umumnya berupa nyeri pada perut kanan bagian atas yang menetap lebih dari 6 jam dan sering menjalar sampai bahu kanan. Penderita kadang mengalami demam, kulit berwarna kuning (apabila batu empedu menghalangi saluran empedu), mual, dan muntah. Pada orang lanjut usia, demam sering kali tidak begitu terlihat dan nyeri lebih terlokalisasi hanya pada perut kanan atas.

Gejala-gejala kolesistitis kronik mirip dengan fase akut, tetapi beratnya nyeri dan tanda-tanda fisik kurang nyata. Seringkali terdapat riwayat dispepsia, intoleransi lemak, nyeri ulu hati. Setelah terbentuk, batu empedu dapat berdiam dengan tenang dalam kandung empedu dan tidak menimbulkan masalah, atau dapat menimbulkan komplikasi. Komplikasi yang paling sering adalah infeksi kandung empedu (kolesistitis) dan obstruksi pada duktus sistikus atau duktus koledokus.

Pencegahan Kolesistitis

Pencegahan utama untuk mencegah timbulnya radang kandung empedu atau kolesistitis pada orang sehat yang memiliki risiko untuk terkena radang kandung empedu yaitu dengan menjaga kebersihan makanan untuk mencegah infeksi, menurunkan kadar kolesterol dengan mengurangi asupan lemak jenuh, meningkatkan asupan sayuran, buah-buahan, dan serat makanan lain yang akan mengikat sebagian kecil empedu di usus sehingga menurunkan risiko stagnasi cairan empedu di kandung empedu , minum sekitar 8 gelas air setiap hari untuk menjaga kadar air yang tepat dari cairan empedu. 

Pengobatan Kolesistitis

Diagnosis Kolesistitis

Metode Murphy’s sign akan dilakukan oleh dokter, tes ini dilakukan dengan cara menekan perut di bagian bawah tulang iga kanan. Saat penderita menarik napas, kantong empedu akan bergeser dan menyentuh tekanan tangan dokter. Bila pasien menderita kolesistitis, pasien akan merasakan nyeri saat pemeriksaan dilakukan.

Dokter kemungkinan juga akan menyarankan metode-metode pemeriksaan penunjang berikut ini guna memastikan diagnosis. Di antaranya meliputi:

  • Tes darah untuk memeriksa adanya tanda-tanda radang, infeksi, atau masalah lain di dalam kantong empedu.
  • USG, foto Rontgen, MRI, atau CT scan guna memeriksa ada atau tidaknya gangguan pada kantong empedu atau sumbatan saluran empedu.

Pengobatan Kolesistitis

Pada umumnya pengobatan radang kandung empedu jika tidak ditemukan gejala, maka tidak perlu dilakukan pengobatan. Nyeri yang hilang timbul bisa dicegah atau dikurangi dengan menghindari atau mengurangi makanan berlemak atau makanan lain yang dapat memicu terjadinya radang kandung empedu.

Jika radang kandung empedu disebabkan oleh batu empedu dan menyebabkan serangan nyeri berulang meskipun telah dilakukan perubahan pola makan, maka dianjurkan untuk menjalani pengangkatan kandung empedu. 

Pertimbangan utama dilakukan pembedahan adalah karena batu empedu yang dibiarkan, akan semakin menyumbat saluran empedu dan memperparah peradangan kantung empedu. Penderita yang memiliki resiko pembedahan tinggi karena keadaan medis lainnya, dianjurkan untuk menjalani diet rendah lemak dan menurunkan berat badan. Pengangkatan kandung empedu umumnya tidak menyebabkan kekurangan zat gizi dan setelah pembedahan tidak perlu dilakukan pembatasan makanan. 

Pilihan penatalaksanaan pada radang kandung empedu antara lain:

  • Kolesistektomi terbuka. Operasi ini merupakan standar terbaik untuk penanganan pasien dengan peradangan kandung empedu. Komplikasi yang paling bermakna yang dapat terjadi pada prosedur ini adalah cedera duktus biliaris yang terjadi pada 0,2% pasien. Angka mortalitas yang dilaporkan untuk prosedur ini kurang dari 0,5%
  • Kolesistektomi laparaskop. Saat ini sekitar 90% kolesistektomi dilakukan secara laparoskopi. 80-90% radang kandung empedu khususnya yang disebabkan oleh batu empedu dibuang dengan prosedur ini karena dapat memperkecil resiko kematian dibanding operasi normal (0,1-0,5% untuk operasi normal) dengan mengurangi komplikasi pada jantung dan paru. Kandung empedu diangkat melalui selang yang dimasukkan lewat sayatan kecil di dinding perut
  • Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography (ERCP). Pada ERCP, suatu endoskop dimasukkan melalui mulut, kerongkongan, lambung dan ke dalam usus halus. Zat kontras radioopak masuk ke dalam saluran empedu melalui sebuah selang di dalam sfingter oddi. Pada sfingterotomi, otot sfingter dibuka agak lebar sehingga batu empedu yang menyumbat saluran akan berpindah ke usus halus. ERCP dan sfingterotomi telah berhasil dilakukan pada 90% kasus.

10 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Thompson, G. WebMD (2014). Cholecystitis. (https://www.webmd.com/digestive-disorders/what-is-chloecystitis)
National Organization of Rare Disease. (2010). Cholecystitis (https://rarediseases.org/rare-diseases/cholecystitis/)
Mayo Clinic (2017). Diseases and Conditions. Cholecystitis. (https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/cholecystitis/symptoms-causes/syc-20364867)

Artikel ini hanya sebagai informasi awal mengenai kondisi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Pertanyaan dan jawaban lain tentang kondisi ini
Buka di app