Glaukoma adalah Penyakit Mata yang Bisa Sebabkan Kebutaan

Dipublish tanggal: Sep 17, 2019 Update terakhir: Nov 8, 2021 Waktu baca: 3 menit
Glaukoma adalah Penyakit Mata yang Bisa Sebabkan Kebutaan

Ringkasan

Buka

Tutup

  • Glaukoma adalah penyakit kerusakan saraf mata akibat meningkatnya tekanan bola yang menyebabkan jarak penglihatan menjadi menurun;
  • Glaukoma menjadi salah satu penyakit mata yang paling sering menjadi penyebab kebutaan secara permanen karena belum ada obat glaukoma;
  • Penyebab glaukoma dapat terjadi karena faktor genetik, diabetes, pengguna kacamata dengan minus tinggi, efek penggunaan obat tetes mata steroid;
  • Gejala glaukoma dapat terjadi secara perlahan ataupun mendadak, seperti mata merah dan nyeri, penglihatan kabur, ada blind spot, dan lingkaran pelangi;
  • Pemeriksaan mata sangat diperlukan untuk memastikan diagnosis, berupa tes penglihatan, tonometri, optalmoskopi, pachymetry, hingga gonioscopy;
  • Untuk mengatasi masalah mata atau sedang mencari obat mata silakan cek di HDmall. *Gratis ongkir ke seluruh Indonesia & bisa COD.

Penyakit glaukoma mungkin belum terlalu familiar jika dibandingkan dengan katarak. Namun, penyakit mata yang satu ini terbilang cukup umum terjadi dan dapat memegaruhi kemampuan penglihatan bahkan berisiko menyebabakan kebutaan.

Tak banyak orang yang tahu, ternyata salah satu putra Presiden ke-3, BJ Habibie, Thareq Habibie, juga menderita penyakit glaukoma. Penyakit mata yang menyerang saraf mata ini masih belum bisa diobati. Bahkan operasi donor mata juga tidak bisa menggantikan retina mata yang rusak akibat glaukoma.

Apa itu glaukoma? 

Glaukoma adalah penyakit kerusakan saraf mata akibat meningkatnya tekanan bola mata tepatnya tekanan intraokuler yang menyebabkan jarak penglihatan menjadi menurun. 

Hal ini terjadi karena meningkatnya produksi dan aliran cairan mata (aqueous humour) ke pembuluh darah yang menyebabkan tekanan bola mata menjadi tinggi. 

Padahal air mata yang berfungsi secara normal memiliki tujuan untuk menjaga kondisi mata, mengalirkan nutrisi pada mata, serta membersihkan mata dari kotoran yang mungkin menempel.

Glaukoma menjadi salah satu penyakit mata yang paling sering menjadi penyebab kebutaan secara permanen. Hal ini dikarenakan belum ada cara pengobatan yang dapat menyembuhkan glaukoma dan mampu mengembalikan kondisi mata dalam melihat secara normal.

Baca juga: Mengenal Bagian Mata dan Fungsinya

Namun, beberapa perawatan setidaknya dapat membantu menurunkan dan menjaga tekanan bola mata agar tidak terlalu tinggi sehingga berada di kisaran angka normal. 

Beberapa cara mengatasi glaukoma untuk sementara waktu, antara lain:

  • Obat tetes mata digunakan untuk mencegah tekanan bola mata semakin tinggi dengan cara menurunkan produksi cairan mata (akuos humor), seperti beta blocker, penghambat karbonat anhidrase, simpatomimetik, prostaglandin, maupun cholinergic
  • Obat oral (obat minum) yang memiliki fungsi sama seperti obat tetes untuk menjaga tekanan bola mata
  • Terapi operasi atau laser yang bertujuan untuk memperlancar aliran air mata dengan membuka saluran trabecular meshwork dan mencegah sumbatan
  • Operasi atau pembedahan yang disebut trabeculectomy untuk membuang sebagian jaringan untuk melancarkan aliran air mata

Apa penyebab dan gejala glaukoma?

Glaukoma yang dialami putra bungsu alm. Presiden BJ Habibie tersebut disebabkan oleh penyakit diabetes yang sudah dideritanya sekitar 3,5 tahun belakangan. 

Selain karena kadar gula darah tinggi, penyebab glaukoma juga terjadi karena beberapa hal, seperti faktor genetik (keturunan), pengguna kacamata dengan minus tinggi atau efek penggunaan obat tetes mata yang mengandung steroid.

Selain itu, glaukoma umumnya lebih sering dialami oleh orang berusia 40 tahun ke atas atau mereka yang memiliki riwayat penyakit diabetes melitus. Glaukoma dapat terjadi secara perlahan ataupun mendadak dengan gejala glaukoma yang umum, seperti:

  • Mata merah dan nyeri
  • Jarak penglihatan berkurang dan terasa kabur
  • Sakit kepala
  • Mual dan muntah
  • Adanya blind spot
  • Lingkaran seperti pelangi ketika melihat cahaya terang

Baca juga: Manfaat Obat Tetes Mata Insto dalam Mengatasi Masalah Mata

Bagaimana cara mendiagnosis glaukoma?

Setelah seseorang merasakan gejala glaukoma seperti jarak penglihatan yang semakin menurun, ada baiknya untuk segera memeriksakan mata ke dokter. 

Hal ini untuk memastikan diagnosis serta menemukan solusi yang tepat dari gejala yang dirasa. Sebab, ada beberapa jenis penyakit mata yang memiliki gejala hampir sama sehingga diperlukan pemeriksaan lanjutan untuk memastikan diagnosis.

Glaukoma sendiri dapat diketahui melalui beberapa cara, termasuk:

  • Tes penglihatan untuk mengetahui sejauh mana jarak pandang mata
  • Pemeriksaan tekanan bola mata dengan menggunakan tonometri. Berbahaya jika tekanan bola mata berada di atas 21 mmHG
  • Pemeriksaan lapang pandang tepi dengan menggunakan kampimetri untuk mengetahui apakah ada penyempitan lapang padang
  • Tes optalmoskopi dengan memperbesar pupil mata untuk melihat apakah ada kelainan di area belakang mata
  • Tes pachymetry untuk memeriksa ketebalan kornea mata yang dapat menunjukkan tinggi rendahnya tekanan pada mata
  • Tes gonioscopy yang digunakan untuk mendeteksi apakah ada cairan yang menumpuk pada mata

Baca juga: Pemeriksaan dan Konsultasi Mata


14 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Comprehensive adult medical eye evaluation — ­2015. American Academy of Ophthalmology. https://www.aao.org/preferred-practice-pattern/comprehensive-adult-medical-eye-evaluation-2015.
Does marijuana help treat glaucoma? American Academy of Ophthalmology. https://www.aao.org/eye-health/tips-prevention/medical-marijuana-glaucoma-treament.
Alternative medicine. Glaucoma Research Foundation. https://www.glaucoma.org/treatment/alternative-medicine.php.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app