Vagina Melar Karena Sering Berhubungan Seks?

Dipublish tanggal: Mei 24, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Waktu baca: 2 menit
Vagina Melar Karena Sering Berhubungan Seks?

Pasti Anda pernah mendengar mengenai mitos bahwa sering berhubungan seksual akan menyebabkan vagina longgar bukan? Ternyata, kepercayaan ini sudah ada sejak jaman dulu. Hal ini terjadi akibat pengetahuan mengenai vagina dan cara kerjanya dalam masyarakat masih terbatas. 

Nah, sebenarnya apakah mitos tersebut benar adanya?

Tahukah Anda, ternyata sesering apapun Anda berhubungan seksual, tidak akan menyebabkan vagina melar. Vagina merupakan organ tubuh yang tangguh dan mandiri. Jadi, Anda tak perlu khawatir vagina akan melar akibat terlalu sering berhubungan seksual. 

Selengkapnya, perhatikan ulasan mengenai fakta tersebut dan alasannya berikut ini!

Benarkah terlalu sering bercinta tidak akan menyebabkan vagina melar?

Pernyataan bahwa terlalu sering bercinta mengakibatkan vagina melar dikatakan mitos karena tidak ditemukan kebenarannya. Mitos tersebut pun diperoleh dari pemahaman yang salah mengenai organ kewanitaan vagina. Anggapan masyarakat mengira bahwa vagina memiliki wujud yang ketat. 

Kemudian, apabila vagina sering melakukan hubungan seksual, maka organ tersebut akan melar karena penetrasi organ pria. Perlu Anda garis bawahi bahwa anggapan tersebut salah besar. Berikut ini penjelasannya.

Pertama, Anda harus paham terlebih dulu bagaimana vagina bekerja. Tahukah Anda, ketika vagina terangsang, maka secara alami vagina akan meregang. Tentunya, mekanisme ini terjadi untuk membuka jalan penetrasi penis. Kejadian tersebut pun hanya berlangsung sementara saja. 

Artinya, setelah berhubungan seksual, bukaan vagina yang mulanya kencang akan kembali seperti wujud semula. Jadi, bukan berarti terlalu sering berhubungan seksual vagina Anda menjadi melar. 

Memang secara alami, vagina akan meregang ketika terangsang dan kembali seperti semula kencang usai berhubungan seksual.

Kedua, jangan pernah khawatir vagina Anda akan melar oleh anggapan yang salah. Perlu Anda ketahui, area sekitar vagina terdapat otot-otot yang sifatnya lentur. Hal tersebut sudah dirancang secara sempurna sehingga memungkinkan terjadinya fungsi reproduksi dimana penetrasi penis saat berhubungan seksual tidak akan merusak bentuk asli vagina.

Apakah yang mengakibatkan vagina melar?

Memang, berhubungan seksual terlalu sering tidak akan menyebabkan vagina melar. Lalu, apakah penyebab dari bentuk vagina yang terkesan melar? Nah, ternyata, ada hal lain yang menyebabkan vagina melar diantaranya penuaan hingga proses melahirkan secara normal yang menyebabkan vagina mengendur. 

Apalagi, ketika memasuki masa menopause, kadar hormon estrogen dalam tubuh akan menurun secara alami. Tentunya, berkurangnya kadar hormon tersebut berdampak terhadap otot-otot, sel, jaringan pada area sekitar vagina. Akibatnya, proses regenerasi yang biasanya berlangsung cepat, kini menjadi lambat. 

Bagian leher rahim, labi, dan vagina menjadi tidak lentur seperti dulu, sehingga diperoleh sensasi bahwa vagina Anda sudah melar.

Selain proses penuaan, melahirkan secara normal juga berdampak pada vagina yang mengendur. Hal ini terjadi karena bayi keluar melalui leher rahim serta bukaan vagina. Tak tanggung-tanggung, bukaan vagina akan cukup lebar sebagai jalan bayi. 

Tentunya, proses ini memakan waktu yang terbilang lama dimana vagina dan leher rahim harus meregang terus menerus. Untuk itu, Anda pun memerlukan waktu yang cukup lama pula supaya bentuknya dapat kembali seperti semula. 

Namun, apabila bentuknya tak kunjung rapat, Anda dapat melakukan berbagai cara untuk mengencang vagina dengan senam kegel maupun terapi laser.

Apakah bentuk vagina berubah akibat terlalu sering berhubungan seksual?

Menurut pakar reproduksi dan kandungan, sesering apapun orang berhubungan seksual tidak akan mengubah bentuk organ kewanitaan Anda. Justru yang menyebabkan vagina bermasalah seperti infeksi penyakit kelamin oleh seks yang tidak aman. 

Maka, usahakan untuk melakukan seks yang aman dan bijak supaya tidak mengubah bentuk vagina.


28 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app