Sindrom Asperger - Tanda, Penyebab, Gejala, Cara Mengobati

Dipublish tanggal: Feb 22, 2019 Update terakhir: Nov 9, 2020 Tinjau pada Jun 13, 2019 Waktu baca: 4 menit

Sindrom asperger adalah gangguan perkembangan yang ditandai dengan kesulitan yang signifikan dalam interaksi sosial dan komunikasi nonverbal. ini merupakan salah satu bentuk autisme dimana seseorang memiliki pola perilaku terbatas dan berulang-ulang.

Ketika kita menemui seseorang dengan sindrom asperger maka kita bisa menyadari dua hal sekaligus. Orang dengan Asperger syndrome sebenarnya sama pintarnya dengan orang lain namun ia memiliki masalah dalam kemampuan bersosialisasi. Ia juga cenderung terlalu fokus pada satu topik atau selalu menunjukkan perilaku yang sama berulang kali.

Dokter dahulu berpendapat bahwa sindrom asperger merupakan penyakit yang terpisah atau berdiri sendiri. Namun pada tahun 2013 berdasarkan panduan standar kesehatan mental yang digunakan oleh para ahli atau yang disebut The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) maka klasifikasi ini berubah.

Saat ini sindrom asperger secara teknis bukan lagi merupakan sebuah diagnosis yang berdiri sendiri. Sindrom ini menjadi bagian dari autism spectrum disorder (ASD). Kelompok gangguan kesehatan mental ini terdiri dari beberapa gejala. Namun tetap saja banyak orang yang tetap menggunakan istilah sindrom asperger.

Ciri-ciri dan Gejala Sindrom Asperger

Gejala sindrom asperger muncul di masa awal kehidupan, berikut ciri-ciri yang bisa kita amati.

Tidak bisa melakukan kontak mata

Jika anda adalah ayah atau ibu dari anak dengan sindrom asperger, maka anda mungkin akan menyadari bahwa anak yang mengalami sindrom asperger tidak bisa melakukan kontak mata dengan anda. Anda juga mungkin menyadari bahwa anak terlihat canggung jika berada di situasi sosial dan tidak tahu apa yang harus dikatakan atau bagaimana harus merespon orang yang berbicara padanya.

Sulit memahami bahasa tubuh

Orang dengan sindrom asperger akan kehilangan isyarat atau tanda sosial yang bisa terlihat jelas oleh orang lain, seperti bahasa tubuh atau ekspresi yang biasanya terlihat di wajah seseorang. Sebagai contoh, ia mungkin tidak akan menyadari makna ketika seseorang melingkarkan lengannya dan merasa tak nyaman sehingga ia akan marah.

Ekspresi datar

Tanda lainnya adalah anak akan menunjukkan beberapa emosi. Ia juga tidak tersenyum saat senang atau tidak akan tertawa ketika orang lain melucu. Orang dengan sindrom asperger akan berbicara dengan datar seperti robot.

Mengulang-ulang aktifitas

Jika anak anda mengalami hal ini, ia mungkin akan mengulang – ulang sesuatu yang membuatnya tertarik. Ia juga akan melakukan gerakan yang sama berulang kali.

Betah dengan yang itu-itu saja

Orang dengan sindrom asperger tidak menyukai perubahan. Sebagai contoh, ia akan makan makanan yang sama saat sarapan tiap harinya atau akan bermasalah untuk pindah dari satu kelas ke kelas lainnya selama sekolah.

Autisme, termasuk juga sindrom asperger, merupakan kasus yang cukup banyak bahkan lebih banyak dari yang dipikirkan banyak orang. Ada sekitar 700.000 orang di Inggris yang mengalaminya atau dengan kata lain tiap 1 dari 100 orang di Inggris mengalami sindrom ini.

Baca juga: Pentingnya Mengenali Ciri-Ciri Anak Autis Sejak Dini

Sindrom asperger bisa terjadi pada siapa saja dari berbagai bangsa dan budaya, agama dan latar belakang sosial apapun namun kejadiannya lebih sering pada pria daripada wanita.

Penyebab Sindrom Asperger dan Faktor Risiko

Perubahan pada otak disebut – sebut bertanggung jawab terhadap munculnya gejala sindrom asperger di Amerika. Namun dokter belum bisa menentukan apa tepatnya yang menjadi penyebab perubahan ini.

Faktor genetik dan paparan terhadap racun yang ada di lingkungan seperti bahan kimia, ataupun virus, diidentifikasi berperan sebagai faktor pendukung terhadap perkembangan penyakit ini. Namun pada dasarnya penyakit ini belum diketahui secara pasti penyebabnya.

  • Faktor genetik. Beberapa gen yang berbeda muncul pada penyakit ini. Misalnya pada beberapa anak, sindrom asperger dihubungkan dengan perubahan genetik, misalnya Sindrom Rett atau sindrom X fragil. Beberapa gen bisa mempengaruhi perkembangan otak atau mempengaruhi cara sel otak untuk berkomunikasi, atau menyebabkan parahnya gejala. Beberapa masalah genetik kebanyakan diturunkan, namun beberapa kasus lainnya terjadi secara spontan.
  • Faktor Lingkungan. Para ahli terus menggal adanya peranan infeksi virus, komplikasi selama kehamilan atau polusi udara terhadap dicetuskannya sindrom asperger.

Penegakan Diagnosis

Jika anda menyadari adanya tanda sindrom asperger pada anak, maka segera kunjungi dokter ahli kesehatan jiwa atau psikolog.

  • Psikolog akan membantu mendiagnosis dan mengobati masalah emosi dan perilaku dari anak yang mengalami sindrom asperger.
  • Psikiatrik (dokter) akan menilai kondisi mental dan meresepkan obat untuk mengobati keluhan-keluhan yang dialami.

Kondisi ini seringnya harus diobati dengan pendekatan secara tim artinya tidak hanya oleh 1 dokter saja namun oleh ahli atau dokter lainnya seperti dokter anak, dokter gizi dan lainnya di samping psikiatrik atau psikolog.

Untuk dapat mendiagnosis dengan tepat, maka dokter akan menanyakan beberapa hal tentang perilaku anak yang meliputi:

  • Gejala apa yang anak alami dan kapan anda menyadarinya pertama kali?
  • Kapan anak pertama kali belajar bicara dan bagaimana ia berkomunikasi?
  • Apakah anak fokus dengan subjek atau aktivitas tertentu?
  • Apakah ia memiliki teman dan bagaimana ia berinteraksi dengan temannya?

Kemudian dokter akan mengamati anak anda pada beberapa situasi yang berbeda untuk melihat bagaimana ia berkomunikasi dan berperilaku.

Pengobatan Sindrom Asperger

Tiap anak berbeda sehingga tidak ada satu pun pendekatan yang pasti untuk masing – masing anak yang mengalami sindrom asperger. Dokter kadang perlu mencoba beberapa terapi untuk menemukan yang paling tepat. Treatment yang diberikan meliputi:

  • Latihan kemampuan sosial. Dalam satu grup atau sesi individu, terapis akan mengajari anak untuk berinteraksi dengan orang lain dan mengekspresikan dirinya dengan cara yang tepat.
  • Terapi bicara/ bahasa. Terapi ini akan membantu meningkatkan kemampuan komunikasi anak. Sebagai contoh, anak akan belajar bagaimana menggunakan intonasi naik dan turun saat berbicara dan bukan dengan nada yang datar. Anak juga akan diajari bagaimana cara berkomunikasi dua arah dan memahami makna interaksi sosial seperti gerak tangan dan kontak mata.
  • Terapi perilaku kognitif. Terapi ini akan membantu mengubah pola pikir anak sehingga ia bisa mengontrol emosinya secara lebih baik dan mengontrol perilaku repetitifnya nya.
  • Edukasi ke orang tua. Orang tua akan diajari teknik yang sama dengan yang diajari ke anak sehingga orang tua bisa melakukan interaksi sosial dengan anak di rumah.

Dengan terapi yang tepat, maka anak yang mengalami sindrom asperger bisa mengontrol beberapa tantangan berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan sosial yang harus ia hadapi sehingga ia bisa menempuh pendidikan dengan baik dan bisa sukses di kehidupannya.


14 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Bhandari, S. WebMD (2018). Asperger’s Syndrome. (https://www.webmd.com/brain/autism/mental-health-aspergers-syndrome)
Tidy, C. Willacy, H. Patient (2016). Asperger’s Syndrome. (https://patient.info/doctor/aspergers-syndrome)
Stoppler, MC. Perlstein, D. MedicineNet (2018). Asperger’s Syndrome. (https://www.medicinenet.com/asperger_syndrome/article.htm)

Artikel ini hanya sebagai informasi awal mengenai kondisi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app