Gejala dan Penyebab Bayi Diare

Dipublish tanggal: Feb 15, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Waktu baca: 1 menit

Umumnya, seorang ibu akan lebih memperhatikan pola tidur atau asupan bayinya. Pernahkan Anda memperhatikan kotoran nya? Bisa saja bayi Anda sedang terkena diare dan jika Anda lengah, penyakit ini bisa membahayakan bayi Anda.

Penyebab Diare pada Bayi

Diare pada bayi dapat disebabkan oleh infeksi (virus, bakteri atau parasit), alergi makanan, sensitivitas terhadap obat-obatan, terlalu banyak minum jus buah-buahan atau keracunan.

Ciri-ciri bayi yang terkena diare, diantaranya, kotoran yang keluar lebih banyak dan sering, berair.

Akibat Diare pada Bayi

Diare dapat mempengaruhi kadar elektrolit normal bayi dan jika air dan elektrolit tersebut banyak terbuang melalui diare, bayi dapat terkena dehidrasi. Dehidrasi pada bayi, prosesnya berlangsung sangat cepat, hanya satu sampai dua hari setelah diare dimulai. Dehidrasi bisa jadi sangat berbahaya, terutama bagi bayi yang baru lahir.

Gejala Bayi Mengalami Dehidrasi

Gejala-gejala jika bayi terkena dehidrasi, diantaranya :

  • Jumlah urin lebih sedikit.
  • Rewel.
  • Haus.
  • Tidak ada air mata ketika menangis.
  • Lesu dan tidur terus.
  • Kulit bayi menjadi tidak elastis.

Cara Mengatasi Diare pada Bayi

Jika bayi Anda  sudah mengkonsumsi makanan solid, sementara perawatan, ganti makanan nya dengan makanan yang lebih lembut, misalnya pisang atau apel yang dihaluskan dan sereal.

Hindari pemberian makanan berminyak, makanan yang terlalu berserat, produk berbahan dasar susu dan makanan manis. Termasuk bagi ibu yang masih menyusui, dapat menghindari mengkonsumsi makanan yang memicu diare pada bayi.

Cuci tangan sebelum dan sesudah mengganti popok untuk menghindari penyebaran bakteri atau virus penyebab diare.


5 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app