Hipertensi Dalam Kehamilan, Jenis dan Pengobatannya

Dipublish tanggal: Feb 22, 2019 Update terakhir: Nov 10, 2020 Tinjau pada Jun 13, 2019 Waktu baca: 6 menit
Hipertensi Dalam Kehamilan, Jenis dan Pengobatannya

Salah satu penyakit yang harus diwaspadai selama kehamilan adalah hipertensi dalam kehamilan, meskipun hal ini tidak selalu mengancam ibu hamil, sebagian ada yang ringan dan tidak serius. Namun dalam beberapa kasus, tekanan darah tinggi dapat menjadi parah dan bisa berbahaya bagi ibu dan janin. Beberapa wanita dengan tekanan darah tinggi selama kehamilan mengembangkan pre-eklampsia yang merupakan kondisi yang lebih serius.

Apa itu tekanan darah tinggi?

Tekanan darah tinggi (hipertensi) berarti bahwa tekanan darah di pembuluh darah (arteri) terlalu tinggi. Tekanan darah dicatat dalam dua kelompok angka. Misalnya, 140/85 mmHg kita baca 140 per 85. Tekanan darah diukur dalam milimeter air raksa (mm Hg). Angka atas (140) adalah tekanan darah sistolik yang merupakan tekanan di arteri saat jantung berkontraksi. Angka bawah (85) adalah tekanan darah diastolik yang merupakan tekanan dalam arteri saat jantung beristirahat di antara setiap detak jantung.

Tekanan darah normal dewasa dibawah 140/90 mmHg. Pembagian hipertensi dalam kehamilan:

  • Hipertensi ringan adalah tekanan darah antara 140/90 dan 149/99 mm Hg.
  • Hipertensi sedang adalah tekanan darah antara 150/100 dan 159/109 mm Hg.
  • Hipertensi berat adalah tekanan darah 160/110 mm Hg atau lebih tinggi.

Jangan salah, tekanan darah akan naik ketika kita cemas atau stres, seperti ketika kita harus terburu-buru. Beberapa orang merasa stres melihat dokter atau bidan, jadi ketika diperiksa tinggilah tensinya, meskinya hal ini tidak boleh terjadi. Jadi jangan stress atau takut ketika diperiksa.

Apa saja jenis hipertensi dalam kehamilan?

Ada tiga bentuk darah tinggi atau hipertensi pada kehamilan, yaitu hipertensi kronis, hipertensi gestational dan pre-eklampsia, berikut penjelasannya.

Hipertensi Kronis

Kondisi ini menggambarkan bahwa sebelum hamil memang sudah memiliki penyakit darah tinggi, sehingga hal ini tidak terkait dengan kehamilan secara langsung. Namun bias saja darah tinggi sudah berlangsung namun baru ketahuan ketika Anda hamil. Oleh sebab itu, apabila sebelum usia kehamilan 20 minggu Anda terdeteksi memiliki darah tinggi, maka kemungkinan itu adalah hipertensi kronis yang sebelum hamil tidak terdeteksi.

Tergantung pada tingkat hipertensi yang dialami, biasanya dokter menganjurkan untuk mengonsumsi obat darah tinggi secara rutin. Jika demikian, maka harus diwaspadai, karena ada obat-obat darah tinggi tertentu yang tidak boleh dikonsumsi ketika hamil, sebagai contoh:

  • Angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor, contohnya Captopril
  • Antagonis reseptor angiotensin-II - terkadang disebut angiotensin receptor blocker (ARB)
  • Diuretik, contohnya furosemid, HCT, dan lain-lain

Hal ini karena obat-obat tersebut dapat membahayakan perkembangan janin dalam kandungan. Jika Anda mengambil salah satu dari obat-obatan ini maka sangat mungkin bahwa obat darah tinggi yang Anda konsumsi akan diubah menjadi obat lain yang telah diketahui tidak membahayakan perkembangan janin.

Hipertensi kronis pada kehamilan seperti ini berpotensi meningkatkan risiko pre-eklampsia selama kehamilan (lihat keterangan di bawah).

Hipertensi Gestational

Beberapa wanita bisa mengalami tekanan darah tinggi baru selama kehamilan. Hal ini disebut hipertensi gestational atau tekanan darah tinggi akibat kehamilan. hipertensi gestational adalah tekanan darah tinggi yang berkembang untuk pertama kalinya setelah usia kehamilan menginjak 20 minggu. Hal ini kadang-kadang juga disebut hipertensi akibat kehamilan. Dokter dapat mengkonfirmasi jenis tekanan darah tinggi ini jika Anda tidak terus mengembangkan pre-eklampsia selama kehamilan dan jika tekanan darah kembali normal dalam waktu enam minggu setelah melahirkan.

  • Jika tekanan darah tetap tinggi setelah melahirkan, maka disebut hipertensi kronis.
  • Jika darah tinggi baru muncul setelah usia kehamilan 20 minggu dan disertai proteinuria, maka disebut pre-eklampsia.

Catatan: beberapa wanita dapat ditemukan memiliki tekanan darah tinggi baru setelah 20 minggu kehamilan. Pada awalnya, mereka mungkin tidak memiliki protein dalam urin saat diperiksa. Namun, biasa saja pada pemeriksaan selanjutnya ditemukan adanya protein dalam urin  sehingga dapat didiagnosis dengan pre-eklampsia. Anda hanya dikatakan memiliki hipertensi gestasional jika Anda tidak pernah mengembangkan pre-eklampsia selama kehamilan.

Pre-eklampsia dan eklampsia

Pre-eklampsia adalah suatu kondisi yang dapat mempengaruhi beberapa wanita yang baru mengalami tekanan darah tinggi setelah usia kehamilan 20 minggu. Pre-eklampsia juga kadang-kadang berkembang pada wanita yang memiliki tekanan darah tinggi sebelum mereka hamil (pre-ada tekanan darah tinggi) atau pada wanita yang memiliki protein dalam urin mereka sebelum mereka hamil (misalnya, karena masalah ginjal).

Pre-eklampsia tidak hanya menyebabkan tekanan darah tinggi; juga mempengaruhi bagian lain dari tubuh seperti sistem ginjal, hati, otak dan pembekuan darah. Pre-eklampsia menyebabkan protein bocor dari ginjal ke dalam urin. Jika Anda memiliki pre-eklampsia, maka yang akan terjadi adalah tekanan darah tinggi dan proteinuria. Pre-eklampsia akan membaik sendiri dalam kurun waktu enam minggu setelah melahirkan.

Eklampsia merupakan kelanjutan atau komplikasi dari pre-eklampsia. Pada eklampsia, seorang ibu hamil dengan pre-eklampsia mengalami satu kali atau lebih kejang-kejang. Ini adalah kondisi serius sehingga mendeteksi dan mengobati pre-eklampsia dari awal akan berhasil mencegah eklampsia.

Apa yang menyebabkan tekanan darah tinggi selama kehamilan?

Alasan mengapa kehamilan dapat menyebabkan tekanan darah tinggi (hipertensi) atau pre-eklampsia tidak sepenuhnya dipahami. Pada wanita yang mengalami pre-eklampsia, tampaknya ada hubungannya dengan masalah dengan tembuni (plasenta). Diperkirakan bahwa ada masalah dengan perkembangan pembuluh darah dari plasenta pada pre-eklampsia dan juga kerusakan pada plasenta. Hal ini dapat mempengaruhi transfer oksigen dan nutrisi ke bayi. Ada juga wanita tertentu yang tampaknya meningkatkan risiko mengembangkan pre-eklampsia.

Apa bahaya hipertensi dalam kehamilan?

Parah tekanan darah tinggi atau pra-eklampsia

Bahaya biasanya muncul pada tekanan darah tinggi berat, terutama pada pre-eklampsia, antara lain:

  • Resiko terkena stroke.
  • Kerusakan ginjal dan hati.
  • Peningkatan risiko masalah pembekuan darah.
  • Peningkatan risiko pendarahan hebat dari plasenta.
  • Risiko eklampsia.
  • Pertumbuhan yang buruk.
  • Peningkatan kelahiran prematur.
  • Peningkatan kesempatan lahir mati.

Langkah Pengobatan

Jika dokter atau bidan menemukan bahwa tekanan darah Anda tinggi selama kehamilan, mereka biasanya akan memeriksa apakah Anda memiliki protein dalam urin. Jika tekanan darah Anda tetap tinggi, atau jika Anda memiliki tanda-tanda pre-eklampsia, Anda biasanya akan dirujuk ke spesialis (dokter kandungan).

Baca juga: Jadwal Pemeriksaan Kehamilan

Jika tekanan darah tinggi tetap ringan dan pre-eklampsia tidak berkembang

Biasanya hanya ada sedikit bahaya. Namun diperlukan pemeriksaan rutin tekanan darah dan urine untuk memeriksa proteinuria, serta memeriksa untuk melihat bagaimana kemajuan kehamilan. Pemeriksaan lainnya termasuk tes darah dan USG scan untuk melihat bagaimana bayi tumbuh dan untuk memeriksa aliran darah dari plasenta ke janin. Anda mungkin akan ditindaklanjuti oleh dokter kandungan. Anda mungkin perlu obat untuk mengontrol tekanan darah selama kehamilan.

Jika tekanan darah tinggi menjadi parah, atau jika pra-eklampsia berkembang

Ada risiko baik bagi ibu maupun bayi, jika tekanan darah tinggi menjadi lebih parah, terutama jika Anda mengembangkan pre-eklampsia. Anda biasanya akan segera ditangani oleh dokter spesialis dan bisa jadi dirawat di rumah sakit. Tes darah mungkin disarankan untuk memeriksa seberapa parah tekanan darah atau pre-eklampsia mempengaruhi Anda. Kesejahteraan bayi juga dapat diperiksa menggunakan USG scanning.

Untuk tekanan darah tinggi yang berat, terutama jika pre-eklampsia berkembang, sering ada dilema. Jika tekanan darah tinggi disebabkan oleh kehamilan, satu-satunya obat adalah melahirkan bayi. Ini mungkin baik jika kehamilan sudah cukup tua dan dekat dengan teksiran persalinan. kelahiran dapat diinduksi, atau bayi dapat lahir melalui operasi caesar.

Namun, keputusan yang sulit mungkin harus dibuat jika tekanan darah tinggi atau pra-eklampsia menjadi parah pada usia kehamilan yang terbilang belum cukup tua. Obat untuk menurunkan tekanan darah dapat diresepkan untuk sementara waktu. Hal ini agar memungkinkan kehamilan berlanjut dengan baik sampai kira-kira bayi sudah cukup umur untuk dilahirkan. Waktu terbaik untuk menginduksi persalinan (atau melalui operasi caesar) bervariasi tergantung pada faktor-faktor yang disebutkan di atas.

Jika Anda memiliki pre-eklampsia berat, obat magnesium sulfat dapat diberikan melalui infus sekitar waktu persalinan. Hal ini dapat mengurangi kemungkinan eklampsia. Ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa obat aspirin dosis rendah secara rutin dan suplemen kalsium dapat membantu mencegah pre-eklampsia pada beberapa wanita yang memiliki risiko tinggi. Dokter akan lebih lanjut menjelaskan hal ini.


3 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Hypertension and Pregnancy: Overview, Chronic Hypertension, Differential Diagnosis. Medscape. (https://emedicine.medscape.com/article/261435-overview)
High Blood Pressure in Pregnancy - Preeclampsia. MedlinePlus. (https://medlineplus.gov/highbloodpressureinpregnancy.html)
Hypertension in pregnancy: Pathophysiology and treatment. National Center for Biotechnology Information. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6458675/)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app