Bagaimana Pemberian Glukosa Untuk Pertolongan Pertama Pada Hipoglikemia?

Dipublish tanggal: Okt 1, 2019 Update terakhir: Nov 10, 2020 Waktu baca: 3 menit

Hipoglikemia adalah suatu kondisi ketika kadar glukosa, atau gula, dalam darah rendah. Institut Nasional Diabetes dan Penyakit Pencernaan dan Ginjal (The National Institutes of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases NIDDK), mencatat bahwa gejala biasanya muncul ketika kadar gula darah di bawah 70 miligram per desiliter (mg / dL). Namun, angka ini dapat bervariasi antar individu.

Apa Penyebab Terjadinya Hipoglikemia?

Hipoglikemia dapat terjadi karena berbagai alasan. Mulai dari pengaruh obat-obatan hingga komplikasi akibat penyakit seperti diabetes melitus. Ketika sistem pencernaan memecah karbohidrat dari makanan. Salah satu molekul yang dihasilkannya adalah glukosa, yang merupakan sumber energi utama yang dibutuhkan oleh tubuh. 

Glukosa yang dihasilkan dari pemecahan karbohidrat tersebut memasuki aliran darah dan membutuhkan hormon insulin - hormon yang diproduksi pankreas - untuk dapat masuk ke dalam sel dan diubah menjadi tenaga seperti yang seharusnya terjadi. 

Dengan kata lain, bahkan jika ada banyak glukosa yang tersedia, sebuah sel tidak dapat mengubah glukosa tersebut menjadi energi jika tidak ada hormon insulin.

Pada kondisi normal, setelah makan pankreas akan secara otomatis melepaskan hormon insulin dengan kadar yang tepat untuk memindahkan glukosa dalam darah ke dalam sel. Saat glukosa memasuki sel, terjadi penurunan kadar gula darah.

Setiap glukosa yang tidak diubah menjadi energi akan disimpan ke dalam hati dan otot dalam bentuk glikogen, atau glukosa yang disimpan. Tubuh dapat menggunakan cadangan glukosa ini nanti ketika membutuhkan lebih banyak energi.

Pada kondisi tertentu seperti pada kondisi diabetes melitus, regulasi hormon insulin tidak terjadi seperti sebagaimana mestinya. Sehingga penderita diabetes membutuhkan pengobatan seperti penggunaan obat obatan antidiabetes atau penggunaan insulin tambahan. 

Seringkali penggunaan obat antidiabetes seperti obat golongan sulfonilurea dan insulin dapat menyebabkan penurunan gula darah yang sangat cepat sehingga menyebabkan terjadinya hipoglikemia atau bahkan syok hipoglikemia.

Apa Tanda dan Gejala Seseorang Mengalami Hipoglikemia?

Ada tiga kriteria, yang dikenal sebagai kriteria Whipple, yang meliputi :

  • Tanda dan gejala menunjukkan hipoglikemia.
  • Ketika gejala terjadi, tes darah menunjukkan kadar glukosa plasma yang rendah.
  • Ketika glukosa naik ke tingkat normal, gejalanya hilang.

Penanganan Hipoglikemia

Menurut PERKENI, rekomendasi pengobatan hipoglikemia meliputi : 

Penanganan hipoglikemia ringan: 

  • Pemberian konsumsi makanan tinggi glukosa (karbohidrat sederhana) 
  • Gula murni merupakan pilihan utama, namun bentuk karbohidrat lain yang berisi glukosa juga efektif untuk menaikkan glukosa darah.
  • Makanan yang mengandung lemak dapat memperlambat respon kenaikan kadar glukosa darah. 
  • Pada pasien yang masih sadar, dapat diberikan gula sebanyak 15–20g (2-3 sendok makan) yang dilarutkan dalam air.
  • Pemeriksaan glukosa darah dengan glukometer harus dilakukan setelah 15 menit pemberian upaya terapi. Jika pada monitoring glukosa darah 15 menit setelah pengobatan hipoglikemia masih tetap ada, pengobatan dapat diulang kembali.
  • Jika hasil pemeriksaan glukosa darah kadarnya sudah mencapai normal, pasien diminta untuk makan atau mengkonsumsi snack untuk mencegah berulangnya hipoglikemia. 

Pengobatan Pada Hipoglikemia Berat: 

  • Jika didapat gejala neuroglikopenia, seperti penurunan kesadaran, pada orang dewasa pemberian glukosa dapat diberikan melalui infus dengan dextrose 20%  sebanyak 50 cc (bila terpaksa bisa diberikan dextrose 40% sebanyak 25 cc), diikuti dengan infus D5% atau D10%. 
  • Pada anak-anak dapat diberikan infus dextrose 10% 2 cc/kgBB dan dilanjutkan dengan infus D10% 6cc/kgBB sebagai maintenance.
  • Periksa kadar glukosa darah 15 menit setelah pemberian  infus tersebut. Bila kadar glukosa darah belum mencapai target, dapat diberikan ulang pemberian dextrose 20%. 
  • Selanjutnya lakukan monitoring glukosa darah setiap 1- 2 jam kalau masih terjadi hipoglikemia berulang pemberian Dekstrosa 20% dapat diulang 
  • Lakukan evaluasi terhadap pemicu hipoglikemia 

Penanganan Hipoglikemia Pada Anak Gizi Buruk

  • Pada anak dengan gizi buruk, segera beri cairan F-75 pertama atau modifikasinya bila penyediaannya memungkinkan.
  • Bila F-75 pertama tidak dapat disediakan dengan cepat, berikan 50 ml larutan glukosa atau gula 10% (1 sendok teh munjung gula dalam 50 ml air) secara oral atau melalui NGT.
  • Lanjutkan pemberian F-75 setiap 2–3 jam, siang dan malam selama minimal dua hari.
  • Bila masih mendapat ASI teruskan pemberian ASI di luar jadwal pemberian F-75.
  • Jika anak tidak sadar (letargis), berikan larutan glukosa 10% secara intravena (bolus) sebanyak 5 ml/kg BB, atau larutan glukosa/larutan gula pasir 50 ml dengan NGT.
  • Beri antibiotik.

Pemantauan

  • Jika kadar gula darah awal rendah, ulangi pengukuran kadar gula darah setelah 30 menit.
  • Jika kadar gula darah di bawah 3 mmol/L (< 54 mg/dl), ulangi pemberian larutan glukosa atau gula 10%.
  • Jika suhu rektal < 35.5° C atau bila kesadaran memburuk, mungkin hipoglikemia disebabkan oleh hipotermia, ulangi pengukuran kadar gula darah dan tangani sesuai keadaan (hipotermia dan hipoglikemia).

16 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Service FJ, et al. Hypoglycemia in adults without diabetes mellitus: Clinical manifestations, diagnosis and causes. https://www.uptodate.com/contents/search.
American Diabetes Association. Standards of medical care in diabetes — 2020. Diabetes Care. 2020;43(suppl):s1. https://care.diabetesjournals.org/content/suppl/2019/12/20/43.Supplement_1.DC1.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app